Advertisement

FEATURE: Rela Berlebaran di Kuburan demi Penghormatan

I Ketut Sawitra Mustika
Selasa, 19 Juni 2018 - 19:25 WIB
Budi Cahyana
FEATURE: Rela Berlebaran di Kuburan demi Penghormatan Pria berdoa di depan makam anggota keluarganya di TPU Krapyak, Jogja, Sabtu (16/6/2018). - Harian Jogja/I Ketut Sawitra Mustika

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Saat Idulfitri tiba, para juru kunci permakaman melewati hari dengan cara yang berbeda dibandingkan warga pada umumnya. Setelah Salat Id, mereka tak langsung bercengkerama dengan sanak famili sambil menikmati opor ayam. Sebaliknya, mereka harus siap sedia di kuburan. Lebaran berarti tambahan pemasukan di kantong. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com I Ketut Sawitra Mustika.

Kamis (14/6/2018), di salah satu kaveling Tempat Pemakaman Umum (TPU) Krapyak yang hening dan teduh, Elita bersama dengan suaminya tekun menyapu debu dan daun yang berjatuhan di area kuburan.

Advertisement

Kebersihan areal makam harus benar-benar diperhatikan, sebab, keesokan harinya adalah Idulfitri. Saat Lebaran, masyarakat Jawa akan berbondong-bondong ke kuburan untuk menengok anggota keluarga yang telah lebih dulu “pergi”.

Jika saat nyekar orang-orang mendapati makam dalam keadaan kotor, mereka bisa tersinggung karena merasa peraduan terakhir leluhurnya tak dijaga dengan baik oleh si penjaga makam. Oleh karena itu Elita selalu membersihkan makam ketika Idulfitri akan tiba.

Beberapa jam selepas Salat Id, TPU Krapyak sudah dipenuhi peziarah yang datang dari berbagai daerah. Ada yang datang membawa bunga, ada yang tidak. Tetapi yang sama persis, mereka semua jongkok dan berdoa di depan pusara.

Saat Lebaran, Elita lebih banyak menunggu, berbincang dengan para ahli waris (dengan sebutan itulah ia menyebut anggota keluarga yang nyekar) dan sesekali menyapu. Biasanya saat hendak pulang, orang-orang yang datang ke makam akan memberikan uang kepada Elita.

“Dikasih uang terima kasih. Biasanya dalam amplop. Pas ngasih mereka biasanya bilang, ‘Titip bapak ya,’ atau ibu, karena kami dianggap yang merawat orang tua mereka,” ucap Elita, Sabtu (16/6/2018).

Elita adalah satu dari 28 juru kunci, atau lebih tepatnya salah satu pengelola kaveling di TPU Krapyak. Kuburan ini luas, milik pribadi dan terbagi atas beberapa kaveling. Para pengelolanya kini adalah para pewaris dari pemilik lahan yang dulunya adalah sawah itu.

Kaveling Elita luasnya sekitar 5.000 meter persegi. Tarif yang dipatok untuk satu makam sekitar Rp3 juta. Yang dimakamkan di tempat itu, bukan hanya warga Krapyak dan Bantul, tetapi mereka yang semasa hidup tinggal di Surabaya, Klaten dan lain-lain. Orang-orang itu adalah para perantau yang ingin dikubur berdampingan dengan makam orang tuanya di kampung.

Sebagai juru kunci makam, tugas bersih-bersih Elita hanya menyapu. Sementara, nisan dan badan makam, yang biasanya terbuat dari batu paras atau semen yang dilapisi keramik, tak ia bersihkan.

Pada Idulfitri akan banyak bermunculan orang yang tanpa diminta oleh ahli waris pun akan tetap mengepel makam. Elita menyebut aktivitas itu sebagai ngere.

Orang-orang yang ngere ini, kata Elita, bertujuan untuk mencari uang receh dari para pengunjung. Para ahli waris biasanya akan memberikan uang Rp1.000 atau Rp2.000 pada mereka. “Bagi ahli waris itu sebagai sedekah di Lebaran. Kalau pas Lebaran banyak banget yang ngere.”

Elita mengaku tak masalah berjaga di kuburan saat Lebaran. Baginya itu sudah menjadi tugas yang harus dilakukan. Supaya punya waktu untuk silaturahmi dengan keluarga, Elita selalu bergantian menjaga makam dengan suaminya. Ia jatah dari pagi sampai siang dan suaminya bertugas menjaga dan bersih-bersih dari siang sampai sore.

Jika Elita dan suaminya bisa saling bergantian, lain lagi dengan Singgih Budi Priyono, penjaga Taman Wijaya Brata. Saat Idulfitri, ia mesti siap sedia dari pagi sampai sore di makam. Taman Wijaya Brata adalah kompleks permakaman bagi keluarga besar Taman Siswa. Di tempat inilah Ki Hadjar Dewantara dimakamkan.

Bahkan, Salat Id pun ia tak bisa bersama dengan keluarga. Singgih memilih salat di masjid yang berlokasi di dekat makam Taman Wijaya Brata. Tujuannya supaya bisa segera langsung bertugas.

Penghormatan

Saat Idulfitri, banyak pekerjaan dan tugas yang menanti Singgih. Ia harus selalu siap menerima perintah dari para ahli waris yang mengunjungi makam leluhur. Kadang ia diminta untuk mengambil air, membeli bunga dan masih banyak tugas lain.

Tentu setelah tugas-tugas itu ditunaikan, para ahli waris memberikan ucapan terima kasih berupa uang kepada Singgih. Karena yang datang berkunjung banyak dan beberapa dari keluarga terpandang, Singgih bisa mendapatkan upah yang cukup hanya dalam waktu sehari.

Ia mengaku tak masalah harus berlebaran di kuburan selama seharian penuh. Istri dan anak-anaknya juga mengerti dengan tugas yang harus dijalankan. Karena dari pagi sampai sore di kuburan, Singgih akan bersilaturahmi dengan para sanak saudara pada malam hari. “Keluarga menyadari saya di sini melayani masyarakat.”

Ketua Pengelola Makam Taman Wijaya Brata Ki Sumanto mengatakan, penjaga makam atau ahli waris mau tidak mau memang harus berjaga di makam untuk memastikan kebersihan dan kebutuhan ahli waris terpenuhi.

Jika makam kotor, ujarnya, ada suatu perasaan yang mengganjal bagi keluarga.

Menurut Ki Sumanto, nyekar adalah sebuah tradisi yang sudah melekat pada orang Jawa. Berdoa dan mengunjungi makam leluhur dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada para pendahulu.

“Istilahnya itu mikul duwur mendem jero. Karena itulah para ahli warisnya akan tetap nyekar pada hari-hari tertentu. Ini sebagai bentuk penghormatan, karena tanpa mereka kita tidak akan pernah ada,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dukung Kelestarian Lingkungan, Pemda DIY Mulai Terapkan Program PBJ Berkelanjutan

Jogja
| Kamis, 28 Maret 2024, 16:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement