Advertisement

Pidato Ketua DPR Singgung Politik Identitas

Newswire
Kamis, 16 Agustus 2018 - 16:50 WIB
Bhekti Suryani
Pidato Ketua DPR Singgung Politik Identitas CEO LIPPO Group James Riady (kiri) berbincang dengan Ketua DPR Bambang Soesatyo disela-sela acara penandatanganan naskah kerja sama investasi proyek Meikarta, di Jakarta, Rabu (21/3/2018). - Bisnis Indonesia/Abdullah Azam

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Politik identitas disinggung dalam pidato di sidang DPR-DPD. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo mengingatkan bahaya politik identitas menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Hal itu disampaikannya dalam pidato pada sidang bersama DPR-DPD dalam rangka menyambut HUT Ke-73 Republik Indonesia di Gedung DPR, Kamis (16/8/2018).

Advertisement

Bamsoet mengajak semua pihak untuk tidak membiarkan berkembangnya politik identitas, karena dapat menyulut permusuhan serta mengancam persatuan dan keutuhan bangsa.

Menurut Bamsoet, politik identitas sangat berbahaya jika terus dibiarkan. Apalagi masyarakat kerap kali mencaci maki dan menghujat bila pilihan politiknya berbeda.

Bamsoet melanjutkan fondasi bangsa yang berlandaskan asas kebhinekaan bisa goyah dengan isu SARA. Untuk itulah, Bamsoet meminta politik identitas segera ditinggalkan pada Pemilu 2019 nanti.

"Akibatnya, kebhinekaan kita dalam bahaya. Semua orang cenderung menyatakan diri merasa paling benar. Kerukunan umat beragama justru dianggap tabu. Akal sehat dianggap nista. Karena itu, sudah saatnya, kita harus berani mengatakan secara tegas, Selamat Tinggal Politik Identitas," tegas Bamsoet.

Hujatan dan caci maki kadang menyasar ke petinggi partai politik, Presiden dan lembaga-lembaga negara yang menjadi sebagai simbol kedaulatan negara.

"Mereka dianggap tak mampu. Program pemerintah dianggap nihil. Perbedaan politik dikutuk. Kritik berubah menjadi pembunuhan karakter yang kejam," ucap Bamsoet.

Bamsoet pun mengajak semua pimpinan partai politik, tokoh masyarakat dan seluruh elemen bangsa untuk melaksanakan pesta demokrasi secara damai dan gembira.

"Kita harus menjadikan Pemilu sebagai wahana yang mencerahkan. Berbeda tidak berarti berseteru, bersaing tidak berarti bermusuhan. Karena lawan politik bukanlah musuh yang harus dilenyapkan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Okezone

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Disbud DIY Rilis Lima Film Angkat Kebudayaan Jogja

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement