Perahu Peninggalan VOC Yang Teronggok di Tepian Bengawan Solo Akan Dipindah
Advertisement
Harianjogja.com, SRAGEN--Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen berencana memindahkan perahu peninggalan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dari Dukuh Jarak RT 017, Desa Karanganyar, Kecamatan Plupuh, Sragen ke Taman Tirta Sari.
Perahu tersebut merupakan peninggalan Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda atau VOC dan sudah lebih dari 20 tahun teronggok di Dukuh Jarak. Pemkab Sragen berencana memindahkan perahu yang ditemukan dan diangkat dari dasar sungai pada 5 Agustus 1997 silam itu ke Taman Tirta Sari. Perahu berbahan tembaga itu sudah masuk inventarisasi Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Sragen.
Advertisement
Seorang pegiat budaya dari Yayasan Sedulur Jagad Sukowati (Sejati) Sragen, Jarwanto, datang melihat sendiri kondisi perahu yang terletak di pinggir Bengawan Solo itu, Rabu (30/1/2019). Sejumlah aktivis dari Yayasan Sejati lainnya, seperti Agus Endarto dan Cicuk, menyusul belakangan.
Sebelumnya, Koordinator Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Sragen Andjarwati Sri Sajekti bersama dua orang anggotanya juga terjun melihat kondisi perahu yang tergeletak di kebun milik warga lingkungan Dukuh Jarak RT 017, Sunaryo.
Mereka melihat kondisi perahu yang semula terbengkalai dan tertimbun tanah dan sampah, kini sudah dibersihkan warga. Slamet, 57, warga Jarak RT 016, dan Suhar, 55, warga Jarak RT 017, membersihkan tanah dan sampah dari perahu itu selama seharian pada Selasa (29/1/2019).
Dua orang warga itu memang diperintahkan Kepala Desa Karanganyar untuk membersihkan tanah dan sampah yang menutupi perahu itu atas perintah Bupati Sragen.
“Kami membersihkan sejak pukul 09.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB. Selama seharian penuh, kami hanya diberi uang makan dan rokok senilai Rp100.000 untuk dua orang. Makanya kami minta tambahan ke balai desa,” kata Slamet saat berbincang dengan Solopos.com di Balai Desa Karanganyar, Plupuh, Sragen, Rabu.
Sekretaris Desa (Sekdes) Karanganyar Jimin Supriyanto sempat melihat aktivitas Slamet dan Suhar saat mengeruk tanah yang menutup perahu itu. Mereka mengeruk tanah menggunakan peralatan seadanya, seperti pacul, garpu, ganco, dan alat lainnya.
Kini, perahu itu sudah terlihat wujud aslinya. Suradi, 50, warga yang tinggal 50 meter dari lokasi perahu, sempat mencari prasasti berupa plakat dari tripleks yang bertuliskan waktu evakuasi perahu itu dari dasar Bengawan Solo.
Prasasti itu dimanfaatkan Suradi sebagai bagian dari lemari pakaian di rumahnya. “Setelah saya lihat ternyata masih ada tulisannya. Perahu peninggalan Belanda ini diangkat dari dasar Bengawan Solo pada 5 Agustus 1997. Panjangnya 8,9 meter, lebarnya 2,26 meter, dan tingginya 95 cm. Beratnya sulit dipastikan karena bahannya dari baja,” kata Suradi, saat berbincang dengan Solopos.com.
Suradi ingat betul saat evakuasi perahu dari dasar Bengawan Solo. Awalnya, ia mendengar cerita dari Mbah Lurah Sepuh yang tinggal tak jauh dari bibir Bengawan Solo tentang perahu Belanda yang karam di Bengawan Solo.
Cerita itu didapat Mbah Lurah Sepuh dari orang tuanya secara turun temurun. Seiring waktu, warga Jarak sering menambang pasir di Bengawan Solo wilayah Dukuh Jarak tersebut.
Setelah lama ditambang ternyata terlihat benda berbentuk seperti ujung perahu. “Cerita Mbah Lurah Sepuh terbukti. Ternyata besi yang menonjol di dasar sungai setelah diangkat berupa perahu. Dulu, mengangkatnya menggunakan katrol berkapasitas 5 ton tidak kuat. Kemudian mencari katrol dengan kapasitas 10 ton baru kuat. Perahu diseret ke daratan pada 1997 itu,” kisah Suradi.
Suradi meyakini perahu itu ada penunggunya. Ia juga ingat saat perahu dipindah ke lokasi yang agak luas berjarak 100 meter dari lokasi sekarang ketika air Bengawan Solo meluap.
Setelah dipindah, Suradi dan sejumlah orang tua di desa itu mendapat bisikan (mrimpeni) agar perahu dikembalikan ke lokasi semula (sekarang). Setelah itu sudah tidak terurus lagi.
“Tahu-tahu ada perintah Bupati agar perahu dibersihkan dan akan dipindahkan ke Sragen. Perintah itu mendadak dan kapan dipindah saya tidak tahu,” kata Suradi.
Koordinator Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Sragen, Andjarwati Sri Sajekti, sudah berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah dan Balai Purbakala dan Balai Konservasi Borobudur di Yogyakarta untuk ekskavasi perahu VOC itu.
“Saya kira perahu itu dipindahkan ke Sragen tidak apa-apa karena daripada tidak terawat. Nah, nanti konservasinya dilakukan Tim Ahli Cagar Budaya Sragen bersama BPCB dan Balai Purbakala Jogja. Konservasi dilakukan dengan membersihkan karat dan memberi pelapis pada perahu agar tidak keropos,” tuturnya.
Selain itu, Andjarwati juga melakukan kajian sejarah perahu VOC itu dengan arkeolog Jogja karena jarang ditemukan peninggalan VOC di Indonesia. Proses evakuasinya baru dibicarakan sedangkan soal harinya belum ditentukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : solopos.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ini Deretan Artis Menang Pilkada 2024, Rano Jadi Wagub Jakarta, Farhan Wali Kota Bandung Barat
- DPR Apresiasi Langkah Prabowo Tingkatkan Kesejahteraan Guru
- Menteri PPPA Arifah Choiri Sebut Sebagian Penyebab Kekerasan Anak Bermula dari Gawai
- Narapidana WNI Paling Banyak Dipenjara di Malaysia dan Arab
- Aktris Senior Rahayu Effendi Wafat
Advertisement
Tol Jogja-Solo: Sudah Masuk Aplikasi Travoy, Begini Cara Mengecek Tarif Jalan Tol dari Gerbang Tol Klaten dan Polanharjo
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi BMKG Jumat 29 November 2024: Sebagian Besar Wilayah Indonesia Hujan
- Masyarakat Indonesia Pindah ke Surganya Judi Online di Kamboja
- Menko Airlangga: 480 UMKM Dikurasi untuk Event Harbolnas 2024
- Waspada! Hujan Lebat Berpotensi Terjadi di Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan, Termasuk Jogja
- Pemerintah Akan Luncurkan Beasiswa Patriot
- Terungkap! Bukan Pertamax Penyebab Kerusakan Mesin Kendaraan di Cibinong, Ini Hasil Penelitiannya
- Sore Ini, Aliansi Bela Palestina Gelar Aksi di Kedubes AS Jakarta
Advertisement
Advertisement