Advertisement
Perguruan Tinggi di Indonesia Tertinggal 30 Tahun
Advertisement
[caption id="attachment_443704" align="alignleft" width="450"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/09/03/perguruan-tinggi-di-indonesia-tertinggal-30-tahun-443700/wisuda-ilustrasi-reuters" rel="attachment wp-att-443704">http://images.harianjogja.com/2013/09/wisuda-ilustrasi-reuters1.jpg" alt="" width="450" height="330" /> Foto ilustrasi wisuda perguruan tinggi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)[/caption]
Harianjogja.com, SLEMAN – Beban perguruan tinggi (PT) yang menumpuk mengakibatkan kualitas universitas di Indonesia tertinggal 30 tahun dari negara-negara maju dan menciptakan lulusan yang tanggung.
Advertisement
Tenaga pengajar program studi Kajian Media dan Budaya Populer Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM, Budiawan Hartono mengatakan, meski konsep Tri Dharma PT berupa pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat bertujuan positif, tetapi tugas ini justru menjadi beban PT.
Apalagi, imbuhnya, saat ini pemerintah terlalu banyak memberikan regulasi yang menghambat gerak PT.
“Birokrasi yang terlampau rumit ini mengakibatkan PT kesusahaan mengajukan penelitian. Tanggung jawab yang dituntut banyak mengakibatkan kami sibuk sendiri. Padahal seharusnya PT menyumbangkan solusi bagi persoalan yang ada," ujar dia saat ditemui dalam persiapan Dies Natalis ke-30 SPs UGM yang mengangkat tema Kontribusi Sekolah Pascasarjana UGM Dalam Pengembanga Strategi Lokal Menuju Kemandirian Bangsa di kampus setempat, Senin (2/9/2013).
Persoalan ini, kata dia, mengakibatkan PT hanya dapat mengecam atau merasa prihatin terhadap permasalahan bangsa. Bukannya terketuk mencari solusi atas setiap persoalan.
Kondisi ini turut mempengaruhi kualitas lulusan PT Indonesia. Sebab mahasiswa hanya terpaku pada teori tetapi tidak dapat memahami ilmu tersebut secara luas.
"Paham teori sepenuhnya juga tidak, diminta mengaplikasikan dalam kehidupan nyata juga belum bisa. Lulusan kita akhirnya menjadi lulusan tanggung. Istilahnya, PT kita ketinggalan kereta," tuturnya.
Direktur SPs UGM, Hartono menambahkan, kondisi inilah yang mengakibatkan kualitas PT Indonesia kalah dengan negara maju. Bila akan dibandingkan, ia menilai setidaknya kualitas PT Indonesia kalah 30 tahun dengan negara maju.
Atas alasan itu, SPs UGM berupaya menghadirkan solusi atas setiap permasalahan bangsa. Khusus di DIY, kampus ini berupaya mengembangkan Jogja bagian selatan. Sebab selama ini masyarakat cenderung berkiblat pada potensi yang ada di Gunung Merapi.
Adapun, potensi pesisir laut selatan DIY tidak hanya berkisar pasir besi. Jauh di dasar lautan DIY ini terdapat kandungan bahan bakar minyak (BBM) berlimpah. Potensi ikan yang dihasilkan pun beragam.
“Kami tengah berupaya mengubah maindset penduduk dari mistis ke masa depan. Hal ini sesuai petunjuk Pak Sultan [Gubernur DIY], menjadikan kehidupan bahari sebagai pendukung ekonomi Jogja. Tidak mudah memang, karena sama saja menggeser budaya,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- ASEAN Tegaskan Tak Akan Kirim Pengamat ke Pemilu Myanmar
- MK Tolak Uji Materi Aturan Batas Usia Pemuda Jadi 40 Tahun
- Proses Dekontaminasi Radioaktif 22 Pabrik di Cikande Selesai
- Imbas Shutdown, Dana Perumahan Militer AS Dialihkan untuk Gaji Tentara
- Soal Ritel Besar, Kemenko PM Susun Pemerataan Rantai Bisnis yang Adil
Advertisement
Kecam Perdagangan Daging Anjing di DIY, DMFI Desak Adanya Perda
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Viral Keluhan Layanan Puskesmas Dlingo 1, Sekda Bantul Minta Maaf
- Mensos Sebut Usulan Gelar Pahlawan Soeharto Berasal dari Bawah
- Eks Sekjen Kemenaker Tersangka Pemerasan TKA
- Prabowo Ingatkan Polisi Harus Sigap, Jangan Ego Sektoral
- Sleman Buka Trayek Baru Angkutan Umum, Ada Maguwoharjo-Pakem
- Partisipasi Pemilos Kulonprogo 2025 Naik, 25.998 Siswa Berpartisipasi
- Terima Suap Miliaran Rupiah, 3 Hakim Hanya Dituntut 12 Tahun Penjara
Advertisement
Advertisement



