Advertisement

Tak Mau Jadi Pelanduk, ASEAN Siap Hadapi Perang Dagang AS-China

Dwi Nicken Tari
Senin, 09 April 2018 - 20:25 WIB
Nugroho Nurcahyo
Tak Mau Jadi Pelanduk, ASEAN Siap Hadapi Perang Dagang AS-China Ilustrasi perang dagang AS-China - shiwuzq.com

Advertisement

 

Harianjogja.com, JAKARTA–Para pembuat kebijakan di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN, bersiap menghadapi jatuhnya perang dagang Amerika Serikat dan China. ASEAN tak mau menjadi pelanduk dalam pepatah “gajah bertarung pelanduk mati di tengah-tengah.”

Advertisement

Para pemimpin kebijakan di ASEAN megumumkan mereka akan fokus memperkuat pasar domestik untuk menghadapi terpaan perang dagang.

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Sentral Thailand Veerathai Santiprabhob, dalam pertemuan pejabat regional ASEAN di Singapura pekan lalu memandang konflik perang dagang akan berdampak global. Kendati demikian, mereka setuju dampak langsung perang dagang bagi produk domestik bruto (PDB) ASEAN masih rendah untuk sekarang ini.

“Komposit PDB kita [ASEAN] sebagian besar dipacu oleh konsumsi. Pemerintah pun berniat meningkatkan investasi dan mencari faktor selain ekspor untuk memicu pertumbuhan ekonomi,” kata Indrawati seperti dikutip Bloomberg, Senin (9/4/2018).

Dia menambahkan, hubungan dagang antara AS dan China semakin parah seiring prospek retaliasi masih berlanjut. Indrawati percaya, aksi dua negara ekonomi terbesar di dunia itu dalam aksi saling balas tarif tidak akan memuaskan kepentingan siapa pun.

Saling Balas

Presiden AS Donald Trump yang ingin mengubah bingkai perdagangan global menyebut China melakukan praktik perdagangan tidak adil, dengan melakukan pelanggaran termasuk mencuri properti intelektual dan memberi subsidi untuk ekspornya. Untuk itu, pemerintah Trump merasa perlu untuk menghukum Beijing dengan mengenakan tarif sebesar US$50 miliar terhadap produk impor China.

Menanggapi kebijakan itu, China membalas tarif itu lewat proposalnya pada Rabu (4/4/2018) yang ingin mengenakan tarif sebesar 25% untuk produk impor asal AS . Aksi ini telah menaikkan tensi perselisihan perdagangan dua negara, menekan kinerja pasar global, dan membuat para pejabat di setiap negara bersiaga menghadapi dampak negatif bagi perekonomiannya.

 

Sri Mulyani Indrawati yang mantan Managing Director World Bank, menegaskan perselisihan itu harus diselesaikan dengan baik lewat Organisasi Dagang Internasional (WTO).

Adapun, China sebagai mitra perdagangan terbesar serta sumber investasi dan turis bagi negara-negara ASEAN dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif bagi perekonomian di kawasan Asia Tenggara lewat tensi perang dagang tersebut.

Sementara Indonesia dan Filipina telah bergerak untuk melindungi perekonomiannya dari perang dagang lewat kinerja pasar domestik, negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand, masih bergantung dengan kinerja ekspor.

Indrawati mengaku optimistis Indonesia dapat mencapai target pertumbuhan PDB tahun ini sebesar 5,4%, naik dari 5,1% pada 2017.

Di kesempatan lain, Gubernur Bank Sentral Thailand Veerathai Santiprabhob. menilai perselisihan dagang AS dan China, merupakan sesuatu yang harus diperhatian dengan seksama. Aksi retaliasi itu merupakan sumber kekhawatiran global. Namun, sejauh ini dia setuju dampaknya masih kecil.

Dia menjelaskan, bank sentral di kawasan ASEAN sedang berusaha mengatur kekuatan mata uang kawasan Asia Tenggara agar tetap kompetitif dibandingkan ekspor karena lingkungan perdagangan menjadi semakin menantang.

“Sebagai bank sentral, kami akan meyakinkan bahwa laju apresiasi [mata uang] tidak akan mengganggu perekonomian secara keseluruhan,” imbuh Veerathai.

Dia memperingatkan negara-negara ASEAN harus lebih waspada terhadap dampak pergerakan mata uang, khususnya dalam volatilitas dan laju apresiasi sektor ril.

Di luar Asia Tenggara, otoritas Hong Kong juga khawatir dampak perang dagang untuk perekonomian mereka.

Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan dalam blognya pada Rabu (4/4/2018), menuliskan perselisihan itu dapat menghambat aktivitas perdagangan, “Dan bisa juga berdampak negatif untuk perekonomian Hong Kong.”

Chan mengungkapkan, pada tahun lalu ekspor China untuk AS yang melewati Hong Kong telah berkontribusi sekitar 7% untuk ekspor territorial Hong Kong.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bloomberg, Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Libur Lebaran Usai, Berikut Jadwal dan Tarif Terbaru Bus Damri dari Jogja ke Bandara YIA

Jogja
| Jum'at, 19 April 2024, 05:17 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement