Advertisement
Malas Membaca, Masyarakat Indonesia Mudah jadi Korban Hoaks
Advertisement
Harianjogja.com, PURWOKERTO- Mengapa hoaks mudah menyebar di kalangan masyarakat Indonesia? Akademisi menyebut salah satunya karena rendahnya budaya literasi di masyarakat Indonesia.
Tingkat literasi masyarakat yang rendah memicu penyebaran hoaks, kata Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Edi Santoso. Literasi antara lain terkait dengan budaya membaca buku.
Advertisement
"Masih banyak pengguna media sosial yang memiliki tingkat literasi media yang rendah, sehingga mudah termakan hoaks," katanya di Purwokerto, Rabu (30/5/2018).
Skeptisme atau kritisisme yang rendah, kata dia, mengakibatkan masyarakat mudah percaya pada sebuah kabar, meskipun itu anonim atau sumbernya tidak jelas.
"Kuncinya adalah masyarakat perlu memiliki tradisi verifikasi," katanya.
Dia menjelaskan, hoaks merupakan sejenis rumor, yang memiliki formula yakni tingkat penyebarannya akan berbanding lurus dengan tingkat urgensi isu terkait, dan juga kepastian informasinya.
"Maksudnya, semakin penting, atau dianggap penting, sebuah isu, potensi rumor akan semakin besar. Begitu juga, semakin tidak pasti suatu kabar, akan semakin menjadikan rumor itu berkembang," katanya.
Contohnya, kata dia, tragedi teror bom beberapa waktu yang lalu.
"Berbagai rumor bermunculan. Mengingat, ini peristiwa tidak saja penting, tetapi teramat serius. Terorisme akan selalu menjadi perhatian segenap pihak di negeri ini. Namun terkadang informasi serba tidak menentu bisa membuat hoaks tak terhindarkan," katanya.
Media sosial, kata dia, bisa menjadikan hoaks semakin liar, karena memfasilitasi penyebaran informasi anonim secara luas dan cepat.
"Siapa saja bisa memproduksi dan mereproduksi pesan hoaks. Karena itu solusi jangka pendek untuk menangkal hoaks saat terjadi peristiwa besar adalah otoritas terkait, misalnya pemerintah atau Polri, sesegera mungkin, atau secara periodik, memberikan keterangan yang jelas soal peristiwa tersebut. Karena yang terjadi di lapangan terus dinamis, pemuktahiran data informasi juga harus lancar, agar masyarakat tidak bertanya-tanya," katanya.
Jika perlu, kata dia, dibentuk semacam pusat informasi masyarakat. Sediakan "call center" untuk menjawab segala pertanyaan masyarakat termasuk segala tindakan yang akan diambil untuk mengendalikan keadaan.
"Selain itu, untuk memberikan efek jera bagi para penyebar hoaks bisa dengan 'mengamankan' mereka yang terindikasi membuat atau menyebarkan hoaks," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
- Qatar Juara Grup A, Garuda Muda hanya Butuh Imbang untuk Lolos ke Fase Gugur
- Menang Setelah 43 Tahun, Ini Fakta Kemenangan Langka Indonesia atas Australia
- Timnas Indonesia Ukir Dua Memori Indah di Stadion Abdullah bin Khalifa Qatar
- Tampil Gemilang, Ernando Dianggap Kerasukan Kiper Real Madrid Andriy Lunin
Berita Pilihan
- 2 Oknum Pegawai Lion Air Jadi Sindikat Narkoba, Begini Modus Operasinya
- Indonesia Gunakan Pengaruh Agar Deeskalasi Terjadi di Timur Tengah
- Kasus Pengemudi Arogan Mengaku Adik Jenderal Kini Diusut Bareskrim
- Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara
- Tol Jogja Solo Dilewati 109 Ribu Kendaraan Selama Libur Lebaran 2024
Advertisement
Syawalan ke Ponpes dan Panti Asuhan, Pj. Bupati Kulonprogo Salurkan Bantuan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- KPU Jogja Koordinasi dengan Disdukcapil untuk Susun Data Pemilih Pilkada 2024
- Tol Jogja Solo Dilewati 109 Ribu Kendaraan Selama Libur Lebaran 2024
- Firli Bahuri Disebut Minta Uang Rp50 Miliar ke SYL
- Daftar Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP-AKR per Kamis 18 April 2024
- Tertidur 22 Tahun Gunung Ruang Erupsi, Gempa hingga 944 Kali dalam Satu Hari
- Warga Jepang Gugat Pemerintah Soal Efek Samping Vaksin Covid-19
- Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Ditutup Sementara
Advertisement
Advertisement