Advertisement

Sulut Api Ubah Pertigaan Revolusi Jadi Medan Keributan

Irwan A Syambudi
Kamis, 03 Mei 2018 - 08:25 WIB
Budi Cahyana
Sulut Api Ubah Pertigaan Revolusi Jadi Medan Keributan Polisi menangkap salah seorang anggota massa aksi yang diduga terlibat pembakaran pos polisi pada demo hari buruh di pertigaan kampus UIN Sunan Kalijaga, Jogja, Selasa (5/1/2018). - Christoporus Sasongkoadji

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Demonstrasi Hari Buruh Internasional di Pertigaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga semestinya berlangsung damai. Namun, puluhan orang berpenutup wajah dengan pakaian serba hitam diduga menyusupi unjuk rasa ini. Kerusuhan pun pecah.

Selasa (1/5/2018) sekitar pukul 15.50 WIB, pertigaan UIN Sunan Kalijaga yang acap disebut mahasiswa sebagai Pertigaan Revolusi (karena tempat itu biasa dipakai berunjuk rasa kelompok mahasiswa yang gemar meneriakkan slogan-slogan revolusioner) berubah menjadi medan keributan.

Advertisement

Bom asap dilontarkan ke arah pos polisi di utara jalan, kemudian disahut tembakan peringatan dari polisi. Orang-orang yang berasal dari kerumunan demonstran kemudian mencorat-coret baliho dengan kata-kata tak pantas. Segelintir dari mereka, tak jelas siapa, menimpuk pos polisi menggunakan bom molotov. Api membakar dinding pos. Puluhan polisi menghalau massa dan meringkus beberapa orang. Sebagian yang berbuat rusuh lolos.

Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) DIY Faizi Zain menyebut unjuk rasa di Pertigaan UIN Sunan Kalijaga semestinya berjalan damai. Massa berjumlah ratusan mahasiswa, tergabung dalam Gerakan Asi Satu Mei (Geram). Mereka berasal dari berbagai organisasi dari berbagai universitas. Selain PMII, ada juga Front Aksi Mahasiswa Jogjakarta (FAM-J).

“Sejak awal kami sepakat aksi ini adalah aksi damai,” kata dia.

Namun saat koordinator umum aksi hendak menyampaikan pernyataan sikap sebagai tanda berakhirnya demonstrasi, sekolompok orang menyelinap ke kelimunan pengunjuk rasa. Mereka memakai jaket, sebagian berbaju hitam serta menutupi kepala dan wajah dengan sebo.

Orang-orang itulah yang menimpuk pos polisi menggunakan bom molotov dan memancing keributan. Demonstran pun dipukul mundur oleh polisi, puluhan mahasiswa dibekuk.

“Yang ditangkap total ada 69 orang, 43 merupakan anggota PMII,” ungkap dia.

Sudah Disiapkan

Salah satu demonstran yang meminta namanya dirahasiakan demi keamanan mengatakan pada pukul 14.00 WIB, sekitar 70 lebih mahasiswa berkumpul di kampus UIN mempersiapkan aksi dengan membawa pakaian bebas, bendera, dan spanduk. Namun, di antara mereka terdapat sejumlah orang yang semuanya berpakaian gelap, lengkap dengan penutup wajah, dan juga membawa spanduk.

“Yang pakai pakaian hitam dan penutup muka ada sekitar 40 sampai 50 orang, hampir menyamai massa pengunjuk rasa. Saya tidak tahu identitasnya. Saat berkumpul di kampus UIN, bom molotov belum ada,” kata dia.

Orang-orang berpenutup muka lari ke arah selatan, berhasil lolos dari kejaran polisi, diduga sudah terlatih.

Demonstran kemudian berjalan menuju Pertigaan UIN yang berjarak sekitar 200 meter dari titik kumpul. Unjuk rasa berjalan tertib, dengan orasi sekitar satu jam. Sementara, orang-orang bersebo yang identitasnya tak diketahui para demonstran ini berkumpul di dua titik, sebelah timur dan di dekat pos polisi.

“Awalnya orang yang memakai penutup muka itu melempar bom asap ke pos polisi, terus dari barat ada tembakan peringatan. Nah di situlah mulai muncul perusakan pos polisi dengan melempar [bom] molotov,” kata dia.

Kerusuhan pecah. Demonstran kocar-kacir. Ada yang ditangkap di Pertigaan UIN, ada pula yang diciduk di kampus.

“[Orang-orang berpenutup muka] Semuanya lari ke arah selatan, berhasil lolos semua. Sepertinya sudah terlatih,” kata dia.

Kapolda DIY Brigjen Pol. Ahmad Dofiri mengatakan sudah menetapkan tiga orang sebagai tersangka. Masing-masing berinisial MC, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga asal NTT; MI, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga asal Kalimantan Barat; dan AM, mahasiswa Sanata Dharma asal Bandung. Ketiga tersangka ini merupakan bagian dari 69 orang yang ditangkap setelah demonstrasi itu.

Diburu Polisi

Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda DIY Kombes Pol. Hadi Utomo mengakui penetapan tersangka memang cepat karena penyidik mengantongi bukti yang sudah cukup lengkap.

Ketiga mahasiswa itu dijerat Pasal 160,170, dan 406 KUHP dengan ancaman hukuman di atas lima tahun. Polisi juga menyita 55 botol molotov, empat mercon, empat plastik berisi solar bahan bakar molotov, batu, pentungan kayu dan besi, cat semprot, serta sejumlah spanduk, sebagai barang bukti.

Hadi mengatakan jajarannya akan mengejar orang-orang berpenutup kepala yang kabur.

“Kami punya data video rekaman, ada yang pakai sebo. Kami ultimatum jika tidak menyerahkan diri, akan kami kejar dan tindak tegas. Ada 10 orang yang sudah kami tandai.”

Polisi juga menengarai bom molotov sudah dipersiapkan pengunjuk rasa sejak awal.

“Ada tempat mereka buat molotov, siapa pembuatnya, siapa yang membawa ke TKP, siapa yang mendanai. Tetapi ini masuk materi penyidikan. Tidak bisa saya sampaikan, masih didalami,” kata dia.

Kabid Humas Polda DIY AKBP Yulianto menambahkan selain tiga orang yang ditangkap karena dugaan perusakan pos polisi, ada juga satu orang yang diringkus karena positif menggunakan narkoba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement