Advertisement

Hasto Cerita Hari Ibu dengan Kisah Inspiratif Megawati Sukarnoputri yang Mencintai Kehidupan

Newswire
Senin, 23 Desember 2019 - 02:17 WIB
Nina Atmasari
 Hasto Cerita Hari Ibu dengan Kisah Inspiratif Megawati Sukarnoputri yang Mencintai Kehidupan Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto. - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA- Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto berbicara Hari Ibu dengan kisah inspiratif Megawati Soekarnoputri yang mencintai kehidupan.

Hasto mengatakan hal itu saat rapat koordinasi bidang pariwisata tingkat nasional DPP PDIP yang digelar di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Minggu (22/12/2019), seperti dikutip dalam siaran persnya.

Advertisement

Hasto bercerita bagaimana seorang Megawati Soekarnoputri, seorang ibu yang mencintai kehidupan. Pada suatu ketika, Hasto berada di dalam satu pesawat yang sama dengan Ketua Umum DPP PDIP itu.

Selesai memakan sebuah salak, Hasto membuang bijinya. Oleh Megawati, biji itu lalu diambil dan dibungkus sebuah tisu.

"Ibu Megawati memasukkannya ke dalam tas beliau. Lalu berkata kepada saya, jangan buang biji salaknya karena dia punya hak hidup," kata Hasto.

Sebagai pencinta tanaman, Megawati memanfaatkan berbagai barang bekas khususnya botol minuman kemasan. Oleh Megawati, botol itu dipotong dan diisi air. Sebuah sumbu kompor lalu dimasukkan ke dalamnya, lalu sumbu itu dililitkan di batang pohon yang baru ditanam.

"Karena kehidupan itu berharga," imbuh Hasto.

Kisah lainnya adalah soal pohon-pohon besar di sekitar kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar Jakarta Pusat. Suatu kali, Megawati melihat ada banyak tupai. Melihat itu, Megawati berbelas kasihan dan kemudian memberi tupai itu makan. Makanan diikatkan dengan tali di dahan pohon.

"Tupainya gemuk-gemuk. Tupai saja gemuk karena dirawat oleh ibu, apalagi Sekjen dan para Ketua DPP," canda Hasto disambut tepuk tangan peserta rakorbid.

Inti ceritanya adalah, dengan momentum perayaan hari ibu, sudah sepantasnya semua kembali dengan semangat merawat kehidupan yang berharga.

Namun nilai utamanya adalah bahwa Indonesia yang lahir pada 17 Agustus 1945 dimulai oleh kepeloporan para ibu. Setelah Sumpah Pemuda 1928, dilanjutkan dengan Kongres Ibu pada 22 Desember yang kemudian diperingati sebagai Hari Ibu sampai saat ini.

"Maka berbicara ibu berarti bicara kehidupan. Maka Peringatan Hari Ibu ini menjadi spirit kepartaian kita, spirit merawat kehidupan," kata Hasto.

Menurut Hasto, hal ini penting ditekankan karena akhir-akhir ini nilai kemanusiaan, nilai-nilai merawat kehidupan itu mulai tergerus berbagai sesat pikir.

Alam rusak karena perilaku manusia. Padahal, adalah tanggung jawab semua anak manusia untuk selalu merawat alam raya.

"Kita peringati Hari Ibu untuk merayakan kepeloporan dalam kemajuan, dan juga kepeloporan hidup bersih. Mari bersama-sama untuk melihat betapa Indonesia begitu berwarna dengan kebudayaan kita. Tugas kita menjaga keindahan kita dengan mengedepankan kebudayaan yang intisarinya adalah mengobarkan kemanusiaan kepada seluruh alam raya. Karena sejatinya politik adalah membangun peradaban," jelas Hasto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Sambut Pemudik dan Wisatawan Libur Lebaran 2024, Begini Persiapan Pemkab Gunungkidul

Gunungkidul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 11:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement