Advertisement
WHO Perkirakan Pandemi Berikutnya Bisa Berasal dari Virus Ini
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan virus yang ditularkan oleh serangga seperti Zika dan demam berdarah bisa menjadi pandemi global berikutnya.
BACA JUGA: Lancar, Pembebasan Lahan Proyek Tol Jogja Solo Dapat Pujian
Advertisement
Arbovirus seperti Zika, demam kuning, Chikungunya dan demam berdarah adalah kelompok patogen yang disebarkan oleh arthropoda seperti nyamuk dan kutu.
Mereka menempati urutan teratas untuk potensi wabah berikutnya yang dapat meningkat menjadi pandemi, terutama karena hampir empat miliar orang tinggal di daerah tropis dan sub-tropis tempat mereka berkembang. Sehingga para ahli sedang mencari strategi untuk mencegah terulangnya Covid-19
Pada peluncuran Inisiatif Arbovirus Global baru WHO, terdapat bertujuan menyatukan pekerjaan untuk mengatasi ancaman yang dibawa serangga di bawah satu atap. Prevalensi arbovirus semakin meningkat dan saat ini menjadi ancaman kesehatan masyarakat di daerah tropis dan subtropis.
Sejak 2016, lebih dari 89 negara telah menghadapi wabah Zika, sementara risiko demam kuning 'meningkat sejak awal 2000-an'. Setiap tahun, demam berdarah menginfeksi 390 juta orang di 130 negara endemik dan dapat menyebabkan kematian.
Demam kuning menimbulkan risiko tinggi wabah di 40 negara dan menyebabkan penyakit kuning dan kematian. Chikungunya memang kurang terkenal, tetapi ada di 115 negara dan menyebabkan radang sendi yang parah dan melumpuhkan sendi.
Meskipun ada vaksin untuk demam kuning, selebihnya, perlindungan terbaik adalah mencegah gigitan nyamuk sejak awal. Fokus Inisiatif Arbovirus Global akan memusatkan sumber daya pada pemantauan risiko, pencegahan pandemi, kesiapsiagaan, deteksi dan tanggapan.
BACA JUGA: 3 Bangunan Bersejarah di Jalan Malioboro Ini Tak Masuk Atribut Sumbu Filosofis
Tindakan internasional sangat penting, mengingat 'frekuensi dan besarnya wabah' arbovirus, terutama yang ditularkan oleh nyamuk Aedes. Untuk masing-masing penyakit ini, ada peningkatan dalam berbagai aspek respons pengawasan, penelitian dan pengembangan.
Keberlanjutan seringkali terbatas pada ruang lingkup, durasi, dan ruang lingkup proyek khusus penyakit. Ada kebutuhan mendesak untuk mengevaluasi kembali alat yang ada dan bagaimana alat ini dapat digunakan di berbagai penyakit untuk memastikan respons yang efisien, praktik berbasis bukti, personel yang dilengkapi dan terlatih, serta keterlibatan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
- Tak Harus Juara Piala Asia U-23, Ini 3 Cara Menuju Olimpiade Paris 2024
- Departemen Pertanian AS Perbarui Makanan Sekolah guna Batasi Asupan Gula Anak
- Supermarket Bahan Bangunan bakal Berdiri di Madiun, Nilai Investasi Rp30 M
- Manfaatkan Layanan Cicilan Dana Bulanan, Begini Cara Sulap Utang agar Untung
Berita Pilihan
- Siap-Siap! Penerapan SLFF di Tol Sebelum Oktober 2024
- Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
Advertisement
LITERASI KESEHATAN: Warga Lansia Diminta Bijak Memilih Jenis Olahraga
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Penetapan Caleg Terpilih di DIY Menunggu BRPK Mahkamah Konsitusi
- Surya Paloh Enggan Jadi Oposisi dan Pilih Gabung Prabowo, Ini Alasannya
- Izin Tinggal Peralihan Jembatani Proses Transisi Izin Tinggal WNA di RI
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Gaji Prabowo-Gibran Saat Sudah Menjabat, Ini Rinciannya
- Iuran Pariwisata Masuk ke Tiket Pesawat, Ini Kata Menteri Pariwisata
- KASD Sebut Penggantian Istilah dari KKB ke OPM Ada Dampaknya
Advertisement
Advertisement