Advertisement
Prediksi Ekonomi Nasional 2021, Rizal Ramli: Bisa Lebih Buruk dari Krismon 1998
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Ekonom senior Rizal Ramli memprediksi ekonomi nasional pada tahun depan masih akan mengalami kesulitan. Dia bahkan memperkirakan kinerja ekonomi Indonesia bisa lebih buruk dari krisis moneter yang terjadi pada 1998.
"Makin lama ekonomi makin terjerumus. Jokowi go down bersama dengan kinerja Sri Mulyani dalam kinerja keuangan," tegas Rizal Ramli dalam keterangan resmi, Sabtu (26/12/2020).
Advertisement
Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ini menilai hal itu terjadi lantaran linerja ekonomi Indonesia sepanjang 2020 jauh dari kata berhasil. Kondisi itu terutama dipicu oleh kebijakan fiskal yang dinilai tidak tepat, di samping faktor eksternal yakni pandemi Covid-19.
Menurutnya, selain faktor eksternal, keterpurukan ekonomi juga tidak lepas dari faktor internal di jajaran kabinet Indonesia Maju. Pangkalnya, kata Rizal Ramli, adalah semrawutnya kebijakan fiskal di bawah komando Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
Kebijakan pertama Menkeu yang disoroti Rizal Ramli adalah soal utang. Dia mengungkapkan, Sri Mulyani memberikan keuntungan kepada kreditor dengan membuat bunga utang yang cukup tinggi.
"Misalnya, di bank ada yang mau pinjam kredit (bunga) pinjamannya 15 persen. Para pengusaha datang ajukan kredit, mereka negosiasi jangan 15 persen tapi 12-13 persen. Tapi ada satu negara yang datang mau bayar bunga 17-18 persen, 2 persen lebih mahal dari pasar selama 10 tahun," kata Rizal.
Kebijakan utang dengan bunga yang tinggi seperti itu, kata Rizal Ramli, tidak dilakukan oleh negara tetangga Indonesia seperti Singapura hingga Jepang dan China.
"Jangan main-main. Perbedaan, selisih bunga 2 persen saja selama 10 tahun. Misalnya kita pinjam $10, 2 persennya itu tambahan bunganya itu sepertiganya. Siapa yang bayar? Rakyat kita," jelasnya.
Selain itu, Rizal Ramli yang juga mantan anggota tim panel bidang ekonomi PBB itu juga melihat kebijakan tax holiday bagi para pengusaha besar justru membuat cekak penerimaan negara.
Sebagai buktinya, imbuh Rizal Ramli, tax ratio atau penerimaan pajak pada awal tahun 2020 ini realisasinya tidak mencapai lebih dari 10 persen. Dia pun membandingkan pencapaiannya ketika menjabat sebagai Menko Ekuin 20 tahun lalu, yang berhasil merealisasikannya hingga 11,5 persen dari produk domestik bruto.
"Hari ini sebelum krisis (Covid-19) 10 persen. Dengan krisis ini penerimaan pajak bakal lebih anjlok lagi. Bahkan bisa 60-65 persen dari target. Itu yang menjelaskan kita akan kesulitan cash flow. Penerimaan pajak kita anjlok, besar sekali. Dia [Sri Mulyani] hanya berani dengan yang kecil-kecil, dan kedua dia pinjam-pinjam makin susah. Makanya mulai pinjam melalui bilateral," jelas Rizal Ramli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Siap-Siap! Desain Paspor Bakal Berubah Tahun Ini
- Sempat Ditangkap, Jambret di Jaksel Kabur Pakai Mobil Patroli Polisi
- Erupsi Lagi, Gunung Semeru Semburkan Awan Panas Guguran
- Ini Profil Keseharian Harvey Moeis Suami Sandra Dewi yang Terseret Korupsi PT Timah
- Perbaikan Jalur Pantura Demak-Kudus Ditarget Rampung Sebelum April 2024
Advertisement
Kembali Tampil di Pilkada Gunungkidul Tahun Ini, Ini Gagasan yang Diusung Sutrisna Wibawa
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- BMKG: Waspadai Potensi Hujan Badai di Indonesia
- Ramadan Berkah, PLN Kudus Salurkan Ratusan Paket Bantuan bagi Korban Banjir di Kudus dan Demak
- Jelang Lebaran, PLN Hadirkan 40 SPKLU Baru di Jalur Mudik untuk Kenyamanan Pengguna Mobil Listrik
- Soal Keselamatan Jurnalis Butuh Rencana Aksi Nasional
- Badan Geolog ESDM Ungkap Kondisi Gunung Semeru Setelah Mengalami Erupsi
- Infinix Luncurkan 2 Ponsel Premium Harga Terjangkau
- Aniaya Wartawan, Danlanal Ternate Copot Komandan Pos Lanal Hasel
Advertisement
Advertisement