Advertisement
Survei Komnas HAM, Primordialisme Masih Kuat Dipegang Masyarakat
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Hasil survei Komnas HAM juga menunjukkan primordialisme masih menjadi nilai penting yang dipegang masyarakat. Dalam survei tersebut, ditemukan kondisi di mana latar belakang ras dan etnis membuat responden merasa diuntungkan dan dimudahkan.
Sebanyak 83,1% responden menilai latar belakang etnis seperti Jawa, Batak, Arab, dan Tionghoa memudahkan aktivitas dalam aspek kehidupan.
Selain itu, latar belakang ras juga dianggap menjadi faktor yang memberi kemudahan bagi masyarakat, dilihat dari jumlah responden yang setuju mencapai 82,7%.
Advertisement
Peneliti Komnas HAM Elfansuri memaparkan data juga menunjukkan segregasi sosial masyarakat masih tinggi. Terlihat dari tingkat persetujuan yang lebih dari 80%.
"Potensi akan adanya tindakan diskriminasi ras dan etnis memiliki probabilitas yang cukup besar, atau setidaknya hal ini mengidentifikasikan sikap permisif sebagian masyarakat atas tindakan diskriminasi ras dan etnis yang terjadi di tengah masyarakat," papar Elfansuri.
Senada dengan Elfansuri, Komisioner Pengkajian dan Penelitian Komnas HAM Mochammad Choirul Anam juga menyebutkan kesadaran masyarakat soal solidaritas eksternal perlu ditingkatkan.
"Kesadaran soal keberagaman etnis dan ras itu ada, tapi kesadarannya belum bersifat merekatkan secara eksternal. Masih secara internal," kata Anam.
Survei terbaru Komnas HAM dilakukan pada 1.207 responden di 34 provinsi Indonesia selama periode 25 September-3 Oktober 2018. Survei merupakan bagian dari evaluasi penilaian publik terhadap upaya penghapusan diskriminasi ras dan etnis.
Komnas HAM merekomendasikan masyarakat untuk tidak membawa isu etnis dan ras ke ranah publik karena berpotensi memecah belah.
"Masyarakat kita punya kecenderungan merasa lebih nyaman dengan orang yang berasal dari etnis yang sama. Oleh karena itu, guyonan yang membawa unsur etnis dan ras, baik dalam lingkup ekonomi maupun politik diharapkan dapat berkurang, karena dapat memperuncing perbedaan," kata Anam.
Paparan Komnas HAM juga menunjukkan terdapat peningkatan laporan diskriminasi etnis pada 2016 yang menjadi 38 aduan. Angka tersebut naik nyaris dua kali lipat dibanding 2015 yang berjumlah 20 aduan.
Pelaksanaan pemilihan daerah diperkirakan menjadi faktor peningkatan aduan diskriminasi ras dan etnis. Aman menyebutkan spektrum politik etnisitas menjadi salah satu sumber aduan dengan contoh pelanggaran berupa ujaran kebencian dan kampanye rasis.
Melihat kondisi tersebut, Komnas HAM mendorong lembaga negara dan semua pihak agar lebih serius dalam mencegah diskriminasi etnis dan ras, terutama di tengah peningkatan tensi politik jelang Pemilihan Umum 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gelombang I Pemberangkatan Jemaah Calon Haji ke Tanah Suci Dijadwalkan 12 Mei 2024
- Diserang Israel, Iran Sebut Fasilitas Nuklir Aman dan Siap Membalas dengan Rudal
- Respons Serangan Israel, Iran Aktifkan Pertahanan Udara dan Tangguhkan Penerbangan Sipil
- Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Proyek Kerja Sama dengan Israel
- 2 Oknum Pegawai Lion Air Jadi Sindikat Narkoba, Begini Modus Operasinya
Advertisement
Advertisement
Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Kejagung Telusuri Asal Usul Jet Pribadi Suami Sandra Dewi, Harvey Moeis
- Pembangunan Tol Palembang Betung Ditarget Selesai pada 2024
- Pendukung Prabowo-Gibran Bakal Gelar Aksi ke MK, Ini Imbauan Prabowo
- Palestina Kecam Veto AS Soal Keanggotaan Penuh di PBB
- Rudal Israel Dilaporkan Hantam Iran, Irak dan Suriah
- Respons Serangan Israel, Iran Aktifkan Pertahanan Udara dan Tangguhkan Penerbangan Sipil
- Dampak Serangan Israel ke Iran, Harga Minyak Melonjak
Advertisement
Advertisement