Advertisement

Nelayan Termasuk Kelompok Rentan Terserang Leptospirosis, Ini Penjelasan Kemenkes

Newswire
Rabu, 07 Agustus 2024 - 00:57 WIB
Sunartono
Nelayan Termasuk Kelompok Rentan Terserang Leptospirosis, Ini Penjelasan Kemenkes Ilustrasi leptospirosis. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Nelayan merupakan salah satu kelompok yang rentan terkena leptospirosis, penyakit yang ditularkan oleh urine tikus. Kasus leptospirosis banyak terjadi saat banjir, karena air seni tikus dapat tercampur dengan air banjir dan menginfeksi manusia.

"Gejala mirip flu berat tapi sering ada bengkak di kaki dan tangan serta kulit yang kuning. Seringkali dikira penyakit hepatitis," ujarnya Plt Kepala Biro Humas dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat mengomentari kasus enam nelayan di Merak, Banten diduga akibat leptospirosis, Selasa (7/8/2024).

Advertisement

Dia menjelaskan bahwa ada obat untuk leptospirosis, namun apabila tidak diobati maka dapat menyebabkan kerusakan hati, sehingga berujung pada kematian. Oleh karena itu, pihaknya mengimbau publik agar selalu menggunakan alas kaki saat banjir, serta memastikan bahwa rumah bersih dan bebas dari tikus.

Dikutip dari situs resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang ditemukan di air atau tanah yang terkontaminasi. Menurut mereka, risiko meningkat setelah terjadi hujan lebat, banjir, atau siklon tropis (hurricane).

Kemudian, infeksi juga dapat terjadi apabila menyentuh cairan tubuh dari binatang yang terjangkit, atau mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi urine binatang yang terinfeksi leptospirosis.

CDC menyebutkan bahwa apabila tinggal di suatu tempat atau gedung yang dihuni banyak orang yang tinggal berdempetan, maka terdapat risiko terinfeksi penyakit itu. Selain itu, sejumlah kegiatan yang dapat meningkatkan risiko infeksi, antara lain berenang atau arung jeram, berburu, berkebun, beternak, atau bekerja di klinik binatang.

Selain penyakit hati, kata CDC, penyakit itu juga dapat menyebabkan meningitis serta kesulitan bernapas. Setiap tahunnya, secara global terdapat 1 juta kasus, dengan kematian mencapai hampir 60 ribu.

Sebelumnya, Dirpolairud Polda Banten Kombes Pol Yunus Hadith Pranoto, di Serang, Minggu, mengatakan bahwa pihaknya mendapat informasi pada pukul 00.30 WIB ada enam mayat, dan satu orang dalam keadaan kritis di Kapal KM Sri Mariana. Selain itu, kata Hadith, terdapat delapan penumpang kapal yang mendapat penanganan medis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Layanan SIM Keliling di Gunungkidul, Selasa 10 September 2024

Gunungkidul
| Selasa, 10 September 2024, 06:17 WIB

Advertisement

alt

Kawah Ijen Mulai Dibuka Kembali, Ini SOP Pendakiannya

Wisata
| Sabtu, 07 September 2024, 21:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement