Advertisement

Melestarikan Permainan Tradisional via Kampung Dolanan

Maya Arina Pramudita
Jum'at, 20 Juli 2018 - 18:35 WIB
Maya Herawati
Melestarikan Permainan Tradisional via Kampung Dolanan Yudi di Kampung Wisata Pandes - ist/Wahyudi Anggoro Hadi

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Dusun Pandes, Panggungharjo, Sewon, Bantul merupakan dusun yang memproduksi mainan anak tradisional atau dolanan sejak 1980-an. Dusun ini pun terkenal menjadi produsen dolanan tradisional. Hadirnya permainan modern membuat geliat dolanan tradisional tersaingi dan mulai ditinggalkan.

Adalah Wahyudi Anggoro Hadi, 39, atau yang akrab disapa Yudi, merasa prihatin dengan kondisi itu. Ia lantas menggandeng masyarakat sekitar untuk bersama-sama melestarikan dolanan tradisional.

Advertisement

Keprihaatinan Yudi, 39, muncul dari dalam hatinya, kegelisahan menggerakkannya menggandeng masyarakat kala itu untuk berjuang bersama. Sempat dicurigai, saat itu ajakannya tidak mendapat respon positif.

Gerakan itu diawali saat terjadinya gempa bumi pada 2006. Ia menggerakkan masyarakat desanya untuk bangkit bersama dalam situasi bencana. Melalui Komunitas Pojok Budaya, Yudi melibatkan generasi muda agar mereka bisa mewarisi pembuatan mainan tradisional anak dari para tetua dusun.

Selain mempelajari filosofi serta cara pembuatan, Yudi menjelaskan bahwa ada tiga ranah pelestarian yang dilakukan.

“Aktivitas dolanan anak tersebut dijadikan sesuatu wisata minat khusus dengan melakukan branding, sehingga dolanan menjadi aktivitas anak muda yang menjadi wahana wisata edukasi. Dengan begitu dolanan dikemas tidak hanya dari produk asli Pandes saja namun juga ada nilai pengalaman dan pengetahuan didalamnya,” tutur pria kelahiran Bantul, 24 Juli 1979.

Selain branding, Kampung Dolanan Pandes juga melakukan inovasi baru dengan mendesain ulang mainan tradisional anak. Desain ulang dilakukan agar mainan anak lebih aman. Yudi mencontohkan penggantian material paku pada dolanan dengan pasak atau alat alternative lainnya hingga material bahaya lainnya dihilangkan. Yudi menyebutkan, dalam ranah redesain, Kampung Dolanan Pandes juga berusaha menghilangkan potensi tertelannya bagian mainan yang dipakai anak-anak.

“Yang paling penting dalam melakukan pelestarian ini adalah revitalisasi. Upaya revitalisasi pada kenyataannya lebih penting. Dolanan anak diciptakan nenek moyang kita sebagai sarana Pendidikan kepada anak, sebagai sarana belajar,” ujar Yudi belum lama ini.

Yudi yang juga Kepala Desa Panggungharjo bercerita hal yang mendorongnya merevitaliasi Dusun Pandes menjadi Kampung Dolanan Pandes. Pengalaman dan sejarah Dusun Pandes yang dianggapnya berharga menggerakkan niatnya.

Baginya, dolanan anak lahir atas dasar kesadaran, kesadaran akan berbagai aspek kehidupan yang dilator belakangi oleh lingkungan geografis. Hal itu tertuang dalam mainan kitiran atau kincir khas Pandes yang terbuat dari kertas, berbentuk tiga dimensi, memiliki kecembungan dan lain sebagainya. “Para leluhur membuat kitiran menyesuaikan dengan keadaan geografis kampung ini, sehingga bentuknya juga disesuaikan dengan karakter angin dan desain yang dihasilkan mampu digunakan oleh anak-anak dengan lingkungan geografis disini,” terangnya.

Sebuah Kreativitas

Kreativitas yang mendorong lahirnya beragam bentuk mainan tradisional anak membuat Yudi makin bersemangat. Ia ingin mengembalikan Dusun Pandes seperti pada masa kejayaan tetua Desa Panggungharjo. Fasih menyanyikan berbagai macam lagu dolanan anak, Yudi menceritakan bahwa para perajin dolanan di Pandes ini mampu membuat dolanan wayang tanpa menggambar pola, hal itu pula yang menyadarkan Yudi bahwa keterampilan tersebut merupakan sesuatu yang menarik dan anak muda Pandes dapat mewarisinya.

Berangkat dari mainan tradisional, masyarakat Pandes mampu bertahan hidup. Lewat karya dolanan yang mengedukasi itu dapat menghasilkan keuntungan dari jual beli yang dilakukan. Kini, pelestarian tersebut mulai ditularkan pada masyarakat umum yang dating ke Kampung Dolanan ini.

“Kalau dulu mainan hanya dijual dengan harga Rp1.000 saja, sekarang warga bisa memperoleh pemasukan hingga Rp30.000 dalam pelatihan diikuti para pengunjung yang datang ke Kampung Dolanan. Berkat hal tersebut, para tetua juga tidak perlu berjualan keliling lagi seperti dulu,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Susunan Pemain dan Head to Head PSS Sleman vs Dewa United

Sleman
| Sabtu, 20 April 2024, 18:32 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement