Advertisement

FEATURE: Manuskrip Kraton, Fotografer Profesional Abadikan 30.000 Gambar

Abdul Hamied Razak
Sabtu, 09 Maret 2019 - 13:00 WIB
Budi Cahyana
FEATURE: Manuskrip Kraton, Fotografer Profesional Abadikan 30.000 Gambar Fotografer British Library Carl Norman saat mendigitalisasi Menak Amir Hamza. - British Library blogs.bl.uk

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat berusaha mengembalikan kembali manuskrip kuno yang sudah dirampas pihak asing. Digilitalisasi naskah merupakan salah satu caranya. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Abdul Hamid Razak.

Proyek suluh digital 75 naskah kuno milik Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh British Library selesai dilakukan. Salah satu naskah fenomenal yang sudah bisa diunduh adalah Menak Amir Hamza.

Advertisement

Ini merupakan manuskrip Jawa milik Kraton Ngayogyakarta yang paling tebal yang berhasil didigitalisasi. Jumlah halaman manuskrip ini mencapai 3.040 halaman. Jumlah halaman Menak Amir Hamza sekitar 10% dari jumlah keseluruhan naskah kuno (75 naskah) yang berhasil digitalisasi sebanyak 30.000 gambar. Naskah-naskah tersebut merupakan bagian dari ribuan naskah milik Kraton yang dijarah pasukan Inggris dalam peristiwa Geger Sepehi pada 1812 atau 207 tahun lalu.

"Menak Amir Hamza terhitung sebagai naskah yang paling tebal di British Library dari bahasa manapun yang berhasil digitalisasi, silakan membaca kalau ada waktu. Selama sekitar 150 tahun koleksi naskah ini hanya "tidur" di perpustakaan,” ujar Kurator Utama Koleksi Asia Tenggara di British Library, Annabel Teh Gallop saat mengikuti Simposium Internasional tentang Budaya Jawa dan Naskah Kraton Yogyakarta, di Royal Ambarrukmo Hotel, Selasa (5/3).

Menak Amir Hamza merupakan kisah epik yang berpusat pada Amir Hamza, paman Nabi Muhammad. Kisahnya dalam versi Jawa dikembangkan dan dilokalkan. Termasuk penambahan kisah-kisah tentang putra dan cucu Amir Hamza. Naskah ini berasal dari istana Jogja, dan ditulis untuk Ratu Ageng (sekitar 1730-1803), seorang istri dari Sultan pertama Jogja, Sri Sultan Hamengku Buwono I, dan ibu dari Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Dalam pengantar naskah Menak Amir Hamza dikutip dari British Library, Ratu Ageng disebut sebagai Prabu Wanodeya/Kang Jumeneng Ratu Agung/Kang Kedhaton Tegalrejo, Raja Perempuan yang memerintah sebagai Ratu Agung dan memiliki istana di Tegalreja. Ratu Ageng adalah putri seorang sarjana Islam dan dikenal sebagai seorang Muslim yang taat. Naskah disalin beberapa waktu setelah 1792 (dan sebelum 1812, ketika diambil oleh pasukan Inggris dari Kraton Ngayogyakarta). Sayangnya, tidak diketahui berapa lama dibutuhkan untuk menulis naskah tersebut.

Annabel menjelaskan naskah-naskah kuno yang berhasil didigitalisasi berasal dari berbagai disiplin keilmuan. Selain naskah arsip dan surat-surat, isi koleksi ada juga sejarah, sastra, cerita tokoh Islam, cerita wayang dan prambon.

Kesemua naskah yang didigitalisasi bisa diakses melalui portal yang disediakan Kraton. "Kami mencari sponsor untuk proyek digitalisasi 75 naskah tersebut," katanya.

Dia bercerita koleksi naskah yang dirampok pasukan Inggris jatuh ketiga orang saja yang berminat dengan sejarah Jawa dan berkepentingan saat itu. Meliputi, Thomas Stamfort Raffles pemimpin pemerintahan Inggris saat itu, perwira Inggris bernama Kolonel Colin Mackenzie dan John Crawfurd sebagai residen wilayah DIY kala itu. Hanya ada tiga naskah yang tidak ikut dirampas, meliputi Kangjeng Kiai Alquran, Babad Ngayogyakarta, dan Serat Purwayekti. "Saya sempat melihat naskah Kanjeng Kiai Alquran di Widyobudoyo, dan saya berguru ke Romo Rinto. Mushaf Alquran itu yang sangat indah," katanya.

