Advertisement
Angka Kekerasan Anak di Indonesia Masih Tinggi, Ini Penyebabnya

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Angka kekerasan terhadap anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini tidak lepas dari gagalnya pola pengasuhan dan pendidikan.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2018 yang diluncurkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) baru-baru ini, ditemukan bahwa tiga dari lima anak perempuan dan satu dari dua anak laki-laki mengalami kekerasan emosional.
Advertisement
Sementara untuk kekerasan fisik, terjadi pada satu dari tiga anak laki-laki dan satu dari lima anak perempuan. Salah satu temuan dari survei tersebut adalah pelaku kekerasan banyak dilakukan oleh temannya sendiri.
Menteri PPPA Yohana Yembise mengatakan tingginya angka kekerasan tersebut berawal dari gagalnya pengasuhan dan pendidikan yang diberikan kepada anak-anak. Hal tersebut mengakibatkan anak-anak rentan mengalami berbagai tindak kekerasan dan bukan tidak mungkin menjadi pelaku kekerasan itu sendiri.
“Selain itu, mengingat banyak kekerasan dilakukan oleh teman sebayanya sendiri, pendidikan pada anak untuk tidak melakukan kekerasan juga harus terus menerus kita lakukan dan merupakan tugas dan kewajiban kita bersama,” ujarnya.
Yohana mengajak seluruh masyarakat, utamanya dunia usaha untuk bersama – sama memberikan pengasuhan dan pendidikan terbaik bagi anak-anak demi menekan angka kekerasan.
Salah satu yayasan yang mendapatkan apresiasi dari Yohana adalah Yayasan Rumah Belajar Miranda yang digagas oleh pengusaha dan sociopreneur Maya Miranda Ambarsari.
Yayasan RBM tersebut bersifat nonprofit dan menyediakan wadah bagi masyarakat, termasuk anak – anak agar dapat mengenyam berbagai kegiatan pendidikan, di antaranya taman pendidikan Alquran, kursus matematika, program pendidikan Bahasa Inggris, kursus baca tulis, taman bacaan, serta literasi media.
“Saya mengajak seluruh dunia usaha agar bersama-sama melakukan kegiatan sosial. Kita masih banyak menghadapi berbagai tantangan terutama dalam upaya perlindungan dan pemenuhan hak anak di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kepedulian dunia usaha dan para pelaku bisnis terhadap anak-anak adalah kepedulian kita bersama akan masa depan kita, masa depan Indonesia,” ujar Yohana.
Sementara itu, Maya Miranda Ambarsari mengatakan bahwa RBM telah memfasilitasi ratusan anak kurang mampu, serta menyedikan wadah pembinaan agama dan pengajian rutin bagi ibu-ibu Majelis Ta’lim Ummul Choir sekaligus menaungi Majelis Ta’lim Tuli Indonesia (MTTI) yang para pesertanya merupakan penderita tuna rungu.
“Di RBM ini, para peserta akan mendapatkan pembekalan agam Islam serta pelatihan Baca Tulis Al-Quran (BTQ) sehingga diharapkan tidak ada lagi tuna rungu yang buta baca dan tulis Al-Quran. Di sini mereka juga mendapatkan pelatihan seperti merajut, membuat roti, dan lainnya sehingga diharapkan nantinya para peserta mandiri,” kata owner dari e-commerce JD.ID ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ragunan Buka Sampai Malam, Penerangan dan Mobil Angkutan Ditambah
- Sejumlah Kota Besar di Indonesia Diguyur Hujan Hari Ini
- Kata Menaker Yassierli soal Isu Bantuan Subsidi Upah Tahap Dua
- Polisi Sebut KKB Kembali Bakar Gedung Sekolah di Kiwirok
- Polisi Tangkap Guru Diduga Aniaya Siswa hingga Meninggal Dunia di NTT
Advertisement

Pedagang Beringharjo Minta Pengurangan Plastik Dilakukan Bertahap
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- GIPI Sebut UU Kepariwisataan Baru Sejarah Kelam, Ini Alasannya
- Katy Perry dan Justin Trudeau Tertangkap Kamera Ciuman di Kapal Pesiar
- Ahli Gizi Sebut Diet Buah Saja Bisa Ganggu Metabolisme
- Permohonan Praperadilan Nadiem Makarim Ditolak
- Derap Langkah Kasno dan Komunitas Mangrove Semarang
- Kain Inovatif Buatan China Mampu Bantu AI Pahami Perintah Suara
- Cek Daftar Lengkap UMP 2025 di Seluruh Indonesia
Advertisement
Advertisement