Advertisement
Praktik Kawin Kontrak di Indonesia Mengkhawatirkan
Advertisement
Harianjogja.com, BOGOR- Praktik kawin kontrak yang tengah viral menimbulkan kekhawatiran dari kalangan masyarakat terutama para ibu, kemunculan fenomena ini sebagai degradasi moral yang tengah terjadi, sehingga perlu upaya serius bersama yang melibatkan pemerintah juga masyarakat untuk mencegahnya.
"Dari kacamata seorang ibu fenomena ini memprihatinkan, degradasi moral sebuah keniscayaan," kata Siti Natawati, advokat dari Kota Bogor, Jawa Barat, saat ditemui di Bogor, Sabtu (15/6/2019).
Advertisement
Menurut dia, kasus kawin kontrak yang terjadi di Kalimantan Barat sebagai peristiwa yang luar biasa karena melibatkan warga negara asing dengan remaja perempuan Indonesia.
Secara hukum, lanjut dia kawin kontrak dapat merugikan pihak perempuan dan anak dari buah perkawinan berkala itu.
Anak yang lahir dari status perkawinan kontrak tidak memiliki kekuatan hukum baik secara konstitusi dan undang-undang, status kewarganegaraannya tidak jelas, tidak diketahui punya hak waris atau tidak.
"Dan posisi ibunya juga lemah di mata hukum, tidak punya hak selaku istri. Merugikan secara psikologis," kata ibu satu anak ini.
Ia mengemukakan perlu perhatian khusus dari semua pihak, tidak hanya pemerintah tapi juga masyarakat untuk mencegah hal tersebut menjadi lumrah di masyarakat.
Siti menambahkan, pemerintah juga perlu meluruskan perbedaan antara kawin kontrak dan nikah sirih yang sering dianggap sama oleh sejumlah kalangan.
Menurut dia, nikah kontrak ada perjanjian batas waktu pernikahan yang disepakati dan ada nilai nominalnya. Sedangkan nikah sirih sah secara agama tidak ada perjanjian waktu.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yakni "Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, atau rumah tangga yang bahagia dan kekal.
"Kekal harus digaris bawahi, karena tidak ada batas waktu, konotasinya tidak ada batas waktu tertentu, sepanjang hayat dikandung badan, kalau kawin kontrak ada batas waktunya," ujarnya.
Sementara itu, fenomena kawin kontrak cukup dikenal di kalangan remaja, bahkan menjadi bahan diskusi para siswa sekolah menengah atas setuju atau tidak setuju jika praktik itu terjadi di tengah mereka.
Raihana Nadia dan Zaneta, lulusan SMA Kesatuan Kota Bogor, sepakat tidak setuju dengan praktik kawin kontrak karena merugikan pihak perempuan.
"Alasannya, karena kawin kontrak itu ada akhirnya, menikah untuk bercerai. Bagaimanapun perceraian itu salah, apalagi direncanakan diawal," kata Raihana, calon mahasiswa Bina Nusantara.
Menurut Fita (33) ibu muda dua anak asal Bogor, kawin kontrak adalah kumpul kebo yang berkedok agama.
Wanita yang berprofesi sebagai Humas di salah satu Perguruan Tinggi Negeri milik Kementerian Pertanian ini menilai, kawin kontrak sebagai prostitusi berjangka.
"Menurutku kawin kontrak itu tidak sah, banyak aturan yang dilanggar, cuma kedok," katanya.
Banyaknya tayangan film yang menceritakan tentang fenomena kawin kontrak baik drama asal Korea Selamat maupun film produksi Indonesia adalah bentuk ketidakwajaran, tidak bisa menjadikan kawin kontrak sebagai praktik yang lumrah.
"Kawin kontrak tidak lumrah. Dan tidak diterima baik dari kacamata agama maupun norma sosial," kata Pakar Ketahanan Keluarga, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB Prof Euis Sunarti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Tiket Terusan Laga Timnas Indonesia diKualifikasi Piala Dunia 2026, Paling Murah Rp450 Ribu
- Draf RUU Penyiaran Larang penyiaran Jurnalisme Investiagsi: Mahfud: Harus Kita Protes
- Kecanduan Nonton Video Porno, Seorang Ayah Tega Cabuli Anak Kandung
- Kelas BPJS Kesehatan Diganti KRIS, Begini Tarif Iurannya
- Peristiwa Hari Ini, Kilas Balik Kerusuhan Solo 15 Mei 1998
Advertisement
Advertisement
Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta
Advertisement
Berita Populer
- Kepulauan Seribu Diguncang Gempa, Terasa sampai Tangerang
- Diduga Beri Gratifikasi Rp100 Juta, Suami Maia Estianty Terseret Kasus Kepala Bea Cukai Yogyakarta
- 10 Jam Diperiksa Kejagung, Sandra Dewi Cuma Tersenyum
- Pesawat Terkendala Teknis, Penerbangan Jemaah Calon Haji Kloter 5 Makassar Terpaksa RTB
- Eks Kepala Bea Cukai Riau Ronny Rosfyandi Tersangka Kasus Impor Gula
- 12 Sukarelawan MER-C Indonesia Masih Tertahan di Gaza Selatan, Tinggal di Penginapan
- Prabowo: Memindahkan Ibu Kota ke IKN Harus dengan Sumber Daya Dalam Negeri
Advertisement
Advertisement