Advertisement
Ketua PBNU Sebut 20.000 Orang di Munas Alim Ulama dan Konbes NU Doakan Jokowi Menang Pilpres 2019
Advertisement
Harianjogja.com, BANJAR- Acara Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama (NU) diwarnai doa agar Presiden Joko Widodo bisa terpilih kembali di Pilpres 2019. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj menyebut 20.000 warga hadir di acara tersebut, namun ia mengklaim doa yang dipanjatkan untuk Jokowi yang juga ikut menghadir di acara itu bukan bermuatan kampanye.
"Yang hadir lebih dari 20 ribu mendoakan [Jokowi]. Bukan kampanye. Mudah-mudahan pak Jokowi dapat kepercayaan dari Allah dan dari rakyat. Ketua PBNU enggak boleh kampanye," ujar Said saat memberikan sambutan di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (27/2/2019).
Advertisement
Dalam sambutannya, Said Aqil juga berharap konstestasi di Pilpres tahun ini tidak dijadikan sebagai ajang untuk merebut kekuasaan, melainkan momentum penegakkan kedaulatan rakyat.
"Oleh karenanya pilpres tak boleh berhenti dalan ajang suksesi kekuasaan namun momentum penegakan kedaulatan rakyat," kata dia.
Dia menjelaskan Munas Alim Ulama dan Konbes NU mengambil tema memperkuat ukhuwah wathaniyah untuk kedaulatan rakyat. Pemilihan tema kata Said, dilandasi situasi jelang pelaksanaan pesta demokrasi yakni pemilu untuk presiden dan wapres serta wakil rakyat.
"NU perlu ingatkan bahwa sebagai investasi masyarakat, hasil pemilu harus bisa menjunjung kedaulatan rakyat dan sensi pemerintahan. Mandat sejati kekuasaan adalah kemaslahatan rakyat kesejahteraan bagi rakyat. Kaidah fiqiyah katakan bahwa kemaslahatan rakyat harus menjadi dasar kebijakan pemerintah," ujar Said.
Said menjelaskan Munas Alim Ulama dan Konbes NU juga akan membahas sejumlah masalah penting, di antaranya permasalahan sampah plastik, konsep Islam nusantara, hingga politisasi agama. Adapun Acara Munas Alim Ulama dan Konbes NU akan digelar selama tiga hari, mulai hari ini sampai Jumat 1 Maret 2018.
"Konbes di Banjar akan bahas masalah penting. Mencakup bahaya sampah plastik. Indonesia juara kedua setelah Cina, problem plastik. Niaga perkapalan, masalah kewarganegaraan. Konsep Islam Nusantara dan politisasi agama. RUU antimonopoli agar kezaliman ekonomi harus diselesaikan. Apalagi di era globalisasi. Pasar bebas mengandung kezaliman semua diberi kebebasan," kata dia.
Lebih lanjut, Said menuturkan NU didirikan dengan dua mandat besar, yakni peran tanggung jawab keagamaan dan tanggung jawab kebangsaan.
"Masalah kebangsaan yang dimungkinkan kapasitas NU selalu bantu program pemerintah yang tingkatkan kesejahteraan. NKRI adalah kesepakatan final. Siapa saja yang berniat gerogoti NKRI akan berhadapan dengan NU. Maka kita harus tegas. Yang anti pancasila yang gerogoti NKRI, usir!," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gelombang I Pemberangkatan Jemaah Calon Haji ke Tanah Suci Dijadwalkan 12 Mei 2024
- Diserang Israel, Iran Sebut Fasilitas Nuklir Aman dan Siap Membalas dengan Rudal
- Respons Serangan Israel, Iran Aktifkan Pertahanan Udara dan Tangguhkan Penerbangan Sipil
- Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Proyek Kerja Sama dengan Israel
- 2 Oknum Pegawai Lion Air Jadi Sindikat Narkoba, Begini Modus Operasinya
Advertisement
Jalan Rusak di Sleman Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Pasang Spanduk Obyek Wisata Jeglongan Sewu
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Darurat, Kasus Demam Berdarah di Amerika Tembus 5,2 Juta, 1.800 Orang Meninggal
- Ketua KPU Hasyim Asy'ari Kembali Dilaporkan Terkait dengan Kasus Asusila
- Arab Saudi Rilis Aturan Baru Visa Umrah 2024, Simak Informasi Lengkapnya
- Pemerintah dan DPR Didesak Segera Mengesahkan RUU Perampasan Aset
- Detik-detik Pasutri Terseret Banjir Lahar Hujan Semeru, Jembatan Ambrol saat Dilintasi
- Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!
- TNI Tembak 2 Anggota OPM di Nduga, Sita Pistol hingga Anak Panah di Tempat Persembunyian
Advertisement
Advertisement