Proses digitalisasi yang dilakukan British Library bukan sembarang. Proyek yang dimulai sejak Mei 2018 lalu itu dilakukan secara profesional dan melibatkan orang-orang yang profesional. Ada pemeriksaan yang dilakukan konservator, Jessica Pollard. Dia tidak hanya memeriksa, tetapi juga memperbaiki yang rusak. Setelah naskah lulus dari Jessica, kemudian difoto oleh fotografer Carl Norman. "Carl lah yang menghasilkan 30.000 gambar digital yang dihasilkan. Gambar kemudian dikirim ke Kate Thomas untuk memeriksa kualitas gambar dan urutan halaman," katanya.

Annabel menjelaskan tokoh paling berpengaruh untuk menerbitkan naskah-naskah kuno tersebut adalah Peter Carry. Upayanya dilakukan sejak 1970-an dengan menghasilkan mikro film. Cara tersebut dinilai sebagai langkah untuk menyelamatkan naskah kuno milik Kraton. Karena dinilai mikro film naskah hanya dinikmati segelintir orang dan hasilnya terbatas, serta perkembangan teknologi, proyek digitalisasi naskah pun dilakukan.

Baginya, proyek tersebut setidaknya bisa mengobati luka dan perasaan pahit masyarakat dan Kraton Ngayogyakarta yang selama ini terputus mata rantai khazanah keilmuan dan budayanya selama beratus-ratus tahun. "Proyek ini pun tahun ini selesai. Banyak naskah yang bagus naskah Joyo Lengkoro Wulang, Serat Sekondar dan lainnya yang masih perlu diteliti. Selesainya proyek ini juga menandai 70 tahun hubungan diplomatik antara Inggris Raya dan Indonesia," katanya.

Raja Kraton Ngayogyakarta Sri Sultan HB X menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada British Library atas kesediaannya mengembalikan 75 naskah digital itu. Baginya, naskah kuno adalah barang kehidupan bersejarah, sebagai representasi dari berbagai sumber lokal yang paling autoritatif dan autentik, dalam memberikan informasi dan tafsir sejarah pada masa tertentu. "Naskah kuno merupakan warisan budaya bangsa yang kandungan isinya mencerminkan beragam pemikiran pengetahuan adat istiadat dan perilaku masyarakat masa lalu,” jelasnya.

Dengan ditemukannya naskah kuno itu, kata Sultan, membuktikan sejak lama Bangsa Indonesia sudah memiliki budaya literasi yang kini dikaji melalui pendekatan filologi. Filologi ialah ilmu tentang bahasa kebudayaan pranata dan sejarah suatu bangsa yang bisa diketahui melalui penelitian untuk menafsir hakikat suatu tulisan.

Ketua Panitia Mangayubagya Sri Sultan Hamengku Buwono 30 Tahun Bertakhta, GKR Hayu menjelaskan upaya Kraton dalam penyebaran informasi dan pendekatan sosial kepada masyarakat (termasuk manuskrip) dilakukan melalui media sosial. “Mendekatkan apa yang selama ini Kraton terlihat misterius, eksklusif, mistis, atau sebagainya, kami olah informasinya dan kami masukkan ke media sosial,” ujar putri keempat Sri Sultan HB X itu.

GKR Hayu menjelaskan selain penyebaran informasi terkait dengan kegiatan Kraton, media sosial Kraton juga menyebarkan informasi yang berbasis akademik. “Di Kraton, saya minta approach seputar educational. Sehingga pembahasannya dapat seperti, jenis-jenis tanaman yang ada di Kraton, artinya apa, filosofinya apa, mengapa ada di situ, ada dimana saja, dan sebagainya," ujar Hayu.

Penyebaran informasi Kraton melalui media sosial, yang dimulai sejak 2015 diharapkan dapat diakses dengan mudah bagi semua orang dan berbagi wawasan, pengetahuan, dan kegiatan Kraton Ngayogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Disbud DIY Rilis Lima Film Angkat Kebudayaan Jogja

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement