Advertisement
Sesungguhnya, Minat Baca Tinggi tetapi Suplai Buku Kurang
Ilustrasi Buku - Reuters
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Suatu sore di Pulau Bawean Jawa Timur, para ibu mengobrol di saung depan rumah. Tadinya kegiatan di bawah atap bale-bale yang disebut dhurung itu hanyalah seputar bergosip dan bercengkerama dengan tetangga pada sore hari. Tetapi, sejak kehadiran tim pengajar muda dari Indonesia Mengajar di sana, dhurung kini dijadikan taman baca.
“Daripada sekadar ngobrol atau menggosip, pengajar muda menginisiasi kegiatan baru di dhurung, yaitu membaca,” kata managing director Indonesia Mengajar Haiva Muzdaliva.
Advertisement
Pencetusan taman baca dhurung itu tidak hanya mengajak anak-anak untuk membaca tetapi juga kalangan orang tua.
Kehadiran pengajar muda di berbagai desa terpencil di Indonesia sedikit banyak mendorong perubahan minat baca masyarakat. Haiva pun mencontohkan perubahan yang terjadi di Banggai Sulawesi Tengah.
“Pada awalnya taman baca hanya tumbuh di desa yang kami kirimkan pengajar muda, tetapi ternyata taman baca itu menular ke desa-desa lain yang bukan daerah penempatan Indonesia Mengajar,” katanya.
Bahkan, di kabupaten tersebut, setiap desa yang memiliki taman baca melakukan rotasi atau perputaran buku dari satu taman baca ke taman baca lainnya.
Tetapi, poinnya bukan saja soal kehadiran pengajar muda, tetapi tumbuhnya taman-taman baca yang menandakan bahwa orang Indonesia memiliki minat membaca.
Haiva mengatakan bila dilihat dari perjalanan Indonesia Mengajar sejak 2010, terlihat bahwa minat membaca masyarakat Indonesia sebenarnya cukup tinggi.
Menurut penilaiannya ukuran minat baca Indonesia menjadi rendah bukan karena orang yang malas membaca, tetapi karena tidak cukup suplai buku yang bisa dibaca.
Persoalan taman baca di daerah pun bukanlah minat baca yang rendah namun tidak adanya buku-buku baru untuk menggantikan buku lama.
“Tantangannya adalah suplai buku ke daerah itu yang kurang, ini juga yang membuat masyarakat jadi ‘kurang’ membaca,” ujar Haiva lagi.
Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Rosidayati Rozalina juga sepakat dengan temuan Haiva dan kawan-kawan di lapangan. Menurutnya, salah satu persoalan yang menimbulkan stigma malas baca di Indonesia adalah karena akses buku yang belum luas.
“Itulah sebabnya kehadiran komunitas membaca di berbagai titik di Indonesia merupakan jalan untuk membuka akses buku bagi masyakarat,” kata Rosidayati.
Selain akses, Rosidayati menilai harga dan kualitas buku juga ternyata mempengaruhi minat masyarakat untuk membeli buku.
Ketika pameran atau bazar buku murah dilakukan terbukti sangat banyak orang yang datang membanjiri pameran. Artinya orang Indonesia senang dengan buku murah. Tingginya minat masyarakat pada bazar buku murah menunjukkan bahwa sebenarnya orang Indonesia mau membaca.
Menurut dia, sejauh ini sudah ada inisiatif dari pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan berbagai gerakan literasi. Pemerintah juga telah menggratiskan biaya kirim buku setiap tanggal 17 ke seluruh Indonesia.
“Pengiriman buku gratis itu cukup membantu dalam meningkatkan suplai buku dan minat masyarakat juga,” kata Haiva lagi.
Penulis Sidik Nugroho memandang bahwa minat membaca masyarakat Indonesia sebetulnya sudah mulai membaik. Hal ini, menurut Sidik, terjadi karena tumbuhnya penerbit-penerbit kecil di berbagai daerah.
“Kalau dulu penerbitan di Indonesia dikuasai penerbit besar, sekarang tidak lagi. Banyak penerbit yang kecil dan berdana minim, tetapi mereka bisa membidik segmen pembaca yang benar-benar sesuai dengan buku terbitannya,” ujar penulis buku misteri ini.
Saat ini, masyarakat di daerah tidak bisa mengandalkan toko buku saja. Itulah sebabnya kehadiran penerbit kecil, komunitas literasi, dan taman baca cukup membawa pengaruh terhadap persebaran buku di Indonesia.
Minat baca ini yang harusnya dipupuk oleh berbagai pihak. Pemerintah, masyarakat, penulis, komunitas, maupun pemangku kepentingan lainnya diharapkan dapat saling bergandengan tangan untuk meningkatkan literasi di Indonesia.
“Akhirnya memang semua pihak harus bergerak bersama, ada semangat bersama untuk meningkatkan literasi,” kata Rosidayati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
- Musim Flu AS Catat 2,9 Juta Kasus, 1.200 Orang Meninggal
- Korupsi Kepala Daerah Masih Terjadi, Pakar Nilai Retret Bukan Solusi
Advertisement
Jadwal KRL Solo-Jogja Senin 15 Desember 2025, Tarif Rp8.000
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal SIM Keliling Kota Jogja Desember 2025
- Atletico Madrid Tekuk Valencia 2-1, Griezmann Jadi Penentu
- Terbaru, Cek Jadwal KRL Solo-Jogja Hari Ini Minggu 14 Desember 2025
- Jadwal SIM Keliling Sleman Desember 2025, Cek Layanannya
- Chelsea Tundukkan Everton 2-0, Palmer dan Gusto Bersinar
- Jadwal SIM Keliling Bantul Desember 2025, Ada di MPP
- Cuaca Jakarta Minggu: Pagi Berawan, Sore Berpotensi Hujan
Advertisement
Advertisement




