Advertisement
Dosen UIN Surakarta yang Dibunuh Tukang Pernah Menjadi Presenter Terbaik UGM

Advertisement
Harianjogja.com, SUKOHARJO—Dosen UIN Surakarta Wahyu Dian Silviani, 34, yang tewas karena diduga dibunuh tukang bangunan termasuk dosen berprestasi di kampus yang dulu bernama IAIN Surakarta itu. Ia juga pernah menjadi presenter terbaik dalam sebuah konferensi internasional di Univrsitas Gadjah Mada (UGM).
Wahyu Dian Silviani dibunuh tukang yang merenovasi rumahnya di Desa Tempel, Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah bernama Dwi Feriyanto, 23.
Advertisement
Meski baru tiga tahun bergabung sebagai dosen, Wahyu Dian merupakan salah satu dosen berprestasi di UIN Surakarta. Ketika kuliah S2 di sebuah kampus di Negeri Kanguru, Wahyu Dian mendapatkan Australia Award.
Putri sulung guru besar di Universitas Mataram, Hasil Tamzil, itu juga pernah dinobatkan sebagai presenter terbaik dalam sebuah konferensi internasional di UGM Yogyakarta.
“S2-nya penerima Australia Award. Beberapa waktu lalu ia menjadi best presenter di international conference yang diadakan di UGM,” tutur senior Wahyu Dian, Septin Puji Astuti, dalam tulisan di akun Facebook-nya yang diizinkan dikutip Solopos.com, Minggu (27/8/2023).
Baca juga: Sultan HB X Berikan Tanda Penghargaan kepada Pembina Pramuka di DIY
Septin membenarkan yuniornya di rintisan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Surakarta itu seharusnya menjalani wawancara untuk program beasiswa LPDP Kementerian Agama, Senin (28/8/2023) besok.
Ia yakin dosen korban pembunuhan itu akan lolos kuliah di Inggris lantaran tes bahasa Inggris-nya mendapat skor 7,5.
Nilai 7,5 itu tergolong bagus dan memenuhi syarat untuk program kuliah di luar negeri.
“Dian lolos administrasi untuk beasiswa LPDP Kemenang LN bersama teman satu angkatannya, Mbak Ika Feni. Saya yakin dia pasti lolos dan langsung berangkat ke Inggris karena IELTS-nya 7,5,” katanya.
Septin menambahkan, almarhumah Wahyu Dian adalah alumnus ilmu lingkungan yang paling ia andalkan dalam merintis Fakultas Saintek di UIN Surakarta.
Kehilangan besar juga diungkapkan Rektor UIN Surakarta, Mudofir. Mudofir mengatakan tak sanggup membaca berita tentang kronologi pembunuhan salah satu dosen terbaiknya yang sedang bersiap kuliah S3 ke Inggris itu.
Saat Solopos.com mengirimkan tautan berita tentang jumpa pers kronologi pembunuhan Wahyu Dian, Mudofir mengaku tak sanggup membacanya. “Saya tidak kuat membaca ini,” balas Mudofir melalui pesan Whatsapp kepada Solopos.com-jaringan Harianjogja.com, seperti dikutip Minggu (27/8/2023).
Mudofir mengaku mengenal cukup dekat mendiang Wahyu Dian. Meski bergabung sebagai PNS di UIN Surakarta pada tahun 2021, Dian yang alumnus ilmu lingkungan salah satu perguruan tinggi di Australia itu pernah menjadi staf rektorat.
Mudofir mengenang Dian sebagai sosok yang cerdas dan cekatan. Berbagai tugas dilakukan dengan cepat oleh perempuan dosen asal Mataram, Nusa Tenggara Barat itu.
“Korban adalah tim ahli rektorat selama proses CPNS tahun 2021. Dia sangat baik, ramah, santun, dan konseptor yang cerdas. UIN Raden Mas Said merasa sangat kehilangan atas kepergiannya yang begitu cepat,” lanjut profesor di bidang Ilmu Pengkajian Islam itu.
Satu-satunya teman satu angkatan Wahyu Dian Silviani saat diterima sebagai PNS di UIN Surakarta tahun 2020, Ika Feni Setiyaningrum.
Selain teman satu angkatan, Wahyu Dian dan Ika Feni terlibat dalam lingkup kegiatan yang sama sehingga selalu bersama-sama.
Baca juga: Ganjar Mulai Konsolidasi Kekuatan, Anies Bahas Strategi Kemenangan
“Jadwal beliau wawancara Senin besok tapi qadarullah beliau sudah berpulang lebih dulu,” ujar Ika Feni kepada Solopos.com, Minggu (27/8/2023).
Ika Feni mengungkapkan, ia dan Dian saling melengkapi dalam berbagai kegiatan di kampus.
Terutama, karena mereka dan sejumlah dosen lainnya mendapat tugas dari Rektor UIN untuk merintis pendirian Fakultas Ilmu Sains dan Teknologi.
Untuk keperluan itu pula, ia dan Dian lantas mengajukan beasiswa LPDP Kemenag untuk mengambil program doktoral.
“Akhir tahun kemarin beliau mengikuti program PPSL (Persiapan Studi Lanjut Luar Negeri) dari beasiswa BIB Kemenag bersama saya. Kami dinyatakan lolos. Mbak Dian ditempatkan di Jambi, saya di Bengkulu. Setelah mengikuti program tersebut saat ini bersama saya juga sedang proses mengikuti seleksi beasiswa BIB (LPDP Kemenag) untuk studi lanjut doctoral,” katanya.
Sama dengan sejumlah dosen lain, ia menampik tudingan tersangka Dwi Feriyanto, 23, bahwa Dian sering memaki-maki dan menyebut “tukang amatiran”.
Selama lebih tiga tahun berinteraksi, Ika Feni mengenang sosok Dian sebagai orang yang lembut dan sopan.
Menurut Ika Feni, tak hanya kepada sesama dosen Wahyu Dian juga ramah dan sopan kepada mahasiswanya. “Banyak mahasiswa yang cerita. Beliau orang yang santun, tidak segan meminta maaf,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Komisaris Pertamina Baru, Bambang Suswantono Miliki Harta Rp10,9 Miliar
- Kereta Cepat WHOOSH, dari Jebakan Utang China hingga Buang-Buang Uang
- Cerita Soebronto Laras dan Kecintaannya pada Otomotif
- Soebronto Laras Meninggal Dunia, Ini Sepak Terjang Tokoh Otomotif Nasional
- Nasabah Diteror DC AdaKami hingga Bunuh Diri, Berikut Sikap OJK
Advertisement

Mafia Tanah Kas Desa Robinson Dituntut 8 Tahun Penjara, Pengacara Ajukan Pledoi
Advertisement

Hidden Gem di Utara Jogja, Tempat Nongkrong dengan Vibes Bali Pernah Didatangi Artis
Advertisement
Berita Populer
- Sejarah Pasar Tanah Abang, Berusia Nyaris 3 Abad Kini Mulai Meredup
- Konstruksi Bandara VVIP IKN Dibangun November 2023, Target Rampung Juli 2024
- Terbaru! Paspor Elektronik Bisa Diajukan di 102 Kantor Imigrasi Se-Indonesia
- Begini Penjelasan Antam (ANTM) Soal Kewajiban Membayar 1,1 Ton Emas ke Crazy Rich Surabaya
- Jelang Tenggat Pengosongan Lahan Pulau Rempang, Pemerintah Diminta Tepati Janji
- Perhatian! ASN Dilarang Like, Comment, Share, Follow Akun Medsos Capres-Cawapres, Ini Sanksinya!
- Gus Raharjo: Memilih Ganjar Tidak Menunggu Telunjuk Jokowi
Advertisement
Advertisement