Advertisement

ERA SOEHARTO ATAU REFORMASI : Zaman Pak Harto Bagai Hidup di Moncong Singa

Sabtu, 08 Juni 2013 - 13:34 WIB
Maya Herawati
ERA SOEHARTO ATAU REFORMASI : Zaman Pak Harto Bagai Hidup di Moncong Singa Ilustrasi G 30S/PKI (JIBI/Solopos - Antara)

Advertisement

[caption id="attachment_413732" align="alignleft" width="370"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/06/08/era-soeharto-atau-reformasi-zaman-pak-harto-bagai-hidup-di-moncong-singa-413731/pki-ilustrasi-antara" rel="attachment wp-att-413732">http://images.harianjogja.com/2013/06/pki-ilustrasi-ANTARA-370x287.jpg" alt="" width="370" height="287" /> Foto Ilustrasi
JIBI/Harian Jogja/Antara[/caption]

SOLO–Selain warga yang menilai sisi baik dan positif di era Soeharto, ada pula warga yang menilai sebaliknya. Sejumlah pendapat itu disampaikan pada acara Dinamika 103, sebuah acara diskusi udara di radio SOLOPOS FM, edisi Sabtu (8/6/2013).

Advertisement

Acara yang disiarkan pukul 08.00-09.00 WIB itu dipandu oleh Dyah Ratna dan Heru Cahyono.

Warga palur, Eko Bawono melalui pesan singkat kepada redaksi SOLOPOS FM mengatakan, “Zaman Soeharto bagaikan hidup di moncong singa. Salah omong dikit bisa dijemput Koramil. Yang kaya hanya kroninya aja."

Lenggar, warga Jebres, Solo menilai sebaiknya Soeharto dijadikan sejarah masa lalu.

“Coba berapa juta nyawa yg digenocid era PKI, berapa ribu era Petrus dan lawan politik yang mati sia-sia, kasus WKO yg dicap PKI, petani cengkeh yg diqarong BPPC, coba tanyakan ke keluarga mereka..., jadi jangan hanya baiknya saja yg digembor-gemborkan, memang seperti ini perjalanan bangsa Indonesia.”

Sementara Agus dari Karangasem, Solo mengatakan, “Sekali lagi saya juga mengingatkan akan kekejaman Soeharto. Bagaimana kabarnya Wiji Thukul, Dudy Hamdun( istri Eva Arnas), dll. Kalau masih hidup, ditahan di mana, sedang kalau sudah meninggal dikubur dimana. Kasihan keluarganya masih menanti kabar keberadaannya."

Nuryadin dari Semanggi, Pasart Kliwon menyampaikan pendapatnya, “Yang saya ingat hanya tirani orde baru.” Sedangkan Bejo di Solo mengatakan dulu zaman pak Harto, saudaranya yang menjadi guru dibuang dijemput orang Suharto ke Pulau Buru sampai Sembilan tahun, dipisahkan dari anak istri. Di Pulau buru saudaranya disuruh mbabat alas jdi lahan pertanian enggak dibayar Sembilan tahun, sungguh kejam...”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Digelontor Danais Rp2,57 Miliar, 4 Kalurahan di Menoreh Ini Bakal Bangun Instalasi Air Bersih

Kulonprogo
| Jum'at, 19 April 2024, 16:47 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement