Advertisement

BMKG Pasang Sensor Water Level di Ujung Kulon

Newswire
Jum'at, 04 Januari 2019 - 06:17 WIB
Kusnul Isti Qomah
BMKG Pasang Sensor Water Level di Ujung Kulon Early Warning System - Ist/OPI

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Sensor Water level atau alat pengukur ketinggian air akan dipasang di Ujung Kulon, Banten.  Alat ini merupakan buatan SDM Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang juga

"Semua peralatan yang dipasang merupakan karya SDM muda BMKG," kata Kepala Pusat Instrumentasi Kalibrasi dan Rekayasa BMKG Hanif Andi Nugraha yang dihubungi di Jakarta, Kamis (3/1/2019).

Advertisement

Peralatan tersebut dibuat di BMKG dan sudah dipasang di beberapa lokasi seperti di dermaga Pulau Sebesi Lampung Selatan serta di wilayah Labuhan Banten tepatnya di PLTU Labuhan, Banten, pascatsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018.

Hanif mengatakan, sensor water level berfungsi untuk mengukur kedalaman laut atau perairan di sekitar dermaga atau pelabuhan.

Kaitannya dengan tsunami, alat tersebut digunakan sebagai bahan konfirmasi perubahan ketinggian air laut ketika terjadi tsunami, kata Hanif menambahkan.

"Intinya alat water level adalah bagian dari alat Automatic Weather Station yang sudah ada sejak tiga tahun lalu dipasang di 16 dermaga penyeberangan dan pelabuhan," katanya.

Dari 16 dermaga yang sudah dipasang sensor tersebut, dua diantaranya dipasang di Dermaga Penyeberangan Merak dan Bakauheni.

"Disaat Tsunami kemarin catatan perubahan ketinggian air laut di Dermaga Merak dan Bakuheni tidak signifikan, karena posisinya memang di dermaga yang menjorok ke daratan," ujar Hanif.

Sensor water level menggunakan sensor berupa tipe Ultrasonic yang menghitung seberapa kecepatan dari objek yang dilepaskan (berupa sinyal frekuensi) yang bersifat stasioner untuk mengukur ketinggian permukaan air laut. Data perekaman dari sensor water level akan dikirimkan langsung ke server BMKG, dan update setiap satu menit sekali untuk mengetahui ketinggian air permukaan laut di wilayah tersebut.

Dari lokasi pengamatan akan didapat data atau nilai yang akan otomatis dikirim ke BMKG server, lalu akan diolah menjadi produk dalam bentuk grafik. Dari sinilah, terlihat jenis gelombang, apakah gelombang pasang surut apa gelombang yang lain. Grafik akan terlihat berbeda ketika menggambarkan gelombang pasang surut dengan gelombang tsunami karena gelombang tsunami akan terlihat lebih signifikan dibandingkan gelombang pasang surut biasa.

"Dalam waktu dekat kita juga berencana memasang alat serupa di sisi barat Krakatau di sekitar Lampung," kata Hanif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi

Sleman
| Kamis, 25 April 2024, 20:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement