Advertisement

Promo November

Ini Jenis Batik dan Kain Khas Indonesia yang Dipakai Delegasi di KTT G20

Mia Chitra Dinisari
Rabu, 16 November 2022 - 10:17 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Ini Jenis Batik dan Kain Khas Indonesia yang Dipakai Delegasi di KTT G20 Xi Jinping dan istri bersama Presiden Jokowi dan Iriana - setneg.go.id

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Indonesia menyiapkan sejumlah cendera mata khas Indonesia untuk menyambut para Pemimpin Negara G20 dan delegasi yang hadir dalam pertemuan G20 di Bali. Salah satunya busana dari kain atau wastra Indonesia yang dikenakan oleh para ketua delegasi selama KTT G20 berlangsung.

Salah satu cendera mata itu yakni Wastra Indonesia berupa kain tradisional Indonesia yang telah terkenal karena sarat dengan makna dan filosofinya, baik dari simbol pada motif atau corak, dimensi warna, ukuran, maupun bahannya.

Advertisement

Di gelaran KTT G20 Bali, ada dua jenis kain tradisional yang menjadi pilihan cinderamata, yakni Batik Tiga Negeri Pekalongan dan Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali.

Batik Tiga Negeri adalah batik yang tergolong batik pesisir. Batik ini memiliki ciri khas dengan warna cerah yang mencerminkan keceriaan dan kegembiraan. Batik ini disebut sebagai batik mahakarya pembatik peranakan Cina di wilayah pesisir utara Jawa dan Solo.

Baca juga: Pengin Tahu Aneka Kuliner Nusantara untuk Petinggi G20? Ada Emping hingga Kerupuk Udang

Dibandingkan dengan kain batik lainnya, pewarnaannya menjadi ciri khas tersendiri. Jenis batik ini mengalami proses pewarnaan yang dilakukan secara berpindah-pindah di tiga daerah. Warna merah (khas Tionghoa) dari buah Mengkudu dicelup di Lasem, warna biru (khas Belanda) dari tanaman Indigo diwarnai di Pekalongan, dan warna cokelat sogan (khas Jawa) dari tanaman Soga dikerjakan di Solo/Yogyakarta. Tradisi batik ini telah berlangsung sejak lama dan tumbuh dan berkembang dari daerah Kedungwuni, Pekalongan.

Selain dari warna-warni kain batiknya, simbol hasil akulturasi budaya asing dan budaya nusantara juga tercermin dari motif-motif yang terukir di Batik Tiga Negeri. Pesona Batik Tiga Negeri menonjol karena kompleksitas motifnya atau coraknya.

Batik ini mampu menggabungkan motif batik pedalaman (Solo dan Yogyakarta) dengan motif pesisiran (Pekalongan dan Cirebon) serta motif Peranakan Tionghoa dan motif Belanda. Ini tercermin dari ragam coraknya, seperti bunga Peony, bunga Sakura, kupu-kupu, burung Hong, dan flora dan fauna lainnya yang juga dipadupadankan dengan pakem motif batik Jawa Tengah.

Dikutip dari laman resmi Setneg, jenis batik asli Pekalongan yang menjadi suvenir KTT G20 yaitu kain batik Liem Ping Wie (lpw) yang mempunyai ciri khas pada tiap detail motif dan pewarnaannya. Kain batik lpw dibuat secara turun menurun dengan sentuhan etnik yang mendalam dan dipadukan dengan warna cerah sehingga memiliki ciri khas yang unik. Batik lpw memproduksi batik tulis halus hingga batik cap coletan, membuat batik ini layak untuk menjadi salah satu koleksi para pecinta batik.

Pengerjaan 6 Bulan

Untuk momen KTT G20 ini, kain batik pesisir yang dipersiapkan oleh Indonesia untuk seluruh ketua delegasi yang hadir telah dikerjakan secara detail selama enam bulan untuk setiap satu helai kain batiknya. Sekitar empat orang diperlukan untuk menyelesaikan satu helai kain batik ini. Busana batik ini akan dikenakan oleh para ketua delegasi pada acara gala makan malam para pemimpin negara anggota G20, pemimpin negara, dan pemimpin organisasi internasional di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK).

Kain nusantara lainnya dari Indonesia yang sudah dipersiapkan adalah Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali. Kain tenun ikat merupakan kain khas Bali yang mencerminkan keindahan alam, flora, dan fauna Bali serta sarat dengan nilai seni dan filosofi yang kaya warna dan simbolisme.

Inspirasi keindahan flora yang berupa bunga, putik, dan tanaman rambat nusantara digubah dan diterjemahkan dalam karya tenun ini ke dalam pola-pola hiasan tegas yang dibuat berulang-ulang dan mengalir yang disebut pepatran. Ornamen pepatran mengandung unsur budaya adi luhung yang melambangkan sebuah paradoks kehidupan yang harus diselaraskan dan diseimbangkan sehingga tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia.

Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali sepenuhnya dikerjakan menggunakan tangan para terampil penenun Desa Gelgel, Klungkung Bali dan alat tenun tradisional sehingga setiap corak kainnya unik dan tidak ada yang sama antara satu dan lainnya. Wastra nusantara ini merupakan hasil inovasi desain dari Putu Agus Aksara Diantika. Kain tenun ikat yang dibuat dengan teknik tenun ikat tanpa meninggalkan keaslian kain endek klungkung.

Kain Tenun Ikat Catri ini diberikan dan disematkan kepada para Istri dari para Pemimpin Negara G20 saat welcoming dinner, di Lotus Pond, Garuda Wisnu Kencana.

Setiap ketua delegasi dari masing-masing negara anggota G20, pemimpin negara serta pemimpin organisasi internasional yang diundang dalam KTT G20 akan menerima kain Batik Tiga Negeri Pekalongan dan Kain Tenun Ikat Catri Klungkung Bali dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Dengan dikenakannya busana bercorak batik dan Kain Tenun Ikat Bali pada pertemuan KTT G20 ini, budaya dan wastra nusantara akan semakin mendunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Bangun SDM Unggul, Paslon 2 Hasto Wawan Siap Kerja Keras Bangun Sistem Pendidikan Pro Rakyat

Jogja
| Jum'at, 22 November 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement