Advertisement

Ini Kisah BJ Habibie dari Wardiman yang Sekamar saat Kuliah di Jerman

M. Taufikul Basari
Kamis, 12 September 2019 - 14:27 WIB
Nina Atmasari
Ini Kisah BJ Habibie dari Wardiman yang Sekamar saat Kuliah di Jerman Presiden ketiga RI B. J. Habibie. - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Presiden Ketiga RI, Baharuddin Jusuf Habibie  wafat, Selasa (11/9/2019). Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada 1993 –1998, punya banyak cerita tentang yang punya nama panggilan Rudy tersebut.

Maklum, Wardiman dan  itu adalah rekan sekampus saat di Bandung dan teman sekamar saat kuliah di Jerman.

Advertisement

Dalam bukunya Sepanjang Jalan Kenangan (2016), Wardiman menulis bahwa walau beda angkatan saat di Universiteit Indonesia di Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung), mereka ikut pelonco di waktu yang sama. Ini karena Wardiman baru bisa ikut pelonco di tahun keduanya. “Nama pelonco saya ‘Prop Ngisor’, sedangkan nama pelonco BJ Habibie adalah ‘Bangsat’,” tulisnya.

Saat kuliah di Jerman, ada kisah unik ketika Wardiman berniat belajar bahasa Prancis dari buku dan dengan bantuan piringan hitam. “Supaya tidak mengganggu B.J. Habibie, saya lakukan ini di kamar lain dengan mengurangi volume suara piringan hitam. Tetapi rupayanya suara pelajaran yang monoton itu terdengar oleh B.J. Habibie. Buktinya, setelah beberapa bulan, terenyata dia yang lebih hapal pelajaran itu,” tulisnya di halaman 13.

Bahkan 30 tahun kemudian, kata Wardiman, Habibie masih fasih menyanyikan sur le pont d'avignon, lagu pelajaran bahasa Prancis yang dulu diputarnya di Aachen melalui piringan hitam.

Wardiman dan Habibie

Habibie dan Wardiman pada 1984./Repro

Selain soal kemampuan luar biasanya menyerap suatu ilmu, Habibie juga dikenal piawai memasak makanan kesukaannya sendiri seperti rendang, mi kuah, atau ikan tuna dengan ditambah pelezat Maggie.

Menurut Wardiman, selain cerdas, kehangatan dan keramahan B.J. Habibie cukup menonjol, tidak pandang bulu dengan siapa pun. “Saya pernah melihat B.J. Habibie asyik bercakap-cakap dengan penyapu jalan itu sambil duduk di trotoar,” katanya.

Di luar itu, B.J. Habibie tak pernah berhenti berpikir tentang bagaimana membangun Indonesia dan mempersiapkan kami yang belajar di luar negeri agar peduli dan memikirkan bangsa.

Kemudian muncullah gagasan menyelenggarakan Seminar Pembangunan dan mengumpulkan pendapat mahasiswa Indonesia di luar negeri. Hasilnya kelak disumbangkan kepada pemerintah Indonesia sebagai buah pikiran mahasiswa Indonesia yang belajar di Eropa.

“BJ Habibie, yang waktu itu menjadi Ketua Persatuan Pelajar Indonesia di Aachen, giat menggerakkan teman-teman menyelenggarakan seminar. Ia pun dipilih sebagai Ketua Panitia Seminar Pembangunan.”

Sayangnya, Habibie sendiri tak bisa menghadiri seminar yang terselenggara pada 20—25 Juli 1959 di Hamburg-Barsbuttel karena harus dirawat di rumah sakit setelah kelelahan menyiapkan acara tersebut.

Rudy telah menghembuskan napas terakhir pada Rabu (11/9) di di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Ia akan dimakamkan di komplek Taman Makam Pahlawan Kalibata, di samping kekasihnya, Hasri Ainun Besari. Lokasi tepatnya berada di Blok M 121 TMP Kalibata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Alert! Stok Darah di DIY Menipis, PMI Dorong Instansi Gelar Donor Darah

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 13:47 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement