Advertisement

UN 2015 : Pengamanan Polisi Hanya Sampai Pokja

Kusnul Isti Qomah
Selasa, 31 Maret 2015 - 01:20 WIB
Mediani Dyah Natalia
UN 2015 : Pengamanan Polisi Hanya Sampai Pokja JIBI/Solopos/Septian Ade MahendraSiswa mulai mengerjakan soal Ujian Nasional (UN) di SMK Negeri 8 Solo, Senin (14 - 4). UN di sekolah tersebut diikuti oleh 180 siswa.

Advertisement

UN 2015 untuk pengamanan polisi hanya sampai tingkat pokja.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pengamanan yang dilakukan polisi pada pelaksanaan ujian nasional (UN) tahun ini hanya sampai tingkat kelompok kerja (Pokja).

Advertisement

Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul Bahron Rosyid mengatakan, kebijakan tersebut merupakan prosedur operasi standar (POS) dari Kementrian Pendidikan. Ia mengungkapkan, tidak ada alasan tertulis mengenai kebijakan tersebut.

“Menurut saya, yang perlu pengamanan polisi itu aspek keamanan soal,” ungkap dia kepada Harianjogja.com, Minggu (29/3/2015).

Ia melanjutkan pengamanan polisi hanya sampai Pokja karena merupakan tempat menyimpan soal sebelum
didistribusikan ke sekolah-sekolah. Sementara, kegiatan di sekolah merupakan tahapan pelaksanaan ujian yang cukup diawasi oleh guru-guru secara silang antar sekolah.

“Namun, misalnya di sekolah ada pengamanan polisi, itu karena sekolah tersebut merupakan Pokja,” ujar dia.

Bahron menjelaskan pengamanan pihak polisi terhadap soal ujian dilakukan mulai dari tingkat provinsi/daerah.
Pengamanan juga dilakukan di Posko kemudian sampai di Pokja. Ia menambahkan, kebijakan tersebut sudah
mulai dilakukan sejak 2014.

“Sampai 2013 masih ada pengamanan sampai tingkat sekolah-sekolah,” ungkap dia.

Ia melanjutkan peserta UN di Gunungkidul mengalami peningkatan. Tahun ini, peserta UN mencapai 17.772 siswa. Ia mengatakan, peserta UN SMP dan MTs ada 10.300 siswa sedangkan peserta UN SMA dan SMK ada 7.472 siswa. Menurutnya, untuk SMA dan SMK, kecenderungan peserta ujian tiap tahunnya meningkat.

“Hal itu disebabkan, siswa yang melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah [SMA dan SMK] cenderung meningkat,” ujar dia.

Bahron mengungkapkan dari lulusan SMP dan MTs 2014, sekitar 82% yang melanjutkan ke pendidikan
menengah.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah Disdikpora Gunungkidul Sukito menambahkan, meskipun pengawas ujian secara silang namun khusus untuk sekolah yang melaksanakan UN reguler. Sementara, untuk sekolah yang melaksanakan UN dengan sistem CBT, pengawas diambil dari sekolah yang bersangkutan.

“Kalau ikut disilang, nanti ditakutkan pengawas dari sekolah lain yang tida CBT akan kebingungan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Alert! Stok Darah di DIY Menipis, PMI Dorong Instansi Gelar Donor Darah

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement