Advertisement
Uni Eropa Khawatir Terjadi Perang Besar-besaran Setelah Kematian Yahya Sinwar, Desak Israel Mundur

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar "harus menjadi titik balik" dalam konflik Timur Tengah. Uni Eropa khawatir terjadi perang besar-besaran setelah kematian Yahya Sinwar di Timur Tengah.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah unggahan blog memperingatkan bahwa kawasan Timur Tengah "berada di ambang perang besar-besaran,".
Advertisement
Dia juga menilai bahwa "kematian Yahya Sinwar harus menjadi titik balik pada saat siklus kekerasan baru melanda seluruh Timur Tengah." "Kematian pemimpin Hamas Yahya Sinwar "harus menjadi titik balik" dalam konflik Timur Tengah," katanya pada Jumat (18/10/2024).
BACA JUGA: Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas Dibunuh Israel
Pada Kamis malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memastikan kematian Sinwar di Gaza, dan mengancam bahwa "perang belum berakhir." Militer Israel kemudian memastikan kematiannya di Gaza terjadi "secara kebetulan."
Sebelumnya pada Jumat, Hamas, melalui pejabatnya Khalil al-Hayya, mengonfirmasi kematian Yahya Sinwar, dengan menyebutnya sebagai "pahlawan yang berjuang melawan pasukan Israel hingga nafas terakhirnya."
Borrell menyerukan kepada Uni Eropa untuk bekerja pada lima poin, termasuk bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan upaya untuk menemukan solusi politik terhadap masalah tersebut.
"Hampir semua yang membuat suatu masyarakat berfungsi telah hancur menjadi puing-puing," ujarnya, merujuk pada Jalur Gaza dan kurangnya kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan.
"Ada hak untuk membela diri, tetapi tidak ada hak untuk balas dendam," katanya, mengecam serangan Israel terhadap warga sipil dan menambahkan bahwa Israel "mengulangi perilaku ini dalam perang di Tepi Barat dan Lebanon."
"Cara tidak proporsional yang digunakan Israel dalam beroperasi di Gaza tidak memberikan harapan baik bagi perlindungan warga sipil di Tepi Barat dan Lebanon. Ini harus dihentikan," tambahnya.
Borrell juga mengecam Israel karena menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon, dengan menekankan bahwa "tidak ada aksi militer yang dapat membawa masa depan yang aman bagi rakyat di kawasan itu."
Israel melukai penjaga perdamaian Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) dalam serangkaian serangan minggu lalu, yang memicu kecaman internasional atas serangan yang disengaja terhadap pasukan PBB yang melanggar hukum internasional.
"Dengan pengeboman unit-unit UNIFIL – dan melukai empat tentara – Pasukan Pertahanan Israel telah melewati batas," katanya. Di masa depan, UNIFIL harus diberikan mandat yang lebih kuat untuk memastikan perdamaian di perbatasan," tambahnya.
UNIFIL didirikan pada Maret 1978 untuk memastikan penarikan Israel dari Lebanon dan membantu Pemerintah Lebanon memulihkan otoritas di wilayah tersebut.
Mandatnya telah diperluas selama bertahun-tahun, terutama setelah perang Israel-Hizbullah tahun 2006, untuk memantau gencatan senjata dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan.
Borrell juga mendesak Israel untuk "mundur dari wilayah Lebanon."
Israel secara dramatis meningkatkan pengebomannya di seluruh Lebanon terhadap apa yang diklaim sebagai target-target Hizbullah sejak 23 September, yang telah menewaskan lebih dari 1.500 orang, melukai lebih dari 4.500 lainnya, dan memaksa lebih dari 1 juta orang mengungsi.
Kampanye serangan udara itu merupakan eskalasi dari setahun perang lintas batas antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangan Israel di Jalur Gaza, di mana Israel telah menewaskan setidaknya 42.500 orang, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu.
Meskipun ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional akibat serangan Israel yang tak henti-hentinya di Gaza dan Lebanon, pada 1 Oktober, Israel memperluas konflik dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- 3 Orang Meninggal Dunia di Pesta Rakyat Garut, Dedi Mulyadi Minta Maaf dan Janji Berikan Santunan Rp150 juta per Keluarga
- Rangkaian Kegiatan Pernikahan Anak Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Ricuh, 3 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia di Pesta Rakyat Garut
- Ada Tambang Ilegal di IKN, Menteri ESDM Serahkan Kasus kepada Penegak Hukum
- Maurene Comey Tak Terima Dipecat oleh Donald Trump Tanpa Alasan yang Jelas
- Permintaan Bebas Bos Pabrik Narkoba Asal Ukraina Ditolak oleh Majelis Hakim PN Denpasar
Advertisement

Kebutuhan BBM 2,1 Juta Liter Per Tahun, DIY Belum Berencana Dirikan SPBU Nelayan
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- Kejagung Panggil Pihak Google dan Telkom Terkait Korupsi Pengadaan Chromebook
- KPK Bidik Dugaan Korupsi Pengadaan Makanan Balita dan Ibu Hamil di Kemenkes
- Tersangka Korupsi Pertamina Riza Chalid Keluar dari RI Menuju Malaysia Sejak Februari 2025
- Kementerian Transmigrasi Siapkan 1.500 Kuota Beasiswa S2 dan S3
- Mentrans Iftitah Sulaiman Akan Mengirim 1.000 Transmigran ke Jepang
- Uji Publik Penulisan Ulang Sejarah Digelar di Wilayah Indonesia Bagian Barat, Tengah dan Timur
- KPK Nilai RUU KUHP Berpotensi Mengurangi Fungsi Pemberantasan korupsi
Advertisement
Advertisement