Advertisement
UN 2015 : Pengamanan Polisi Hanya Sampai Pokja

Advertisement
UN 2015 untuk pengamanan polisi hanya sampai tingkat pokja.
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pengamanan yang dilakukan polisi pada pelaksanaan ujian nasional (UN) tahun ini hanya sampai tingkat kelompok kerja (Pokja).
Advertisement
Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul Bahron Rosyid mengatakan, kebijakan tersebut merupakan prosedur operasi standar (POS) dari Kementrian Pendidikan. Ia mengungkapkan, tidak ada alasan tertulis mengenai kebijakan tersebut.
“Menurut saya, yang perlu pengamanan polisi itu aspek keamanan soal,” ungkap dia kepada Harianjogja.com, Minggu (29/3/2015).
Ia melanjutkan pengamanan polisi hanya sampai Pokja karena merupakan tempat menyimpan soal sebelum
didistribusikan ke sekolah-sekolah. Sementara, kegiatan di sekolah merupakan tahapan pelaksanaan ujian yang cukup diawasi oleh guru-guru secara silang antar sekolah.
“Namun, misalnya di sekolah ada pengamanan polisi, itu karena sekolah tersebut merupakan Pokja,” ujar dia.
Bahron menjelaskan pengamanan pihak polisi terhadap soal ujian dilakukan mulai dari tingkat provinsi/daerah.
Pengamanan juga dilakukan di Posko kemudian sampai di Pokja. Ia menambahkan, kebijakan tersebut sudah
mulai dilakukan sejak 2014.
“Sampai 2013 masih ada pengamanan sampai tingkat sekolah-sekolah,” ungkap dia.
Ia melanjutkan peserta UN di Gunungkidul mengalami peningkatan. Tahun ini, peserta UN mencapai 17.772 siswa. Ia mengatakan, peserta UN SMP dan MTs ada 10.300 siswa sedangkan peserta UN SMA dan SMK ada 7.472 siswa. Menurutnya, untuk SMA dan SMK, kecenderungan peserta ujian tiap tahunnya meningkat.
“Hal itu disebabkan, siswa yang melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah [SMA dan SMK] cenderung meningkat,” ujar dia.
Bahron mengungkapkan dari lulusan SMP dan MTs 2014, sekitar 82% yang melanjutkan ke pendidikan
menengah.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Disdikpora Gunungkidul Sukito menambahkan, meskipun pengawas ujian secara silang namun khusus untuk sekolah yang melaksanakan UN reguler. Sementara, untuk sekolah yang melaksanakan UN dengan sistem CBT, pengawas diambil dari sekolah yang bersangkutan.
“Kalau ikut disilang, nanti ditakutkan pengawas dari sekolah lain yang tida CBT akan kebingungan,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Dosen FH Unissula Diskorsing Karena Diduga Jadi Pelaku Kekerasan
- Perpres No.79 Tahun 2025, Tidak Hanya Soal Kenaikan Gaji
- Viral Kepsek Roni Dicopot, Wali Kota Prabumulih Terancam Sanksi
- Pejabat BPJPH Diduga Lakukan KDRT, Begini Respons Komnas Perempuan
- Korban Hilang Banjir Bali Terus Dipantau Tim SAR
Advertisement

Wabup Sleman Ajak Orang Tua Dampingi Penerima Beasiswa Sleman
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Prakiraan BMKG, Mayoritas Wilayah Indonesia Diguyur Hujan
- Ratusan Siswa di Garut Diduga Keracunan Makanan MBG
- Deretan Selebritas Dunia Galang Dana untuk Palestina
- Serangan Israel, Warga Palestina yang Tewas Tembus 65.000 Jiwa
- Ribuan Orang Unjuk Rasa di London Tolak Kunjungan Donald Trump
- BMKG Deteksi 2 Bibit Siklon Tropis, Waspada Cuaca Ekstrem
- 20 Ribu Koperasi Merah Putih Akan Peroleh Modal, Rp3 Miliar
Advertisement
Advertisement