Kerusuhan Prancis: 1.300 Orang Ditangkap, 700 Toko Dijarah
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Lebih dari 1.300 orang ditangkap pada malam keempat kerusuhan di Prancis ketika pemakaman remaja Nahel M berlangsung pada Sabtu (1/7/2023). Aksi ini dipicu penembakannya oleh polisi terhadap Nahel yang memicu kerusuhan nasional.
Meluasnya aksi kerusuhan memaksa Presiden Emmanuel Macron membatalkan perjalanan ke Jerman. Macron mengerahkan 45.000 petugas polisi serta kendaraan lapis baja semalaman untuk mengatasi krisis terburuk kepemimpinannya sejak protes "Rompi Kuning" yang melumpuhkan sebagian besar Prancis pada akhir 2018.
Advertisement
Melansir Reuters, jumlah polisi yang sama akan kembali berada di jalan hingga Sabtu (1/7/2023) malam, kata Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin dalam konferensi pers, dengan bala bantuan dikirim ke kota-kota besar Lyon dan Marseille.
BACA JUGA: Kronologi Penembakan Remaja oleh Polisi Pemicu Kerusuhan Besar di Prancis
Presiden Prancis menunda kunjungan kenegaraan ke Jerman yang akan dimulai pada hari Minggu.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan di Twitter bahwa 1.311 orang telah ditangkap semalam, dibandingkan dengan 875 malam sebelumnya, meskipun menggambarkan kekerasan sebagai "intensitas lebih rendah".
Menteri Keuangan Bruno Le Maire mengatakan lebih dari 700 toko, supermarket, restoran, dan cabang bank telah "dijarah, dijarah, dan terkadang bahkan dibakar habis sejak Selasa (27/6/2023).
Otoritas lokal di seluruh negeri mengumumkan larangan demonstrasi dan memerintahkan angkutan umum untuk berhenti beroperasi pada malam hari.
Nahel, 17 tahun keturunan Aljazair dan Maroko, ditembak oleh seorang petugas polisi saat berhenti lalu lintas pada hari Selasa (27/6/2023) di Nanterre, pinggiran Paris.
Untuk pemakaman, beberapa ratus orang berbaris memasuki Masjid Agung Nanterre, yang dijaga oleh para sukarelawan berrompi kuning, sementara puluhan orang lainnya menyaksikan dari seberang jalan.
Beberapa pelayat, menyilangkan tangan, mengatakan "Tuhan Maha Besar" dalam bahasa Arab, saat mereka membentang di bulevar dalam doa.
Salsabil, seorang wanita muda keturunan Arab, mengatakan dia datang untuk menyatakan dukungan bagi keluarga Nahel.
"Sangat penting kita semua berdiri bersama," katanya.
Marie, 60, mengatakan dia telah tinggal di Nanterre selama 50 tahun dan selalu ada masalah dengan polisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
- Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- RUU Tax Amnesty Tiba-tiba Masuk Prolegnas, Pengamat: Prioritas Saat Ini Justru RUU Perampasan Aset
- Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
- KJRI Hamburg Jerman Resmi Melayani Permohonan Paspor Elektronik
- Koperasi Diminta Bergerak Ikut Bantu Pelaku UMKM dan Perangi Rentenir
- Pembangunan Kesehatan di Indonesia Berkembang, Hanya Saja Masih Menghadapi Kesenjangan dengan Negara Maju
- Berani ke Italia, Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant Bisa Ditangkap
- Pemerintah Inggris Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran
Advertisement
Advertisement