Advertisement

Kisah Guru Lajon: Berangkat saat Subuh, Repot Kalau Hujan Turun

Herlambang Jati Kusumo
Senin, 06 Agustus 2018 - 14:55 WIB
Budi Cahyana
Kisah Guru Lajon: Berangkat saat Subuh, Repot Kalau Hujan Turun Sihono saat mengajar di SDN Mertelu Baru, di Desa Mertelu, Gedangsari, Rabu (1/8). - Harian Jogja/Herlambang Jati Kusumo

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Tak sedikit guru di DIY yang menjadi komuter. Mereka menempuh puluhan kilometer saban hari untuk berangkat mengajar. Salah satunya Sihono, guru SD di pelosok Gunungkidul bagian utara yang tinggal di Sentolo, Kulonprogo. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com Herlambang Jati Kusumo.

Pukul 03.00 WIB, malam belum meninggalkan Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo. Ayam jago belum berkokok di pagi buta yang dingin itu. Sihono sudah bangun. Dia mesti menanak nasi, menjerang air, dan memasak lauk untuk sarapan suami dan kedua anaknya. Setelah selesai beres-beres, perempuan 55 tahun itu minum secukupnya, mengemasi buku-buku dan segala keperluan mengajar, kemudian mandi, berias sebentar dan mengeluarkan sepeda ontelnya.

Advertisement

Pukul 04.00 WIB, Subuh baru saja datang. Tiga jam lagi, Sihono sudah harus sampai di SDN Mertelu, Dusun Piji, Kacamatan Gedangsari, Gunungkidul, yang jaraknya 70-an kilometer.

Ontel itu ia kayuh cepat-cepat melewati 500 meter jalanan desa yang masih lengang sampai di pinggir jalan raya Jogja-Wates. Ia lantas menitipkan sepedanya di tempat penitipan sembari menunggu bus, biasanya jurusan Purwokerto-Jogja, yang mengantarnya ke Terminal Giwangan.

Di Giwangan, Matahari sudah terbit. Sihono berganti bus lain yang lebih kecil untuk membawanya ke Sambipitu, Patuk. Kadang bus sering berhenti untuk mengangkut penumpang lain, kadang harus berjalan pelan karena lalu lintas sudah padat.

Jika demikian, Sihono mulai waswas. Sesekali Sihono melihat jam di pergelangan tangan kirinya, memastikan dia tidak terlambat sampai sekolah. Sihono harus sampai Sambipitu paling telat pukul 06.00 WIB. Pada menit-menit tersebut, beberapa guru yang mengajar di sekolah-sekolah di Gedangsari mulai melintas naik motor. Itu adalah angkutan Sihono selanjutnya. Dia biasanya mencegat kolega-koleganya untuk menumpang. Telat beberapa menit, Sihono bakal ketinggalan dan harus naik ojek sejauh 10 kilometer melewati pepohonan jati yang meranggas sebelum sampai di SDN Mertelu.

“Biasanya pukul 06.07 WIB itu sudah sampai sini [Sambipitu], kalau sudah lebih terkadang tertinggal. Saya biasanya menumpang guru SMPN 3 Gedangsari, setelah sampai di SMP, nanti berjalan sendiri ke SD atau kadang bareng beberapa wali murid,” kata Sihono.

Saat kemarau seperti sekarang ini, Sihono bisa tenang. Namun, kala musim hujan, dia acap waswas dan harus menyiapkan jas hujan untuk berjaga-jaga.

Satu kali, hujan turun pada pagi hari di Sambipitu. Guru yang menumpangi Sihono tidak membawa mantol, begitu juga Sihono. Mereka berdua harus menerobos hujan demi tidak terlambat sampai sekolah.

Sudah 32 tahun Sihono mengajar olahraga di SDN Mertelu dan meski dia harus melaju tiap hari Gunungkidul-Kulonprogo naik bus, dia hampir tidak pernah telat dan sangat jarang absen mengajar.

“Pernah dalam satu semester, saya tidak berangkat hanya dua kali. Yang pertama saya sakit panas dingin, yang kedua karena saudara saya ada yang meninggal,” kata dia.

Sampai di sekolah, waktu yang tersisa dia manfaatkan untuk menyiapkan bahan ajar. Sihono tak sempat sarapan karena pelajaran harus dimulai pukul 07.00 WIB.

Saat jam istirahat pertama pukul 09.30 WIB, barulah Sihono makan pagi. Sihono memberikan materi olahraga untuk siswa kelas I-VI. Ketika ditemui Harian Jogja, Rabu (1/8/2018) pagi lalu, Sihono mengajarkan anak-anak kelas III bermain gobak sodor. Di hari lain, dia memberikan materi kasti, sepak bola, voli, senam, gerak dasar, dan sesekali menerangkan teori-teori pendidikan jasmani dan kesehatan di ruang kelas.

Keseharian itu dilakoninya dalam 20 tahun. Wanita kelahiran 4 Mei 1963 itu pernah mengontrak rumah di dekat sekolah pada awal-awal dia menjadi guru di SDN Mertelu.

“Kontrak 12 tahun di dekat sekolah saat anak masih kecil. Tetapi setelah anak mulai dewasa, kami balik ke Kulonprogo. Saya ngelaju,” ujarnya.

Lima tahun lagi, Sihono yang punya bekal pendidikan Sekolah Guru Olahraga (SGO) dan S1 Pendidikan Guru SD itu pensiun. Ia masih kuat mengayuh sepeda saat pagi masih pekat dan betah naik bus ketika fajar mulai tampak.

“Sudah tidak merasa jauh, di sini enak dan nyaman. Masyarakat dan guru-guru ramah. Anak-anak mudah diajar, ini yang membuat saya betah. Rumah jauh tidak terasa melelahkan,” ujar Sihono.

Ada delapan guru yang mengajar di SDN Mertelu. Empat guru tinggal di sekitar sekolah sehingga hanya perlu jalan kaki untuk berangkat. Empat guru lain melaju atau istilah Jawanya lajon: satu naik motor dan tiga naik angkutan umum. Mereka yang menjadi komuter angkutan semuanya perempuan: Sihono yang tinggal di Kulonprogo, Sri Herwati yang menetap di Mergangsan, Kota Jogja, dan Siti Suharyanti yang rumahnya di Piyungan, Bantul.

Ketiga guru SDN Mertelu itu termasuk lebih dari 100 guru sekolah di Gunungkidul yang tinggal di kabupaten lain. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gunungkidul Bahron Rasyid, para pelaju itu susah diganti karena Gunungkidul masih kekurangan 800 guru SD dan 60 guru SMP.

Di tahun-tahun terakhir masa tugasnya sebagai guru olahraga, Sihono bahkan harus menambah jam mengajar ke sekolah lain, di SDN Mertelu Baru yang jaraknya sekitar satu kilometer dari SDN Mertelu dan harus ia tempuh berjalan kaki.

Dia tak keberatan membantu SDN Mertelu Baru lantaran sekolah itu masih kekurangan guru olahraga, apalagi Sihono juga bisa melampaui kewajiban mengajar satu pekan 24 jam.

Di mata rekan-rekannya, Sihono adalah sosok guru sepuh yang disiplin.

“Saya heran dengan Bu Sihono, beliau jarang ngomong sakit atau alasan lainnya untuk tidak mengajar. Sampai usia segini masih semangat ngelaju,” kata guru membatik SDN Mertelu, Nur Siamtoro.

“Kalau bahasa Jawanya, digumunke sama yang lain, dari Kulonprogo ke Gunungkidul yang jauh, tetapi beliau jarang sekali absen atau terlambat,” kata guru kelas VI SDN Mertelu, Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembangkan Digitalisasi UMKM, Pemkot Libatkan Mahasiswa

Jogja
| Selasa, 16 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement