Advertisement
Laboratorium Luar Angkasa China, Jatuh lalu Terbakar di Pasifik Selatan
Bendera China di luar gedung People's Bankf of China. - Reuters
Advertisement
Harianjogja.com, SHANGHAI-- Stasiun ruang angkasa Tiangong-1 milik China terbakar. Stasiun ruang angkasa Tiangong-1 milik China memasuki atmosfer bumi dan terbakar di tengah kawasan Pasifik Selatan pada Senin, kata otoritas ruang angkasa China.
Stasiun itu memasuki atmosfer sekitar pukul 8:15 pagi waktu Beijing atau 00.15 GMT, dengan sebagian besar bagiannya telah terbakar dalam proses jatuh tersebut, kata pihak berwenang dalam pernyataan singkat di lamannya.
Advertisement
Hal tersebut disampaikan tidak lama setelah stasiun tersebut diperkirakan akan jatuh di atas pantai Brazil di Atlantik Selatan, dekat Kota Sao Paulo dan Rio de Janeiro.
Skuadron Kendali Luar Angkasa 18 Angkatan Udara Amerika Serikat, yang melacak dan mendeteksi semua objek buatan di orbit bumi, mengatakan mereka juga melacak Tiangong-1 saat memasuki atmosfer di Pasifik Selatan.
BACA JUGA
Dalam sebuah pernyataan, mereka telah mengonfirmasi jatuhnya Tiangong-1 melalui koordinasi dengan rekan-rekan pengamatan di Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Korea Selatan dan Inggris.
Pada Jumat (29/3/2018), Beijing meyakinkan publik bahwa peristiwa ini tidak mungkin menyebabkan adanya potongan besar yang akan mencapai daratan.
Stasiun Tiangong-1 atau yang berarti Istana Surgawi-1, memiliki panjang 10,4 meter dan diluncurkan pada tahun 2011 guna melakukan percobaan penambatan dan orbit di ruang angkasa.
Misi ini merupakan bagian dari program ruang angkasa ambisius China, yang bertujuan untuk menempatkan stasiun permanen di orbit pada 2023.
Benda angkasa tersebut awalnya direncanakan untuk dinonaktifkan pada tahun 2013 tetapi misinya berulang kali diperpanjang.
Sebelumnya, China mengatakan bahwa proses penjatuhan akan terjadi pada akhir 2017 tetapi proses itu ditunda, menyebabkan beberapa ahli menduga bahwa laboratorium luar angkasa itu sebenarnya sudah lepas kendali.
Tabloid China Global Times pada edisi Senin (2/4/2018) menulis bahwa sorotan media di seluruh dunia tentang peristiwa ini mencerminkan rasa "iri" pihak asing terhadap industri luar angkasa China.
"Adalah hal normal bagi pesawat ruang angkasa untuk masuk kembali ke atmosfer, namun Tiangong-1 menerima banyak perhatian di antaranya karena beberapa negara Barat mencoba untuk mengganggu industri penerbangan yang tumbuh cepat di China," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Raperda KTR Kulonprogo Tuai Pro Kontra Radius Jual Rokok
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Gugat Cerai Ridwan Kamil, Lisa Mariana Minta Maaf ke Atalia
- Layanan Pajak Akhir Pekan Dibuka KPP DIY, Ini Jadwal Lengkapnya
- OTT KPK di Banten, Lima Orang Diamankan Masih Diperiksa
- Pekerja Musik Yogyakarta Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
- XL Ultra 5G+ Resmi Hadir di Enam Kota-Kabupaten Jateng dan DIY
- Proses PAW Lurah di Gunungkidul Dimulai, Tiga Kalurahan Prioritas
- Elon Musk Blokir Akun Grimes di Tengah Sengketa Hak Asuh Anak
Advertisement
Advertisement




