Advertisement
Kisah Luhut saat SBY Kehilangan Separuh Jiwanya
Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memberikan penghormatan kepada Ani Yudhoyono.
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Kebersamaan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan sang istri, Kristiani Herawati Yudhoyono (Ani Yudhoyono), dalam mengarungi bahtera rumah tangga 46 tahun, seakan menjadikan keduanya satu kesatuan.
Tak ayal ketika salah satu terlebih dulu menghadap Sang Pencipta, kesedihan mendalam sangat terasa. Tak terkecuali itulah yang dirasakan SBY, tatkala sang istri dipanggil Tuhannya pada Sabtu (1/6/2019) di RS Singapura.
Advertisement
Momen kehilangan SBY tersebut setidaknya terlukiskan dalam tulisan Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Dalam laman Facebooknya, menteri kelahiran 28 September 1947 menuliskan:
Di ruang ICU itu kemarin, beberapa saat setelah jasad Bu Ani dibersihkan, saya berada di samping Pak SBY yang mencium kening istrinya lalu membisikkan sesuatu seolah-olah belahan jiwanya itu masih bernyawa. Di titik itu saya melihat habisnya separuh jiwa Pak SBY. Saya kehabisan kata-kata. Saya hanya bisa memeluk Beliau, lalu memberikan penghormatan terakhir saya pada almarhumah Ibu Negara dari Presiden ke-6 RI tersebut.
Momen kehilangan seperti ini pasti akan dialami setiap manusia. Sehebat apapun pencapaian kita, air mata tetap tak ayal dibendung ketika saat itu tiba. Seperti bagaimana saya menyaksikan seorang mantan Presiden yang menangis selayaknya seorang manusia biasa yang terdiri dari darah, daging, tulang dan emosi juga.
Masih di National Universty Hospital, 10 sampai 15 menit setelah momen itu, keranda jenazah didatangkan. Melihat begitu sederhananya peti mati yang disiapkan, membuat saya merenung, bahwa inilah yang akan kita semua pakai nantinya. Tidak peduli apakah kita Presiden, Ibu Negara, Wakil Presiden, ataupun hanya manusia biasa, semua sama saja. Ketika sudah selesai waktu kita di dunia ini, kita akan diperlakukan sama. Tinggal masalah kapan, di mana, dan bagaimana kita berpulang.
Ya itulah hidup.
Sekarang untuk kita yang masih diberikan hidup, mari kita bawa peristiwa ini menjadi sebuah bahan refleksi diri bagaimana membuat hidup ini bermakna. Bagi saya, pada akhirnya hidup adalah tentang bagaimana kita bisa berbagi dengan orang lain, berbuat baik kepada orang lain.
Hidup begitu singkat, untuk apa kita berbuat curang atau culas. Buat apa juga kita senang membuat permusuhan atau membuat orang lain menjadi susah. Termasuk dalam hidup bernegara, untuk apa juga kita membuat perkara atau keributan terus menerus.
Selain itu saya juga melihat keteladanan SBY sebagai seorang suami yang mau terus mendampingi istrinya sampai akhir, mengesampingkan kesibukannya selama 4 bulan terakhir ini.
Terakhir, saya mengajak kita semua untuk mendoakan Pak SBY dan keluarga, supaya diberi kekuatan.
Manusia hanya bisa berencana, tapi kehendak Tuhan yang jadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Mau Jalan-Jalan di Jogja? Cek Prakiraan Cuaca Hari Ini di Kota Gudeg
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Cek, Prakiraan Cuaca di Jogja Hari Ini, Jumat 14 November 2025
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Hari Ini, Jumat 14 Nov 2025
- BNNK Bantul Rehabilitasi 70 Pengguna Narkoba Selama 2025
- Jalur, Rute dan Tarif Bus Trans Jogja Hari Ini, Jumat 14 November
- Gunungkidul Anggarkan Rp2,2 Miliar untuk Lahan Relokasi TPR Tepus
- Pantai Tanggul Tirto Bantul Sajikan Wisata Sunset dan Area Teduh
- Polda DIY Perkuat Pengawasan Resep untuk Bendung Kasus Psikotropika
Advertisement
Advertisement




