Advertisement

Pengusaha Kopi Indonesia Ditantang Rebut Pasar Kopi di Bosnia dari Cengkeraman Brasil

M. Taufikul Basari
Senin, 30 April 2018 - 14:05 WIB
Nugroho Nurcahyo
Pengusaha Kopi Indonesia Ditantang Rebut Pasar Kopi di Bosnia dari Cengkeraman Brasil Duta Besar Indonesia untuk Bosnia Herzegovina Amelia Yani Bicara di Sarajevo Business Forum - Istimewa/Bisnis

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Bosnia Herzegovina masuk dalam dalam 10 besar negara pengkonsumsi kopi di dunia. Sayangnya, kontribusi kopi Indonesia di negeri Balkan itu kalah jauh dari Brasil.

Oleh karena itu, Duta Besar Indonesia untuk Bosnia Herzegovina Amelia Yani menantang pelaku usaha kopi di Tanah Air untuk bisa masuk ke pasar Bosnia dan mengalahkan Brasil.

Advertisement

”Kami mengundang kopi Nusantara untuk menjajaki kerja sama dengan pelaku usaha di Bosnia Herzegovina, karena pasar kopi di sini cukup besar,” kata Amelia Yani, yang memfasilitasi keikutsertaan Indonesia di Sarajevo Business Forum (SBF) di Bosnia Herzegovina, 25-27 April lalu.

Dalam rilis yang diterima Jaringan Informasi Bisnis Indonssia, Senin (30/4/2018), Amelia meyebut bahwa pebisnis di Bosnia sangat tertarik menjalin kerja sama dengan pebisnis Indonesia. Hal itu karena kedua negara memiliki akar sejarah yang kuat.

“Hanya saja, saat ini pasar kopi di Bosnia Herzegovina dikuasai Brasil. Padahal, kualitas kopi Nusantara sudah lama diakui dunia,” kata Amelia.  

Pemerintah Indonesia sendiri mengirimkan delegasi beranggotakan pejabat pemerintah dan pelaku bisnis untuk menghadiri Sarajevo Business Forum (SBF) di Bosnia Herzegovina yang dipimpin Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil.

Delegasi Indonesia tersebut mengemban misi meningkatkan investasi dan kinerja ekspor. Salah satu targetnya, merebut pangsa pasar kopi di Negeri Balkan yang saat ini dikuasai Brasil.

SBF merupakan forum bisnis yang rutin digelar setiap tahun oleh Pemerintah Bosnia Herzegovina. Tahun ini, SBF diikuti 1.800 peserta, ter­diri dari pejabat pemerintah dan pelaku bisnis dari 50 negara.

Selain Menteri Sofyan Djalil, delegasi Indonesia yang hadir di SBF antara lain dua diplomat senior, yakni mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dan Alwi Shihab. Hadir pula Komis­aris Utama Bank Muamalat Anwar Nasution, wakil delegasi Komunitas Kopi Nusantara (Kopinusa) Yuli Mumpuni Widarso, Chief Executive Of­ficer (CEO) Jalan Keluar Indrie Sorayya Zulkarnain, serta pelaku usaha tour dan travel.

Pada pembukaan acara SBF, Rabu (25/4), Menteri Sofyan beroleh kehormatan menyampaikan keynote speech, mewakili Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berhalangan hadir.

Dalam paparannya, Sofyan mengajak para pebisnis Bosnia untuk berinvestasi di Indonesia dan menjalin kerja sama perdagangan. Sebab, Indonesia memiliki potensi ekonomi besar yang didukung dengan stabilitas politik.

“Indonesia adalah salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Sistem demokrasi mendukung kebijakan ekonomi yang kon­sisten. Pemilihan umum tidak mengganggu iklim investasi,” ungkap Sofyan di Gedung Parle­men Bosnia di Sarajevo.

Sofyan menambahkan, perekonomian Indonesia tumbuh 5,07% pada 2017. Pertumbuhan itu cukup baik di tengah situasi perekonomian dunia yang sedang tidak mendukung. Selain itu, Indonesia diproyeksikan masuk lima besar kekuatan ekonomi dunia pada 2045.

Potensi lain, lanjut Sofyan, Indonesia memiliki kerja sama pasar terbuka dengan negara Asia Tenggara. Pebisnis bisa mengakses pasar tersebut bila berinvestasi di Indonesia. ”Kami juga menyiapkan insentif kepada para investor yang berinvestasi di Indonesia,” ujarnya.

Sofyan meyakini, Indonesia dan Bosnia bisa meningkatkan dan mengembangkan kerja sama. Baik antarpemerintah maupun antarpebisnis, karena kedua negara memiliki persahabatan yang sangat kuat.

Terbukti, dua kepala negara Indonesia pernah datang langsung ke Bosnia. Yakni, Presiden Indonesia kedua Soeharto pada 1995, dan Presiden Indonesia keempat Megawati Soekarnoputri pada 2002. ”Kami harapkan, melalui per­sahabatan Indonesia dan Bosnia bisa tercipta kerja sama antarregional,” imbuhnya.

Nilai perdagangan Indonesia dengan Bosnia pada 2017 tercatat sebesar US$12 juta. Rinciannya, ekspor Indone­sia sebesar US$9,5 juta dan impor US$2,5 juta. Lima besar ekspor Indonesia tertinggi yakni kertas, minyak nabati, daging olahan, kakao, dan produk in­dustri penggilingan.

Menurut Sofyan, pemerintah Indonesia tertarik mengikuti SBF utamanya untuk membidik pasar non-tradisional. Tidak hanya menyasar peningkatan kerja sama dengan Bosnia Herzegovina, tetapi juga neg­ara di sekitarnya seperti Kroasia, Montenegro, Serbia, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Jatuh dari Tebing Pantai Parangendok, Lansia Bantul Meninggal

Jatuh dari Tebing Pantai Parangendok, Lansia Bantul Meninggal

Bantul
| Selasa, 07 Oktober 2025, 22:47 WIB

Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Wisata
| Minggu, 05 Oktober 2025, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement