Advertisement
Pemerkosaan Remaja di Wonogiri: Polisi Minta Publik Tak Sudutkan Korban
Ilustrasi pemerkosaan. - JIBI
Advertisement
Harianjogja.com, WONOGIRI—Penyidik Polres Wonogiri baru menetapkan satu tersangka pemerkosaan remaja putri asal Nguntoronadi, Wonogiri, Jawa Tengah. Tersangka tersebut adalah pria berusia 39 tahun. Polisi juga meminta publik tidak menyudutkan korban.
Menurut informasi, ada enam orang yang disebut-sebut sebagai pelaku pemerkosaan itu. Kasatreskrim Polres Wonogiri, AKP Purbo Ajar Waskito, kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia, Minggu (10/11/2019), menyampaikan hingga hari itu belum ada tambahan tersangka.
Advertisement
Penyidik masih terus mengembangkan penyidikan untuk menelusuri kemungkinan pelaku lain sebagai tersangka. Dalam penyidikan, satu tersangka adalah lelaki yang terakhir diduga memperkosa remaja putri tersebut pada Maret lalu.
Si tersangka mengaku sebelumnya pernah berhubungan badan dengan korbannya pada September 2018. Penyidik berencana memeriksa sejumlah lelaki yang diduga pernah memperkosa remaja itu.
BACA JUGA
“Kami sudah memiliki bukti visum [bukti yang tak terbantahkan]. Siapa saja yang mencabuli korban akan kami kejar. Kalau dari pengakuan tersangk, ada beberapa temannya yang pernah berhubungan badan dengan korban. Mereka warga satu desa dengan tersangka dan korban,” kata Purbo mewakili Kapolres Wonogiri, AKBP Uri Nartanti Istiwidayati, melalui telepon.
Purbo mengatakan penyidik juga masih perlu meminta keterangan lebih lanjut dari korban. Penyidik sebelumnya pernah memeriksanya, tapi belum selesai.
"Dia tidak bisa fokus menjawab, lebih banyak diam kalau ditanya. Kemungkinan korban trauma, karenanya kami tak ingin memperparahnya. Unit PPA selain menangani kasusnya juga mendampingi korban untuk memulihkan kondisi psikologisnya,” imbuh Purbo.
Dia mengimbau masyarakat tak menggulirkan isu korban menawarkan diri. Purbo menyayangkan isu tersebut karena belum diketahui kebenarannya.
Menurut dia, isu semacam itu bisa memperparah kondisi psikologis korban dan keluarganya. Banyak pengguna akun di media sosial yang justru menyalahkan korban karena menurut mereka korban menawarkan diri. Kasus ini sebelumnya diselesaikan secara mediasi di tingkat desa. Hasilnya disepakati kasus ini tak dibawa ke ranah hukum tapi para pelaku harus memberi uang Rp7,5 juta per orang untuk biaya perawatan korban hingga melahirkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
- Musim Flu AS Catat 2,9 Juta Kasus, 1.200 Orang Meninggal
- Korupsi Kepala Daerah Masih Terjadi, Pakar Nilai Retret Bukan Solusi
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling Sleman Desember 2025, Cek Layanannya
- Chelsea Tundukkan Everton 2-0, Palmer dan Gusto Bersinar
- Jadwal SIM Keliling Bantul Desember 2025, Ada di MPP
- Cuaca Jakarta Minggu: Pagi Berawan, Sore Berpotensi Hujan
- Raphinha Borong Gol, Barcelona Kalahkan Osasuna 2-0
- PSG Kembali ke Puncak Ligue 1 Usai Tundukkan Metz 3-2
- Jadwal SIM Keliling Kulonprogo Desember 2025, Ada SIM Menor
Advertisement
Advertisement





