Advertisement
Kesaksian Nelayan Lihat Tsunami 15 Meter Hancurkan 3 Desa di Lampung
Dampak tsunami di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018). - Ist/Okezone
Advertisement
Harianjogja.com, BANDAR LAMPUNG- Dahsyatnya gelombang tsunami Selat Sunda beberapa waktu lalu dikisahkan nelayan yang saat kejadian tengah berada di laut.
Salah satu nelayan di perairan Pantai Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung mengaku menyaksikan gelombang tinggi tsunami menghancurkan tiga desa sekitarnya, yaitu Sukaraja, Kunjir, dan Way Muli.
Advertisement
"Tiang listrik yang ada di pinggir jalan tertutup dengan gelombang laut. Diperkirakan ketinggian mencapai hingga 15 meter," kata Jumani (38), seorang nelayan di Dusun Kunjir menjelaskan saat ditemui di Pegunungan Rajabasa, Lampung Selatan, Kamis (27/12/2018).
Asli, sapaan akrabnya menyebutkan, 30 menit sebelum kejadian dirinya bersama tiga rekannya sedang memancing menggunakan perahu di tengah laut perairan Kunjir.
BACA JUGA
Saat itu, ia melihat dengan jelas semburan dari puncak Gunung Anak Krakatau (GAK) percikan api.
GAK menyemburkan api sebanyak tiga kali. Setelah itu GAK berhenti menyembur, dan beberapa menit tidak mengeluarkan aktivitas seperti biasanya.
"Sekitar lima menit berhenti, kemudian datang gelombang air dari arah Barat dengan ketinggian 15 meter. Saya kemudian langsung teriak memberi isyarat kepada warga bahwa ada tsunami. Saya tahu teriakan saya pasti tidak terdengar, tapi saya berupaya agar ada yang mendengar," jelasnya.
Gelombang tsunami menyapu bibir pantai sebanyak tiga kali dengan ketinggian yang sangat dahsyat.
Saat gelombang pertama berlalu, air laut dalam keadaan surut sedalam tujuh meter. Pada kedua kalinya, gelombang tsunami kembali menyapu bibir pantai dengan ketinggian melebihi dari gelombang pertama.
"Saat saya berada di tengah air surut sampai tujuh meter. Kemudian keluar air dari karang. Tapi untuk kedua dan ketiga kalinya ini, gelombang laut menyapu dari arah tengah tempat surutnya air itu. Saya dari tengah laut dekat Gunung Rajabasa tidak kelihatan lagi saking tingginya," terangnya.
Dia menambahkan, kejadian tersebut hanya berlangsung selama 30 menit.
Saat terjadi tsunami, dia berada di tengah laut sekitar pukul 21.00 WIB hingga berakhir gelombang laut pada pukul 21.30 WIB.
"Saat kejadian saya menangis memikirkan ibu saya di rumah yang sedang sakit, tapi Alhamdulillah sekali sebanyak 20 keluarga semuanya selamat. Hanya rumah saja yang hancur," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Suara.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Banjir 70 Cm di Kaligawe Semarang Lumpuhkan Jalur Pantura
- Polisi Beberkan Kronologi Warga yang Ditembak Begal di Jakbar
- Gudang Pengelolaan Limbah B3 di Karawang Terbakar
- Keuangan Ukraina Diklaim Hanya Cukup Bertahan hingga April 2026
- AI Dinilai Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas Sektor Manufaktur
Advertisement
Hama Tikus Masih Mengancam Petani Potorono, Khawatir Gagal Panen
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Ki Anom Suroto Wafat, Maestro Dalang yang Jadi Panutan Generasi Muda
- Ki Anom Suroto Dimakamkan di Samping Ki Warseno Slenk
- Optimalkan Kerja Pamong Kalurahan, DPRD Sleman Matangkan Raperda
- Dispar Bantul Alami Kendala Tarik Retribusi di Pos Baru Parangtritis
- 5 Aplikasi Android yang Bikin HP Lemot dan Cara Membersihkannya
- Alwi Lolos ke 8 Besar French Open 2025, Jonatan Christie Gagal
- Dimas Diajeng Jadi Agen Promosi Wisata Selatan DIY
Advertisement
Advertisement



