Advertisement

Ulah Trump Bikin Dolar AS Masuk dalam "Wilayah Berbahaya"

Mutiara Nabila
Senin, 23 Juli 2018 - 09:34 WIB
Nugroho Nurcahyo
Ulah Trump Bikin Dolar AS Masuk dalam Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4/2018)./ANTARA FOTO - Sigid Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Dolar AS melemah setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan kritik pada China dan Uni Eropa karena telah melakukan manipulasi mata uang dan menahan suku bunganya tetap rendah.

Pada penutupan perdagangan Jumat (20/7), indeks dolar AS sempat meluncur 0,74% sebelum mengalami penurunan 0,68% menjadi 94,47 dan menjadi pelemahan terparah sejak Maret lalu.

Advertisement

Ketegangan perdagangan global yang semakin kuat, tidak menunjukkan akan adanya perdamaian, dengan Trump yang kemudian mengatakan “siap” dengan tarif pada impor China senilai US$500 miliar. Retorika hawkish pada perdagangan, dibarengi dengan kicauan Trump soal mata uang dianggap oleh sejumlah analis membantu pelemahan dolar AS.

“Komentar Trump sangat tegas dan agresif, dan pasar telah melihat Trump pernah maju terkait dengan tarif. Serangan komentar Trump akan mendorong pasar untuk menaruh posisi dolar AS dalam jangka panjang lagi,” ujar Shahab Jalinoos, Kepala Ahli Strategi Mata Uang Global Credit Suisse, dilansir dari Bloomberg dan dikutip oleh Bisnis.com, Minggu (22/7/2018).

Pelemahan dolar AS mematahkan penguatan selama tiga hari berturut, yang terus menguat di tengan kenaikan tensi perang dagang dan pelemahan mata uang yuan milik China. Dolar AS tercatat melemah 0,6% di hadapan euro dengan nilai US$1,17 per euro, dan melemah 0,6% di hadapan mata uang Jepang yen, menguatkan yen pada posisi 111,76 yen per dolar AS.

“Peningkatan risiko pada dolar AS dimanfaatkan sebagai senjata perang dagang yang membuat dolar AS berada dalam ‘wilayah berbahaya’, membuat dolar AS semakin rentan terhadap kelanjutan pelemahan,” ungkap Shaun Osborne, Ahli Strategi Mata Uang Scotiabank.

Pemerintah Trump pernah menyatakan keluhannya pada beberapa waktu lalu tentang mata uang negara rekan dagangnya. Hal itu juga menjadi faktor pelemahan dolar AS, yang bisa memicu kenaikan ekspor AS.

“Para investor global memberatkan aset AS. Apabila pemerintah AS membuat persepsi bahwa mereka ingin mata uangnya lebih lemah, akan sangat menarik bari investor global untuk mengurangi posisinya dan dolar AS akan dirugikan,” kata Daniel Katzive, Kepala Strategi Mata Uang BNP Paribas.

Analis Mizuho Sireen Harajli juga mengungkapkan bahwa jelas terlihat dari kebijakan pemerintah AS saat ini terhadap perdagangan bahwa pihak AS sendiri ingin melihat dolar AS berhenti menguat. Namun, Harajli tak yakin bahwa intervensi verbal dari Presiden AS akan menghasilkan sesuatu yang besar.

Fundamental ekonomi AS tetap kuat, dan dengan begitu membuat Federal Reserve AS akan tetap teguh pada rencananya untuk kembali memperketat kebijakan moneternya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bloomberg

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Sabtu 20 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 00:57 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement