Advertisement

HUT RI ke 80, Komunitas 76Riders Jogja Napak Tilas Perjuangan Pangeran Diponegoro

Abdul Hamied Razak
Minggu, 03 Agustus 2025 - 23:37 WIB
Abdul Hamied Razak
HUT RI ke 80, Komunitas 76Riders Jogja Napak Tilas Perjuangan Pangeran Diponegoro Komunitas 76Riders Jogja menggelar napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro, Sabtu (2/8 - 2025).ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Menyongsong peringatan HUT RI ke 80, sejumlah jurnalis yang tergabung dalam Komunitas 76Riders Jogja menggelar napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro, Sabtu (2/8/2025). Komunitas 76Rider Jogja berisi sejumlah jurnalis pecinta motor ini menyusuri lokasi-lokasi bersejarah pahlawan nasional Pangeran Diponegoro.

Perjalanan menggunakan sepeda motor (touring) ini diawali dari Museum Diponegoro, Tegalrejo Kota Jogja. Lokasi ini menjadi simbol dimulainya babak besar perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap penjajah Belanda. Di museum ini terdapat koleksi sejumlah peninggalan-peninggalan Diponegoro.

Advertisement

BACA JUGA: Forum Eigerian Yogyakarta Diresmikan, Wadah Berbagai Komunitas Petualang dan Pegiat Alam di Kota Pelajar

Misalnya, senjata asli laskar Diponegoro berupa tombak, bandil atau martil baja. Ada pula patrem dan candrasa yang merupakan senjata lascar wanita. Terdapat juga dua senjata keramat, yaitu sebuah keris dengan lekukan 21 seorang empu pada masa Kerajaan Majapahit hingga sebuah pedang yang berasal dari Kerajaan Demak.

Gedung Museum yang berlokasi di jalan HOS Cokroaminoto Jogja itu merupakan bekas kediaman Pangeran Diponegoro. Di sini terdapat pahatan relief sepanjang 20 meter dengan tinggi 4 meter, menceritakan kondisi Desa Tegalrejo tempat tinggal Sang Pangeran, peristiwa perang Diponegoro hingga saat Diponegoro tertangkap di Magelang.

“Kami ingin membuktikan bahwa touring bukan hanya sekadar jalan-jalan tapi juga belajar sejarah. Ini adalah napak tilas, membawa semangat perjuangan dan keteguhan hati sang Pangeran Diponegoro,” kata Azam Sauki, Sekretaris Komunitas 76Rider Jogja.

Dari Jogja, peserta melanjutkan perjalanan menuju Museum Pengabdian Pangeran Diponegoro di Kota Magelang, tepatnya di Jalan Pangeran Diponegoro No. 1. Di museum ini tampak rumah dinas Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Hendrik Markus de Kock yang menjadi tempat perundingan antara Diponegoro dan Belanda. Di sinilah, sang Pangeran ditangkap dalam sebuah peristiwa pengkhianatan.

Saat memasuki ruangan utama museum, suasana terasa hening. Di Museum Pengabdian Pangeran Diponegoro ini terdapat koleksi jubah kain santung milik Pangeran Diponegoro dan Alquran tulisan tangan milik Pangeran Diponegoro. Kedua benda itu masih terawat rapi. Di sudut lain, para peserta melihat meja dan kursi asli tempat perundingan berlangsung.

"Aura perjuangan itu masih terasa di sini. Seakan kita bisa mendengar suara sang Pangeran membaca doa sebelum berunding,” kata salah seorang peserta sambil berbisik. Matanya sedikit berkaca-kaca.

Di museum ini juga menyimpan lukisan-lukisan dari Pangeran Diponegoro yang dilukis oleh Daud Yusuf, Raden Saleh dan Mr. Junet, pelukis berkebangsaan Belanda. Tampak lukisan Raden Saleh menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan itu menggores luka betapa tragisnya akhir dari perjuangan sang Pangeran.

Setelah seluruh sudut diamati, para 76Rider melanjutkan perjalanan ke Dusun Kamal, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Di sini terdapat sebuat Masjid Agung Diponegoro. Masjid ini dibangun di atas petilasan tempat Pangeran Diponegoro beristirahat saat memutuskan untuk bergerilya dan mengangkat senjata selama Perang Jawa.

Dulu, masjid itu hanya berupa langgar atau mushala yang dibangun sederhana. Kini langgar agung tersebut berubah menjadi masjid yang berdiri kokoh. Masjid itu dibangun sejak tahun 1960-an dan diresmikan pada 8 Januari 1972. Masjid ini adalah wujud penghormatan atas jasa Pangeran Diponegoro.

“Langgar ini menjadi tempat perenungan beliau, tempat mencari kekuatan spiritual sebelum kembali ke medan juang,” ucap Chaidir, ketua tim touring.

Setelah memunaikan ibadah salat, perjalanan pun ditutup dengan hening yang dalam. Para peserta saling berpandangan dan berdoa agar semangat serta perjuangan Pangeran Diponegoro terus mengalir ke seluruh generasi.

Nalak tilas Pangeran Diponegoro edisi perdana ini pun berakhir. "Perjalanan ini mengajarkan kami, bahwa di balik jalan-jalan sunyi yang kami lewati, ada jejak langkah perjuangan yang tak boleh dilupakan. Terima kasih atas dukungan Djarum76 dan perlengkapan lapangan dari Eiger," ujar Chaidir, Ketua Panitia 76Rider FJ2 Touring.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Tak Ada Regulasi Khusus di Sleman, Reklame Rokok Bebas Berdiri Dekat Sekolah

Tak Ada Regulasi Khusus di Sleman, Reklame Rokok Bebas Berdiri Dekat Sekolah

Sleman
| Senin, 04 Agustus 2025, 01:47 WIB

Advertisement

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa

Wisata Sejarah dan Budaya di Jogja, Kunjungi Jantung Tradisi Jawa

Wisata
| Sabtu, 02 Agustus 2025, 18:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement