Advertisement

Warga Karanganyar Berjibaku Halau Macan Gunung Lawu

Ponco Suseno
Selasa, 06 November 2018 - 23:50 WIB
Bhekti Suryani
Warga Karanganyar Berjibaku Halau Macan Gunung Lawu Kandang ternak milik Arjo Paimin, di Sendang, Sepanjang, Tawangmangu, Karanganyar, yang didatangi macan Gunung Lawu akhir Oktober 2018. (Solopos / Ponco Suseno)

Advertisement

Harianjogja.com, KARANGANYAR - Serangan macan yang memangsa ternak di lereng Gunung Lawu, Karanganyar memaksa warga bersiaga menghadapi hewan buas tersebut. 

Warga di Sendang, Sepanjang, Tawangmangu, Karanganyar, mulai bisa melawan rasa takut mereka terhadap kehadiran macan tutul Gunung Lawu ke kampung mereka. Tak diperbolehkan membunuh macan tutul, mereka menemukan cara sederhana untuk menghalau hewan langka itu ke kembali hutan.

Advertisement

Macan itu diduga telah menyerang delapan ekor kambing milik warga bernama Arjo Paimin, Selasa-Rabu (30-31/10/2018) lalu. Seorang warga di Sendang, Gimah, 40, mengatakan sempat dilanda ketakutan setelah serangan itu. Kebetulan, lokasi serangan macan di Arjo Paimin sangat dekat dengan rumahnya.

“Rumah saya dengan Pak Arjo Paimin bersebelahan. Saat serangan itu, saya tak mengetahui apa-apa. Awalnya juga takut. Tapi sekarang sudah tidak. Setelah warga ronda berhari-hari, tidak ada serangan lagi. Saya hanya berharap tak ada serangan macan lagi,” kata Gimah.

Hal senada dijelaskan warga Sendang lainnya, Ny. Wardi, 50. Beberapa warga di Sendang masih waswas dengan serangan susulan dari macan Gunung Lawu. Terlebih, beberapa warga masih melihat tapak macan tak jauh dari permukiman warga.

“Sehari-hari, saya juga membuka warung kelontong. Sebelum mendengar serangan macan itu, saya biasanya menutup warung di atas pukul 21.00 WIB. Saat mendengar ada serangan macan itu, saya menutup warung kelontong saya pukul 19.00 WIB. Takut ada serangan lagi. Saat saya di dalam rumah lalu mendengar suara kemlotak dari luar rumah, terkadang saya masih takut [muncul macan di dusunnya],” katanya.

Cara yang efektif mencegah kehadiran macan adalah dengan ronda dan membuat bunyi-bunyian. Ronda malam yang biasanya dilakukan warga biasanya juga diikuti aparat Polsek Tawangmangu dan petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng. Ronda biasanya dilakukan saat pukul 19.00 WIB-00.00 WIB.

“Warga di Sendang ini seluruhnya memiliki hewan ternak [kambing atau sapi]. Sebagian besar kandang milik warga sudang permanen. Kandang yang masih terbuat dari bambu sekitar 30 persen dari jumlah KK di Sendang. Kandang yang belum permanen itu sudah dikuati warga dengan menggunakan kayu atau seng. Di sisi lain, warga juga menyetel radio atau membuat bunyi-bunyian di sekitar kandang. Itu cara warga mengusir macan,” kata Kadus Sendang, Warno, saat ditemui Solopos.com-jaringan Harianjogja.com, di kantornya, Senin (5/11/2018).

Asisten Perhutani (Asper) Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Lawu Utara, Edy Saryono, mengatakan warga di Sendang dilarang membunuh macan Gunung Lawu meski hewan buas itu dinilai mengancam keselamatan orang. Warga diminta untuk mengusir atau menghalau saat melihat macan Gunung Lawu di waktu mendatang.

“Tidak diperbolehkan membunuh karena macan itu termasuk satwa yang dilindungi. Cukup diusir saja. Toh, macan itu biasanya akan pergi sendiri ketika melihat ada aktivitas manusia di sekitarnya [macan kembali ke hutan],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Cegah Kecurangan Pengisian BBM, Polres Kulonprogo Cek SPBU

Kulonprogo
| Jum'at, 29 Maret 2024, 14:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement