Advertisement
Pendukung Jokowi dan Prabowo Diprediksi Cair. Ini Sebabnya
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan ketika menghadiri buka puasa bersama pimpinan lembaga tinggi negara di Rumah Dinas Ketua MPR di kawasan Widya Chandra Jakarta, Jumat (10/5/2019). - ANTARA/Wahyu Putro A
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Adanya wacana partai politik seperti PAN dan Demokrat yang pindah haluan koalisi membuat komposisi koalisi pendukung pemerintah dan pendukung oposisi diprediksi semakin cair. Hal ini tercermin dari pertemuan para elit parpol tersebut dengan capres petahana Joko Widodo.
Peneliti Politik LIPI Aisah Putri Budiarti menjelaskan bahwa pemerintah presidensial memang membutuhkan dukungan parlemen yang tinggi, setidaknya 50% agar pemerintahan efektif. Tetapi, bukan berarti parpol pendukung pemerintah harus mendominasi hingga memunculkan 'koalisi gendut' di parlemen.
"Idealnya dalam konteks Indonesia, koalisi dan oposisi tidak ditentukan jumlah atau persentase yang harus imbang. Tetapi, menurut saya, seharusnya diikat berdasarkan koalisi gagasan dan ideologi, atau setidaknya koalisi saat Pemilu, sehingga ikatan partai didasari bukan karena alasan pragmatisme," jelas Putri kepada Bisnis, Jumat (10/5/2019).
Sebab itulah, Putri bisa memahami apabila TKN Jokowi-Ma'ruf cenderung santai menanggapi bergabungnya PAN dan Demokrat. Menurut Putri, ada dua alasan.
Pertama, secara komposisi jumlah di parlemen, koalisi partai TKN sudah menguasai sekitar 60% kursi, bahkan empat dari lima pimpinan DPR berpotensi diduduki oleh parpol Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Yaitu PDIP, Golkar, PKB, dan NasDem.
Kedua, parpol koalisi yang sejak awal mendukung Jokowi-Maruf, tentu 'agak terganggu' posisi politiknya apabila ada parpol baru yang masuk tetapi 'tidak ikut berkeringat' memenangkan capres-cawapres besutan mereka.
Sebelumnya, pernyataan Sekretaris Jenderal PDIP sekaligus TKN Jokowi-Ma'ruf Hasto Kristiyanto memang tampak santai menanggapi bergabungnya PAN dan Demokrat. Hasto justru mengungkapkan bahwa demokrasi yang sehat, justru menghendaki pentingnya koalisi oposisi yang berkualitas.
Tetapi, Hasto menyatakan pihaknya siap berkomunikasi dengan semua parpol, bahkan parpol yang militan mendukung paslon 02 Jokowi-Ma'ruf, yaitu Gerindra dan PKS.
"Demokrasi memerlukan adanya opsi-opsi kebijakan bagi rakyat. Kekuatan terlalu dominan juga kurang sehat dalam demokrasi," ujar Hasto ketika ditemui di Kantor DPP PDIP.
"Kami berpendapat mengingat KIK yang telah bekerja keras, dan rakyat telah menetukan hasilnya, maka arah koalisi ke depan itu berpijak kepada kesepakatan bersama kepada seluruh partai KIK. Terutama yang menerima dukungan rakyat sehingga melampaui parliamentary threshold di parlemen," tambahnya.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Badan Geologi Pantau Ketat 127 Gunung Api Aktif di Indonesia
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
Advertisement
Tak Kenal Usia, 31 Santri Lansia Ponpes Sabilun Najah Diwisuda
Advertisement
Sate Klathak Mbah Sukarjo Hadirkan Kuliner Khas di Pusat Kota
Advertisement
Berita Populer
- Sate Klathak Mbah Sukarjo Hadirkan Kuliner Khas di Pusat Kota
- Irigasi Karangtalun Sleman Ditingkatkan untuk Percepat Masa Tanam
- Polda DIY Antisipasi Lonjakan Lalu Lintas Saat Libur Nataru
- Ratusan Sekolah Aceh Tamiang Rusak Parah Akibat Banjir Bandang
- Jadwal Lengkap Misa Natal Gereja Katolik DIY 25 Desember 2025
- Danantara dan BUMN Percepat Pemulihan Pascabencana Aceh
- OJK DIY Ingatkan Risiko Bunga Tinggi dari Pinjol
Advertisement
Advertisement



