Advertisement

Sejak Awal Tahun, Peternak Klaten Sulit Cari Bibit Ayam

Cahyadi Kurniawan
Jum'at, 27 Juli 2018 - 17:00 WIB
Galih Eko Kurniawan
Sejak Awal Tahun, Peternak Klaten Sulit Cari Bibit Ayam Sosialisasi pengawasan persaingan usaha di Balai Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom, Klaten, Kamis (26/7 - 2018). (Solopos/Cahyadi Kurniawan)

Advertisement

Harianjogja.com, KLATEN—Peternak mandiri ayam pedaging kesulitan memperoleh day old chicken (DOD) atau bibit ayam sejak Januari 2018. Kesulitan bertambah parah ketika harga daging ayam dan telur melonjak beberapa pekan terakhir ini.

Peternak ayam potong asal Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, Rustam Aji Kodrat Wibowo, mengatakan peternak diuntungkan dengan kenaikan harga daging ayam. Namun, untung itu tak berarti karena mereka kesulitan mendapatkan DOC. Ia menduga ada permainan di level pedagang besar soal distribusi DOC.

Advertisement

Sejak Januari kami kesulitan DOC. Kalau beli harus inden selama satu sampai 1,5 bulan. Ini saja kandang saya enggak isi semua,” ungkapnya di Balai Desa Brangkal, Kecamatan Karanganom, Kamis (26/7/2018).

Di Brangkal, tersisa empat peternak ayam petelur, ayam potong, dan ayam jawa super. Peternak di desa itu menghasilkan 60 kilogram (Kg) telur per hari dan 3.000 ekor ayam potong per bulan.

Telur dan daging ayam didistribusikan untuk keperluan konsumsi di daerah Klaten dan sekitarnya. Ia berharap pemerintah menghitung ulang kebutuhan ayam nasional agar pasokan di pasar tak sampai melebihi atau kurang dari kebutuhan sebab hal itu mempengaruhi harga.

Tak hanya itu, distribusi DOC harus diperketat. “Kalau langka seperti ini biasanya DOC asal Ungaran dan Surabaya banyak dikirim ke Jawa Barat. Akibatnya, Jawa Tengah kosong,” tutur Rustam.

Keluhan senada juga dirasakan oleh pengepul ayam potong, Sarono, 55, warga Desa Jungkare, Kecamatan Karanganom. Kelangkaan DOC mengakibatkan kelangkaan daging ayam di tingkat petani.

Ia bahkan harus membeli ayam dari luar Klaten seperti Gunungkidul, Bantul, dan Magelang. “Kelangkaan daging ayam ini sebetulnya sejak menjelang Lebaran sudah terasa. Sekarang ini hanya imbas dari kelangkaan DOC sebelumnya. Kalau pekan ini DOC enggak ada, harga ayam tinggi diprediksi sampai September,” ujar dia.

Sarono menilai kelangkaan DOC akibat pemusnahan DOC secara sengaja oleh produsen besar. Hal itu dinilai mengarah kepada praktik monopoli daging ayam oleh peternak besar.

Mereka mending rugi DOC daripada rugi ayam besar. Maka, DOC banyak yang dimusnahkan. Menurut saya, upaya itu mengarah ke monopoli peternak besar,” terang dia.

Direktur Pengawasan Kemitraan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Dedy Sani Ardi, mengatakan KPPU sedang menghimpun data apakah kasus kelangkaan DOC dan kenaikan harga daging ayam dan telur didesain peternak besar. Dalam sepekan terakhir KPPU turun ke sejumlah daerah mengumpulkan bukti-bukti soal adanya pihak-pihak yang bermain dalam distribusi atau produksi.

Kalau dalam Permentan 32 disebutkan pelaku usaha besar harus mendistribusikan 50 persen DOC ke peternak kecil. Kami juga akan mengecek apakah implementasi di lapangan sesuai Permentan atau tidak?” kata dia.

Ia menilai indikasi mengarah ke praktik monopoli terlihat dari proporsi peternak terintegrasi dengan petani plasma atau mandiri sebesar 90 banding 10. Dahulu, proporsi itu berjumlah 80 persen untuk peternak mandiri dan 20 persen peternak terintegrasi.

Potensi ke sana ada karena proporsinya tidak seimbang. Jika terbukti bisa dikenai sanksi administrasi denda maksimal Rp25 miliar. Kejadian ini mirip dengan awal 2016 lalu dengan adanya praktik kartel daging ayam,” terang dia.

Ia mengatakan KPPU mendorong pengubahan proporsi peternak terintegrasi dengan peternak mandiri secara ideal 50 banding 50. Langkah yang ditempuh adalah dengan membangun kemitraan sehat. Kemitraan harus setara antara peternak besar dan peternak kecil sehingga tidak eksploitatif.

Kami analisis perjanjian kerja sama kemitraan itu. Dalam perjanjian juga harus jelas kepastian kapan masuk dan keluar ayam dari kandang. Pedomannya harus ada share growth agreement, kemitraan harus tumbuh bersama-sama,” beber Dedy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 06:37 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement