Advertisement
Terjadi Lagi, Wali Kota di Filipina Tewas Ditembak

Advertisement
Harianjogja.com, MANILA-Pria-pria bersenjata dengan menggunakan sepeda motor membunuh seorang wali kota di Filipina Utara pada Selasa (, yang menjadi pembunuhan kedua terhadap para pejabat pemerintahan daerah dalam dua hari, kata kepolisian.
Wali Kota Ferdinand Bote (57) menjadi pejabat daerah terpilih ke-12 yang terbunuh sejak Presiden Rodrigo Duterte melancarkan gerakan maut antinarkotika, setelah ia mulai menjalankan kekuasaan dua tahun lalu, walaupun Bote tidak terkait dengan perdagangan obat-obatan terlarang.
Advertisement
Bote dan supirnya sedang meninggalkan kantor pemerintah di Ibu Kota Provinsi Nueva Ecija ketika pria-pria bersenjata mendekati mobilnya dan menembaknya hingga tewas, kata Adrian Gabriel, Kepala Kepolisian kota tersebut.
"Ia ditembak berkali-kali dengan menggunakan senapan laras pendek," kata kepolisian dalam laporan awal. Supir Bote selamat tanpa cedera dari insiden itu.
Polisi menemukan setidaknya 18 cangkang peluru di tempat kejadian.
Pemerintah tidak akan membuang-buang waktu untuk mengungkap kejahatan terbaru itu, kata Harry Roque, juru bicara Duterte. Dalam pernyataan, ia menjanjikan bahwa penyelidikan yang adil dan menyeluruh akan dijalankan oleh kepolisian guna membawa pelaku pembunuhan ke meja hijau.
Pada Senin, Antonio Halili (72), yang mencuri perhatian pada 2016 karena mengarak para tersangka penjahat narkoba di jalanan Tanauan, Manila Selatan, ditembus peluru di dadanya saat menghadiri upacara mingguan pengibaran bendera.
Duterte mengatakan sang wali kota kemungkinan memiliki keterlibatan dalam kejahatan narkoba dan gerakan "walk of shame" yang diusungnya untuk mengarak para tersangka penjahat narkotika merupakan taktik untuk meyakinkan polisi bahwa ia tidak memiliki keterkaitan dengan perdagangan obat-obatan terlarang.
Dalam upara pemakaman Halili, putri wali kota itu, Angelina, mengatakan kepada para wartawan bahwa adalah hal yang tidak adil untuk mengaitkan ayahnya dengan perdagangan narkoba. Ia juga mengatakan Duterte mendapat informasi yang salah.
Kekuasaan kawasan Halili dicopot pada Oktober 2017 karena penyebaran narkoba di kotanya, di tengah tuduhan yang dilancarkan oleh kepolisian nasional bahwa ia kemungkinan terlibat. Halili membantah tuduhan tersebut.
Polisi telah menewaskan lebih dari 4.200 orang dalam gerakan antinarkotika sejak Juli 2016. Pada periode yang sama, 2.500 tersangka penjahat narkoba tewas oleh para penyerang yang tidak diketahui jati dirinya.
Para pembela hak asasi manusia mengatakan para korban dibunuh oleh polisi. Kepolisian membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa sebagian besar kematian terjadi dalam upaya membela diri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jadwal Pemadaman Listrik Hari Ini, Kota Jogja dan Bantul
- Donald Trump Desak Kesepakatan Akhiri Shutdown Pemerintah AS
- Istana Sebut Insiden Pesantren Al-Khoziny Jadi Atensi Khusus Prabowo
- Ratusan Pendukung Palestina Action di London Ditangkap Polisi
- Tanah Longsor dan Banjir Bandang di Nepal Tewaskan 22 Warga
Advertisement

Jadwal KRL Solo Jogja Berangkat dari Stasiun Palur, 6 Oktober 2025
Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya
Advertisement
Berita Populer
- Kualitas Udara Jakarta Terburuk kelima Dunia
- Sirkuit Mandalika Diprediksi Hujan Ringan Saat Puncak MotoGP 2025
- Masuki Usia ke-195, Ini Sejarah Peringatan Hari Jadi Gunungkidul
- Solusi Bangun Raih Penghargaan CSR Pengembangan Desa Berkelanjutan 2025
- Pemerintah Akan Hidupkan Lagi 13 Jalur Kereta Mati di Jawa
- Cek di Sini! Jalu Trans Jogja dan Harga Tiketnya
- Kronologi Jejak Viral Bjorka dan Penangkapan oleh Polisi
Advertisement
Advertisement