Advertisement
Jumlah Pekerja Anak Meningkat Drastis sejak 2019, Mulai dari Perkebunan hingga Prostitusi
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) baru saja merilis berbagai temuan dan juga pengawasan mengenai pekerja anak di Indonesia yang dirangkum dalam buku Policy Brief Penanggulangan Pekerja Anak di Indonesia 2024.
Ketua KPAI Ai Maryati Solihah mengatakan bahwa hasil temuan ini dilakukan sejak lima tahun belakangan. Nantinya, hasil pengawasan ini bakal dikemukakan secara gamblang dalam kegiatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) mendatang.
Advertisement
“Dalam hasil elaborasi dan analisis bersama ini menjadi sebuah policy brief. Nah ini yang kami persembahkan di akhir tahun karena kami akan rakornas nanti, mudah-mudahan Pak Presiden bisa hadir di KPAI untuk menyampaikan secara sistematis hasil pengawasan ini,” kata Ai seusai peluncuran buku Policy Brief Penanggulangan Pekerja Anak di Indonesia 2024 di UI Salemba Jakarta, Kamis (14/11/2024).
Dalam hasil pengawasan ini, dirinya menyebutkan bahwa terdapat peningkatan yang cukup drastis pada tahun 2019. Terlebih, ketika Covid-19 melanda Indonesia, di mana banyak anak di bawah umur harus ikut bekerja dengan alasan membantu penghasilan keluarga.
Dalam hal ini, pekerjaan terburuk yang dilakukan oleh anak-anak tersebut adalah dengan menjajakan diri untuk dijadikan pekerja seks komersial (PSK) oleh oknum-oknum tertentu melalui aplikasi kencan.
“Bahkan ada bentuk pekerjaan terburuk yang seringkali kalau KPAI konfirmasi di antaranya eksploitasi seksual ya. Anak-anak dilacurkan misalnya, lalu mereka juga banyak masuk dalam eksploitasi seks berbayar misalnya melalui online daring dan lain sebagainya,” ucapnya.
BACA JUGA: Pemilik Karaoke di Parangkusumo Bantul Pekerjakan Anak di Bawah Umur Jadi LC, Ini Modusnya
Tidak itu saja, pekerjaan yang memerlukan kekuatan fisik juga kerapkali ditemukan seperti di industri perkebunan dan juga pertanian dengan tingkat risiko yang tinggi yang menggunakan alat-alat berbahaya ataupun pekerjaan yang memang dilarang untuk anak-anak.
Hingga saat ini, pola pikir masyarakat Indonesia masih mengedepankan anak sebagai asset yang penting untuk membantu perekonomian keluarga. Pada 2020, KPAI menemukan sekitar 50% mengaku mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan orang tua mengizinkan untuk anak-anak mereka bekerja di tempat yang tidak semestinya.
Situasi tersebut, dikatakan oleh Ai sangat rentan pada pelanggaran hak anak seperti tidak terpenuhinya hak pendidikan, kesehatan, pengasuhan, dan menjadi korban atas permasalahan kekerasan hingga Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
“Policy brief ini merupakan komitmen dan kerja bersama yang dilakukan oleh kolaborasi KPAI dengan Sekretariat Nasional Jarak, SKSG UI dan Save Children Indonesia dengan berbagai mitra ahli lainnya dalam melihat situasi pekerja anak saat ini.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Klarifikasi Uya Kuya Usai Viral Ditegur Korban Kebakaran Los Angeles
- Gencatan Senjata Israel dan hamas Dimulai Siang Ini, Begini Kesepakatannya
- Peluru Nyasar Jatuh dari Atap Rumah Warga, Satu Orang Terluka
- Bappenas Targetkan Penurunan Prevalensi Stunting 14,2 Persen di Akhir 2029
- Usulan Pembiayaan Makan Bergizi Gratis Pakai Cukai Rokok, Pengamat Sebut Inkonsisten
Advertisement
Susunan Pemain PSS vs Persik:Vico Kembali Starter, Riko dan Jayus Masih Disimpan di Bangku Cadangan
Advertisement
Sepanjang 2024, 100 Juta Wisatawan Kunjungi Museum Sains dan Teknologi di China
Advertisement
Berita Populer
- KPK Geledah 4 Lokasi Terkait Korupsi Taspen, Sita Rp100 Juta
- DKI Lakukan Evaluasi Standar Keselamatan Gedung Seusai Kebakaran Glodok Plaza
- Kementerian PANRB Minta Instansi Pemerintah Segera Sampaikan Laporan Kinerja 2024
- Mensos Saifullah Yusuf Minta Pemda Salurkan Bantuan Sosial Tepat Sasaran
- Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS, Berikut Ini Jadwal dan Pelantikannya
- Masyarakat Berpenghasilan Rendah Disiapkan Hunian di IKN
- Pekerja Migran Indonesia Jadi Korban Penyekapan di Myanmar, Sempat Disiksa
Advertisement
Advertisement