Advertisement

6 WNI yang Disandera di Libya Dibebaskan dan Dipulangkan ke Indonesia

Newswire
Senin, 02 April 2018 - 14:37 WIB
Kusnul Isti Qomah
6 WNI yang Disandera di Libya Dibebaskan dan Dipulangkan ke Indonesia Menteri Luar Negeri Retno Marsudi - Bisnis/Dedi Gunawan

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA-Sebanyak enam anak buah kapal warga negara Indonesia (ABK WNI) yang menjadi sandera kelompok milisi di Benghazi, Libya dibebaskan dan dipulangkan ke Indonesia.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyerahterimakan keenam ABK WNI tersebut kepada keluarga mereka di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (2/4/2018). "Dengan ini saya serahkan teman-teman keenam ABK WNI kepada keluarga," demikian Menlu Retno Marsudi di acara serah terima yang dihadiri oleh sejumlah keluarga ABK.

Advertisement

Para ABK, yang bekerja di kapal ikan Salvatore 6 berbendera Malta tersebut diculik oleh kelompok milisi Libya di perairan Benghazi, berjarak sekitar 72 mil dari garis pantai Libya pada 23 September 2017.

Kemlu RI menerima informasi terhadap penculikan ABK tersebut lima hari setelah penculikan terjadi. Sejak saat itu Kemlu melakukan kontak termasuk dengan pemilik kapal. "Proses pembebasannya tidak mudah karena ada masalah politik di Benghazi dan Tripoli," kata Menlu.

Karena menjadi wilayah konflik, kompleksitas pembebasan para sandera tidak mudah sama sekali, lanjut menlu. Tim pembebasan dari direktorat Perlindungan WNI Kemlu, BIN dan KBRI Tripoli, terlibat dalam upaya pembebasan keenam ABK tersebut.

Setelah melakukan upaya pendekatan diplomasi, pada 27 Maret dilakukan serah terima dari kelompok bersenjata di pelabuhan ikan di Benghazi.

"Upaya pendekatan yang intensif dilakukan selama enam bulan terakhir dengan menekankan bahwa Indonesia dekat dengan Libya. Bahwa Indonesia tidak berpihak di dalam konflik Libya," kata Direktur Perlindungan WNI Lalu Muhammad Iqbal.

Kemudian Indonesia dan Libya pada 1996 memediasi perdamaian di Filipina Selatan. Upaya diplomasi semacam itu lah yang dikedepankan oleh Kemlu. Keenam ABK WNI tersebut adalah Rony Wiliam asal Jakarta, Joko Riyadi dari Blitar, dan empat lainnya dari Tegal yaitu Hariyanto, Saifudin, Muhammad Abudi, dan Waskita.

Ketika mereka ditangkap oleh kelompok milisi tersebut, seluruh isi kapal dirampas mulai alat navigasi, komunikasi, bahkan lemari es dan barang-barang pribadi mereka.

Baru pada Desember tahun lalu, pihak KBRI di Tripoli setelah melakukan upaya pendekatan berhasil berkomunikasi dengan para ABK yang disandera untuk memastikan kondisi mereka sehingga pemerintah bisa mengatur skenario pembebasan mereka di Benghazi.

Motif penculikannya pun sedikit bersifat politis karena kapal yang mereka cegat berbendera Malta, yang diketahui Kelompok milisi tersebut diketahui tidak memiliki hubungan yang bagus dengan negara tersebut.

"Kami ucapkan terima kasih sehingga kami bisa dipertemukan kembali dengan keluarga kami," kata salah satu ABK yang disandera, Roni William.

Selama kurang lebih enam bulan disandera di salah satu pelabuhan di Benghazi, Roni dan lima ABK lainnya juga menjadi saksi bagaimana konflik bersenjata yang terjadi di Libya kala itu.

"Kami melihat pesawat sangat dekat karena letak nya hanya satu atau dua kilometer, kadang peluru ada yang nyasar," kata Roni.

Selain enam ABK WNI, kelompok milisi juga sempat menahan kapten kapal Salvatore 6 berkebangsaan Italia. Namun karena masalah kesehatan, sang kapten kapal dibebaskan lebih awal, kata Roni.

Sementara itu, Kemlu RI berupaya untuk memulihkan hak-hak para ABK tersebut dengan berkomunikasi dengan perusahaan pemilik kapal di Malta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Rute, Tarif dan Jalur Bus Trans Jogja, Yuk Cek di Sini

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 05:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement