Advertisement

Promo November

Antisipasi Perubahan Iklim, FAO dan Kementan Akan Bangun Early Warning System

Jessica Gabriela Soehandoko
Jum'at, 23 Februari 2024 - 22:17 WIB
Mediani Dyah Natalia
Antisipasi Perubahan Iklim, FAO dan Kementan Akan Bangun Early Warning System Ageng Setiawan Herianto selaku Assistant FAO, Representative for Programme of FAO Indonesia dalam International Conference for Youth in Agriculture 2024 pada Jumat (23/2/2024) - Bisnis/Jessica Gabriela\\r\\n

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kondisi pangan di Indonesia yang cenderung naik turun. Salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim. Guna mengatasi hal tersebut, FAO dan Kementan bakal membangun early digital system sebagai bagian dari digital agricul

Assistant Food and Agriculture Organization (FAO), Representative for Programme of FAO Indonesia, Ageng Setiawan Herianto menuturkan perubahan iklim, seperti el nino dapat mempengaruhi pangan Indonesia. Menimbang kondisi tersebut perlu diantisipasi dengan baik, pihaknya kini sedang dalam pembicaraan untuk membangun early warning system. “Early warning system itu kan ini berdasar digital ya, teknologi. Kita memiliki series data dari sekian. Maka jika series data itu dibuat modelling, maka diketahui kita akan menderita apa, apa akibatnya, berapa persen penurunannya, kemungkinan itu bisa diprediksi,” terangnya saat International Conference for Youth in Agriculture 2024, Jumat (23/2/2024).

Advertisement

Sebelumnya, Ageng juga menjelaskan bahwa kondisi pangan di Indonesia yang cenderung naik turun. Contohnya, kondisi Indonesia pada tahun 2019-2022 yang terkadang pernah stabil atau swasembada pangan. Namun, setelahnya kondisi Indonesia kembali menurun. Tak hanya itu, berbagai kondisi yang terjadi di dunia juga mempengaruhi ketahanan pangan di Tanah Air.

Baca Juga

Hari Pangan Sedunia, Banyak Negara Terancam Kerawanan Pangan

Sampah Sisa Makanan Capai 20 Persen, Warga DIY Diajak Cegah Boros Pangan

Harga Pangan Global Anjlok, Harga Beras di Indonesia Justru Meroket

“Kami ingin membangun [early warning system] karena itu bagian dari digital agriculture. Jadi, kalau tidak ditangani dengan baik, akan terjadi dampak yang cukup signifikan. Seperti sekarang ini, kita belum panen besar. Padahal ini sudah agak lambat, mestinya sudah panen sekarang ini," katanya.

Upaya ini kemudian diharapkan dapat segera terwujud menimbang persoalan mengenai perubahan iklim di masa depan tidak dapat dihindari. Jika nantinya tidak ditangani dengan baik, maka dinilai akan terjadi dampak yang cukup signifikan. Dikutip dari Bisnis.com, komoditas pangan utama dunia yang berasal dari Asia diproyeksikan masih dibayangi sentimen negatif hingga setidaknya semester I/2024. Adapun, komoditas termasuk gandum beras hingga produk kelapa sawit dinilai akan masih terdampak efek El Nino hingga tahun ini. Beberapa analis, trader dan ekonom memproyeksikan aktivitas pembayaran ekspor pangan di beberapa negara akibat gangguan panen masih terjadi pada 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dalam Sehari 3.000 APK Dicopot di Gunungkidul

Gunungkidul
| Senin, 25 November 2024, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement