Advertisement

Bersiap Menghadapi Masa Krisis Darah

Bernadheta Dian Saraswati/Maya Arina Pramudita
Selasa, 08 Mei 2018 - 10:35 WIB
Maya Herawati
Bersiap Menghadapi Masa Krisis Darah Ilustrasi donor darah - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Hari Palang Merah Internasional jatuh pada 8 Mei. Turut memeringatinya, Harianjogja.com membuat liputan tentang masa krisis stok darah di DIY dan persiapan yang dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI) DIY dan komunitas donor.

Stok darah di DIY rerata memang berlebih, tetapi bukan berarti tak pernah menghadapi masa krisis. Bulan Ramadan dan pekan pertama libur Idulfitri adalah masa krisis stok darah di daerah ini. Komunitas donor dan PMI pun berupaya sejak sekarang mencegah masa krisis itu.

Advertisement

Komunitas Relawan Donor Darah Jogja bahu-membahu berkoordinasi dengan sesama anggota agar terus bisa membantu yang membutuhkan terutama saat paceklik darah.

“Selama bulan puasa, kegiatan donor darah masih bisa dilakukan asal memenuhi persyaratan donor untuk itu, PMI sebaiknya terus aktif memberikan sosialisasi dan mengajak masyarakat agar bisa bersama melakukan donor darah meski bulan puasa,” ujar Adipunggowo, salah satu pengurus Relawan Donor Darah Jogja, pekan lalu.

Ia menyebut kampanye harus terus gencar dilakukan setiap saat melalui media sosial (medsos). Kampanye melalui medsos menjadi salah satu upaya mencegah terjadinya masa krisis darah. Adi menyebut sebenarnya idealnya seorang donor bisa rutin dalam jangka waktu dua atau tiga bulan sekali. Dengan sistem donor rutin, sebenarnya juga menjadi cara agar stok darah tetap terjaga stabil.

Komunitas lain yang membantu pasokan stok darah adalah Korps Sukarela (KSR) UPN Veteran Jogja. KSR merupakan kesatuan unit PMI yang menjadi wadah bagi anggota untuk dapat terlibat dalam kegiatan kepalang merahan. KSR terdapat dalam tingkat kabupaten, kota dan bagi mahasiswa dapat bergabung melalui perguruan tinggi.

Terkait dengan minimnya stok darah pada saat bulan puasa, Wafa Huzaifah, selaku pengurus KSR UPN Veteran Jogja mengatakan PMI harus tetap membuka kegiatan donor darah. “Puasa itu bukan halangan seseorang mendonorkan darahnya, meski ada syarat tertentu. Di sisi lain, ada masyarakat yang tidak menjalankan ibadah puasa saat bulan puasa. PMI sebaiknya melakukan sosialisasi ke lembaga terkait dan memberitahu syarat donor darah seperti apa,” ujar Wafa saat ditemui di Sekretariat KSM UPN Veteran Jogja pekan lalu.

KSR UPN Veteran Jogja juga tak lelah berkampanye agar masyarakat aktif menjadi donor. “Kami memberikan pelayanan terkait donor darah misal di jurusan atau masyarakat membutuhkan pelayanan donor darah maka kamu akan membantu. Selain kegiatan tersebut kami menggunakan dan mengelola media sosial untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan dan membagikan konten-konten donor darah,” terang Wafa kepada Harian Jogja.

Wakil Ketua Bidang Unit Donor Darah PMI DIY, dr. Suryanto, SP.KK mengatakan, selama setahun, titik kritis terjadi saat pekan pertama Idulfitri. Pada saat-saat seperti itu, kebutuhan darah memang tetap, tetapi jumlah suplai darah dari pendonor berkurang.

“Pendonornya banyak yang merayakan Hari Raya [Idulfitri] jadi donasinya menurun,” kata Suryanto, Kamis (3/5/2018) di kantornya. Pendonor baru akan kembali mendonorkan darahnya setelah merayakan Hari Raya sehingga jumlah stok darah kembali stabil.

Kondisi kritis tersebut bukan berarti pasokan darah habis karena kebutuhan darah saat masa Ramadan dan Lebaran biasanya tetap dan hanya suplainya yang menurun. “DIY enggak sampai terjadi kekosongan darah,” tegasnya.

 

Menyetok Lebih Banyak

Menjelang masa kritis tersebut, PMI sudah melakukan upaya antisipasi yaitu dengan menyetok pasokan darah lebih banyak. PMI juga sudah mulai aktif menyurati pihak-pihak yang biasa melakukan donor darah untuk kembali melakukannya menjelang Ramadan ini.

Sosialisasi melalui PMI di tingkat kecamatan juga mulai aktif dilakukan. Beberapa institusi dan juga gereja-gereja juga kerap menggelar donor darah saat Ramadan sehingga sangat membantu menambah stok darah di PMI.

Suryanto mengatakan kebutuhan darah di DIY selalu tercukupi. Bahkan DIY disebutnya kelebihan cadangan dan sampai menyalurkan darah ke luar DIY seperti Klaten. Setidaknya angka kelebihan darah di PMI DIY sampai 10% dari stok yang ada. Perhitungan stok darah DIY setiap tahun sekitar 70.000an per tahun atau 2% dari jumlah penduduk DIY yang mencapai 3,7 (BPS 2016).

Berdasarkan data pendonor pada 2017, dengan 2% jumlah penduduk DIY yang mencapai 3,7 juta tersebut, bisa terkumpul 68.655 kantong darah dari lima Unit Transfusi Darah (UTD) PMI, yaitu Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, Sleman dan Kota Jogja. “Itu pun UTD RSUP Sardjito belum masuk. Kalau masuk, bisa melebihi 70.000. Stok kita [DIY] sangat mencukupi,” kata Suryanto.

Ia tidak menampik jika saat ini kegiatan donor darah kerap dimasukkan dalam setiap kegiatan seremonial, baik yang dilakukan di tingkat institusi maupun komunitas. Pada satu sisi, ia memang mendorong dan mengapresiasi stakeholder yang sudah membuktikan rasa kemanusiaannya dengan menggelar donor darah seperti itu. Namun pada sisi lain, jika ada penyelenggara yang menargetkan angka kantong darah dalam jumlah yang besar, PMI justru akan merasa kewalahan dalam mengolah darah yang sudah terkumpul.

Apalagi kapasitas penyimpanan darah di masing-masing UTD tidak sama. Paling banyak adalah UTD PMI Kota Jogja yang mencapai 3.500-4.000 kantong darah. “Kalau ada yang menargetkan sampai 1.000 kantong dalam sekali event, kalau langsung bluk, banyak, seperti itu, kami yang kewalahan. Lagi pula umur darah juga hanya 26 hari,” tegasnya.

Ia lebih menyarankan kepada para penyelenggara untuk menargetkan jumlah kantong darah yang tidak terlalu banyak tetapi rutin dilakukan, seperti tiga bulan sekali. “Mending sedikit tetapi rutin, karena kalau banyak itu jadi mubadzir,” tuturnya.

Kendati demikian, ia juga tetap menyarankan agar pihak penyelenggara donor darah tetap menargetkan jumlah minimal perolehan kantong darah. Paling tidak, dalam sekali event bisa mengumpulkan minimal 50 kantong darah. “Perhitungan kebutuhannya, satu unit mobil PMI itu bisa membawa 50 kantong. Kalau ada lima UTD, jadi 250 per hari,” katanya.

Jadi Gaya Hidup

Suryanto sangat mengapresiasi penyelenggara kegiatan yang menyelipkan kegiatan donor darah dalam acaranya. Ia ingin dengan kegiatan seperti itu, donor darah menjadi sebuah gaya hidup masyarakat. “Jangan berpikir kalau donor itu sakit. Donor itu justru bisa dicek HIV, sipilisnya,” jelasnya.

Senada dengannya, salah satu donor rutin asal Bantul, Harsito, 72, juga sangat mengapresiasi pihak-pihak yang menyisipkan kegiatan donor darah dalam setiap acara yang digelar. Bagi pria yang tercatat sudah mendonorkan darah sebanyak 115 kali ini, target jumlah kantong darah bukan menjadi hal utama. Yang terpenting bagi dia adalah memiliki semangat untuk membangun rasa kemanusiaan dan membiasakan berdonor secara rutin.

“Kalau mau menjadikan donor darah jadi acara utama, sepertinya kok susah. Memang lebih tepat jika menjadi acara pelengkap tetapi yang penting adalah edukasinya pada masyarakat untuk menumbuhkan jiwa kemanusiaan itu,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

LITERASI KESEHATAN: Warga Lansia Diminta Bijak Memilih Jenis Olahraga

Gunungkidul
| Jum'at, 26 April 2024, 22:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement