Advertisement

Promo Desember

Waduh, Jumlah Lebah di Alam Merosot, Berdampak pada Berkurangnya Produksi Pangan

Dea Andriyawan
Sabtu, 20 Mei 2023 - 22:07 WIB
Maya Herawati
Waduh, Jumlah Lebah di Alam Merosot, Berdampak pada Berkurangnya Produksi Pangan ilustrasi lebah / ist

Advertisement

Harianjogja.com, BANDUNG—Cuaca ekstrem belakangan ini menyebabkan perubahan terhadap kehidupan, baik kehidupan manusia maupun kehidupan flora dan fauna sebagai bagian dalam ekosistem.

Salah satu yang tidak terasa, namun sangat terimbas cuaca saat ini adalah serangga. Sekilas, serangga dianggap kurang penting dalam kehidupan ini.

Advertisement

Namun demikian, sebenarnya serangga memiliki peran penting antara lain sebagai penyerbuk, dekomposer, maupun predator yang memangsa hama-hama pengganggu tanaman pertanian. Hilangnya serangga akan mengganggu tatanan dalam ekosistem.

Isu ini dikupas mendalam dalam Forum Dialog Penyerbuk yang diadakan oleh Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) sebagai asosiasi di bidang entomologi (serangga) dengan tajuk Peran Penting Penyerbuk dan Lebah untuk Praktik Pertanian Regeneratif, di Bandung, Sabtu (20/5/2023).

Bertepatan dengan Hari Lebah Sedunia, Ketua Pelaksana Forum Dialog Penyerbuk,  Damayanti Buchori mengatakan, berbagai negara telah melaporkan adanya penurunan populasi lebah secara global.

Beberapa spesies lebah liar yang berperan penting dalam penyerbukan, seperti Bombus spp, telah mengalami penurunan kelimpahan relatif hingga 96 persen dan rentang geografisnya mengalami penyusutan sebesar 23%-37%.

Menurutnya,banyak faktor yang menyebabkan penurunan populasi lebah di dunia, antara lain perubahan iklim, hilangnya habitat, deforestasi, dan penggunaan produk perlindungan tanaman (prolintan) yang tidak berkelanjutan. 

BACA JUGA: Soekarno Bekerja Sama dengan PKI, Megawati Membantah

"Penurunan populasi lebah di berbagai belahan dunia sangat mengkhawatirkan, karena peran lebah sebagai penyerbuk sangat penting baik dalam bidang pertanian, pelestarian hutan, maupun di berbagai ekosistem lainnya," ungkap dia.

Di sektor pertanian, penurunan jumlah lebah pun akan berdampak pada penurunan produksi pangan dunia. Pasalnya, lebah merupakan penyerbuk paling produktif dan beragam di sebagian besar dunia, dengan lebih dari 20.000 spesies yang tercatat.

Untuk itu, diperlukan restorasi habitat bagi penyerbuk yang menjadi bagian dari upaya regenerative agriculture (pertanian regeneratif). Pendekatan pertanian regeneratif memiliki potensi untuk membantu melimpahkan kembali ekosistem di sekitarnya dengan serangga, mamalia, dan burung yang bermanfaat. 

Salah satu caranya menurut dia adalah dengan menciptakan habitat bagi penyerbuk dan satwa liar dengan menanam aneka ragam tanaman di tepi lahan atau dengan pohon dan semak di sekitar batas lahan pertanian.

"Selain berperan penting dalam produksi pangan, lebah juga memiliki nilai ekonomi bagi peternak. Hal ini dikarenakan lebah dapat menghasilkan madu, propolis, bee polen dan wax atau lilin," jelasnya.

Ketua PEI, Dadang mengatakan PEI sebagai asosiasi entomologi ingin meningkatkan kepedulian serta kapasitas anggotanya maupun masyarakat tentang serangga dan penyerbuk lainnya.

“Sebagai asosiasi yang memiliki perhatian terhadap serangga, PEI akan terus mendukung kegiatan-kegiatan positif untuk menjaga keanekaragaman serangga di Indonesia, terutama lebah dan serangga penyerbuk lainnya. Upaya konservasi terhadap keberadaan lebah dan penyerbuk ini penting untuk dilakukan karena lebah berperan penting dalam ketahanan pangan dan kesehatan,” 

Sementara itu, Country Director Syngenta Indonesia, Kazim Hasnain mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, penyerbuk telah terancam oleh kombinasi penyebab, termasuk hilang dan terfragmentasinya habitat, intensifikasi pertanian, penggunaan produk perlindungan tanaman yang tidak berkelanjutan, pencemaran lingkungan, patogen, dan perubahan iklim.

“Melalui sebuah program bernama Operation Pollinator, Syngenta turut berperan aktif dalam mengatasi penurunan penyerbuk melalui peningkatan kesadaran petani mengenai peran penyerbuk bagi produktivitas dan kualitas tanaman, dan mempromosikan praktik pertanian tepat dan berkelanjutan," kata Kazim.

Untuk itu, guna menjaga kelestarian penyerbuk, semua pihak kata dia harus bekerja sama dalam mempertahankan habitat alaminya, menerapkan praktik pertanian berkelanjutan, mempertahankan keanekaragaman tanaman, mengedukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat, menggalakkan konservasi penyerbuk secara massal perlu dilakukan secara konsisten. 

"Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, diharapkan kelestarian serangga penyerbuk dapat terjaga dan mendukung produktivitas serta keanekaragaman hayati dalam pertanian," kata dia. (Sumber Bisnis.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

60 Pelaku Usaha di Tempat Wisata Pantai Baru Peroleh Sertifikat Halal

Jogja
| Minggu, 08 Desember 2024, 09:37 WIB

Advertisement

alt

Festival Angkringan Kembali Digelar di Pasar Ngasem, Ini Jadwalnya

Wisata
| Kamis, 05 Desember 2024, 18:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement