Advertisement

Perajin Gula Jawa di Petanahan Bertahan dengan Bahan Alami

Nina Atmasari
Selasa, 19 Juli 2022 - 19:47 WIB
Budi Cahyana
Perajin Gula Jawa di Petanahan Bertahan dengan Bahan Alami Industri kecil gula jawa di sekitar Jalur Jalan Lintas Selatan di Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah. - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, KEBUMEN—Sebagian perajin gula jawa di sekitar Jalur Pantai Selatan Jawa (Pansela) di Karanggadung Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, menggunakan bahan alami, yakni nira kelapa dan pengawet dari tumbuhan.

Sarijan, perajin gula jawa di RT 03 RW 02, Karanggadung, Petanahan, tetap bertahan hanya mengolah nira kelapa. Ia memiliki 12 batang pohon kelapa yang setiap hari disadap dua kali, pagi dan sore. Sekali menyadap di kebunnya, ia bisa membuat rata-rata empat kg gula jawa atau 3,5 kg gula kristal.

Advertisement

BACA JUGA: Saat JJLS Tersambung, Wilayah Selatan DIY Bakal Jadi Primadona

“Untuk pengawetnya, saya menggunakan bahan alami, bisa kapur gamping, kulit manggis atau sayatan kayu pohon nangka. Semua bahan itu yang direkomendasikan untuk pengawet alami pada gula,” katanya saat dikunjungi tim Jelajah Jalur pansela, Membangun Ekonomi Pantai Selatan Jawa, Selasa (19/7/2022).

Jelajah Jalur Pansela: Membangun Ekonomi Pantai Selatan Jawa digelar Harian Jogja bekerja sama dengan Pertamina Patra Niaga dan Bank BPD DIY. Dalam program ini, Tim Harian Jogja menyusuri dan merekam setiap ruas Pantai Selatan Jawa mulai dari Kebumen, Purworejo, Kulonprogo, Bantul hingga Gunungkidul. Jelajah Pansela dimulai pada Selasa (19/7/2022) dan finis di Gunungkidul pada Jumat (22/7/2022).

Menurut Sarijan, usaha mengolah nira kelapa menjadi gula jawa merupakan tradisi turun temurun sejak nenek moyang. Tanah berpasir membuat hanya tanaman tertentu yang bisa tumbuh subur, di antaranya kelapa. Warga pun memanfaatkan potensi tersebut untuk memproduksi gula jawa.

Rata-rata setiap rumah punya 40 batang pohon kelapa. Jika kualitas nira bagus, warga setempat bisa memproduksi hingga 10 kg gula jawa setiap harinya. Satu batang pohon yang berkualitas bagus bisa menghasilkan dua liter nira. Nira dimasak terus menerus hingga bisa dicetak menjadi.

Gula jawa cetak bisa dijual seharga Rp15.000 per kg. Untuk memasak empat kg gula butuh waktu empat jam. Namun gula jawa hanya mampu bertahan satu bulan, selebihnya akan berubah warna dan tekstur. Adapun gula kristal dengan pengolahan lebih lama, dijual seharga Rp25.000. Gula kristal bisa bertahan hingga satu tahun.

BACA JUGA: Awalnya Hanya Selebar Becak, JJLS Kini Tumbuhkan Ekonomi Kebumen

“Saat ini permasalahan kami adalah banyaknya campuran kimia yang bisa dicampurkan pada gula untuk menghemat ongkos dan menghasilkan gula lebih banyak, namun gula menjadi tidak alami. Kami terus berusaha mempertahankan produksi menggunakan bahan alami,” tegasnya.

Gula produksinya biasanya dijual ke pasar di kawasan tersebut. Namun, warga yang berminat bisa membeli langsung ke lokasi pembuatannya di Karanggadung. Lokasinya tepat di kawasan pos retribusi wisata Pantai Petanahan, sekitar 3 km dari Jalur Pansela atau Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Gula jawa cocok dijadikan oleh-oleh karena selain mendapatkan barang asli alami, dengan membeli produk lokal akan menggeliatkan ekonomi kawasan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Muncul Wacana Pilihan Lurah di Gunungkidul Tahun Depan Digelar Dua Kali

Gunungkidul
| Jum'at, 26 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement