Advertisement
Pakar ITB: Gempa Rusia Jadi Alarm Bagi Indonesia untuk Waspada
Peta peringatan dini tsunami. - Instagram.
Advertisement
Harianjogja.com, BANDUNG—Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Irwan Meilano mengungkapkan gempa bumi bermagnitudo 8,7 yang mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia menjadi peringatan bagi negara Cincin Api Pasifik, termasuk Indonesia.
Gempa besar yang memberi dampak gelombang tsunami tersebut sekaligus memperingatkan kejadian ini tidak bisa dipandang sebagai bencana lokal semata, melainkan sebagai peringatan keras bagi negara-negara yang dimaksud.
Advertisement
"Gempa ini terjadi di zona seismic gap, yakni wilayah yang secara historis pernah mengalami gempa besar namun telah lama tidak aktif. Artinya, ini adalah bom waktu yang akhirnya meledak," kata Irwan di Bandung, Kamis (31/7/2025).
Wilayah Kamchatka, mirip secara tektonik dengan wilayah barat Sumatra dan selatan Jawa, yang terakhir mengalami gempa besar lebih dari 50 tahun lalu. Dengan karakteristik geologi serupa, Indonesia memiliki potensi risiko serupa yang harus diantisipasi.
BACA JUGA: Transformasi ASN Dimulai dari Sini: UKDW Kenalkan Program RPL dan S2 di Kabupaten Pacitan
Potensi tsunami akibat gempa tersebut paling mengkhawatirkan, di mana gelombang tsunami dengan tinggi 60 cm telah terpantau di pantai utara Jepang.
"Ini artinya energi gelombang menjalar jauh dan sampai ke kawasan timur Indonesia dalam waktu 8 hingga 10 jam sejak guncangan," ujarnya.
Meskipun Kamchatka berpenduduk jarang, kata dia, sistem mitigasi dan peringatan dini menjadi penentu dalam meminimalkan dampak dan Jepang kembali menunjukkan kesiapan mitigasi yang patut dicontoh, terutama dalam hal sistem deteksi dini tsunami berbasis tekanan dan pasang surut.
"Jepang tidak hanya mengandalkan model perhitungan, tapi juga sistem observasi langsung. Inilah yang membuat mereka bisa memberikan peringatan akurat dan cepat," ucapnya.
Lebih lanjut Irwan menekankan gempa Kamchatka harus menjadi cermin bagi Indonesia untuk mempercepat penguatan sistem peringatan dini, mengingat wilayah Indonesia berada di jalur megathrust yang aktif, sehingga butuh kesiapsiagaan berbasis sains dan teknologi terkini, bukan hanya reaksi setelah bencana.
Ancaman gempa megathrust yang masih membayangi khususnya di kawasan selatan Jawa dan Sumatra, kata ,Irwan kejadian di Rusia menjadi pengingat bahwa kesiapan bukan pilihan, tetapi keharusan.
"Jangan menunggu bencana besar untuk bergerak. Kita harus mencontoh Jepang dalam hal ketekunan, konsistensi, dan investasi jangka panjang dalam sistem mitigasi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Badan Geologi Pantau Ketat 127 Gunung Api Aktif di Indonesia
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
Advertisement
On The Rock Drini, Resto Tebing Karst Baru di Gunungkidul
Advertisement
Sate Klathak Mbah Sukarjo Hadirkan Kuliner Khas di Pusat Kota
Advertisement
Berita Populer
- Jimly: Perhatian Publik ke Reformasi Polri Sangat Besar
- 85 Persen Pasien Kanker Paru di DIY Datang Sudah Stadium Lanjut
- Arus Tol Cipali Arah Cirebon Naik Tajam di H-5 Natal
- Banjir Bandang Terjang Guci Tegal, Pancuran Rusak
- GP Ansor Apresiasi Prabowo Bangun Kampung Haji di Makkah
- Libur Nataru 2026, Waterboom Jogja Gelar Fun Run dan Kuliner
- BST Koridor 6 Tirtonadi-Solo Baru Dihentikan Mulai 2026
Advertisement
Advertisement



