Advertisement
Ada Rencana Pelarangan Partai Politik, Ratusan Orang di Hongkong Berunjuk Rasa
Advertisement
Harianjogja.com, HONGKONG-Ratusan pendukung demokrasi di Hongkong berunjuk rasa pada Sabtu (21/7/2018) menentang usaha pemerintah melarang sebuah partai politik. Para pengunjung rasa menyatakan usulan tersebut adalah ancaman sangat serius bagi kebebasan berserikat di kota itu sejak kembali ke kekuasaan Tiongkok.
Penyelenggara mengatakan 1.200 orang turut dalam unjuk rasa itu, sementara polisi memperkirakan jumlahnya 600 orang pada saat puncak.
Advertisement
Kepala keamanan Hongkong John Lee mengatakan pada Selasa bahwa polisi menyarankannya melarang Partai Nasional Hongkong, yang secara terbuka menyokong pemisahan kota itu dari Tiongkok.
Lee belum secara resmi melarang kelompok itu, dengan mengatakan bahwa dia tidak dapat melakukan itu sebelum partai tersebut memiliki kesempatan menjelaskan dirinya. Menurut dia, Hongkong masih mempunyai kebebasan berserikat seperti tercantum dalam konstitusi mini, yang dikenal dengan Undang-Undang Dasar, tetapi hak itu bukan tanpa pembatasan.
Tetapi perkembangan-perkembangan menandai untuk pertama kali sejak penyerahan Hongkong dari Inggris ke kekuasaan Tiongkok pada tahun 1997 bahwa pemerintah telah bergerak ke arah melarang sebuah organisasi politik.
"Hongkong mulai mengadili orang-orang karena bicara mereka," kata Isabella Yeung, seorang pengunjuk rasa dan guru yang berusia 40-an tahun.
"Kelompok itu tidak bertindak atau menimbulkan kekerasan. Semua yang dilakukan ialah berbicara."
Sebagian besar pemerotes bukan pendukung kemerdekaan bagi Hongkong tapi sekitar 50 orang, yang memakai penutup wajah, mengibarkan bendera-bendera "Kemerdekaan Hongkong" dan meneriakkan,"Kami orang-orang Hongkong, bukan Tiongkok."
Hongkong mempunyai sistem hukum politik terpisah dari Tiongkok berdasarkan prinsip "Satu negara, Dua Sistem", yang menjanjikan tingkat otonomi yang tinggi dan berbagai kebebasan, termasuk kebebasan berbicara dan kebebasan berserikat.
Tetapi setelah pendudukan jalan raya melalui "Gerakan Payung" selama beberapa bulan tahun 2014 gagal menekan Beijing mengizinkan demokrasi penuh di Hongkong, seruan-seruan untuk kemerdekaan muncul.
Presiden Tiongkok Xi Jin Ping telah mengatakan tiap usaha menantang kedaulatan nasional Tiongkok melewati garis merah.
Benny Tai, seorang guru besar hukum di Universitas Hongkong dan penggagas "Gerakan Payung" mengatakan usulan larangan atas partai nasional Hongkong merupakan bagian dari tren luas menggunakan undang-undang yang ada untuk membatasi kebebasan politik.
"Setelah Gerakan Payung, Partai Komunis mulai menyesuaikan strateginya terhadap Hongkong," kata Tai, yang turut uunjuk rasa pada Sabtu, "Bagian dari itu ialah menggunakan hukum untuk menekan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara/REUTERS
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penetapan Pilpres oleh KPU, Gibran: Nanti Ada Beberapa Pertemuan
- Tiga Hakim MK Ajukan Pendapat Berbeda dan Minta Pemungutan Ulang di Empat Daerah
- PBNU: Kami Ucapkan Selamat Kepada Pasangan Prabowo-Gibran Atas Kemenangannya
- Tudingan Jokowi Cawe-cawe Pilpres Lewat Penjabat Daerah Tak Terbukti, Berikut Dalil Putusan MK
- Lima Polisi di Cimanggis Ditangkap karena Penyalahgunaan Narkoba
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Mensos Risma Janjikan Pemasangan Alarm Bahaya Bencana di Kawasan Semeru
- Kemenlu RI Pastikan Tak Ada WNI Terdampak Gempa Magnitudo 5,5 Taiwan
- PDIP Gabung Pemerintah atau Oposisi Akan Ditentukan di Rakernas
- Dataran Tinggi Dieng Diajukan sebagai Geopark Nasional
- Jokowi dan Gibran Bukan Bagian dari PDIP, Komarudin Watubun: Orang Sudah di Sebelah Sana
- Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Presiden: Ini Penting bagi Pemerintah
- Lima Polisi Terlibat Kasus Narkoba, Kompolnas: Atasan Langsung Juga Harus Diperiksa
Advertisement
Advertisement