Advertisement
Mendikbud Muhadjir Paparkan Penyebab Nilai UN SMP Jeblok
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan nilai rata-rata dalam UN SMP 2018 menurun.
"Memang ada penurunan skor dengan adanya soal HOTS (High Order Thinking Skills). Bahkan SMP lebih parah (penurunan skornya)," ujar Muhadjir pada buka puasa bersama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di
Jakarta, Rabu (23/5/2018), seperti dilansir Antara.
Advertisement
Menurut Muhadjir, penurunan tersebut ada kaitannya dengan integritas. Hal itu dikarenakan semakin tinggi integritas, maka nilai UN mengalami penurunan.
Untuk SMP, lanjut Mendikbud, jumlah sekolah yang mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sebanyak 63 persen. Jauh lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2017 UNBK untuk SMP sekitar 30 persen.
Dengan adanya soal-soal dengan daya nalar tinggi atau HOTS, kata Muhadjir, kondisi riil di lapangan bisa diketahui.
"Di satu sisi, banyak siswa yang komplain dengan adanya soal HOTS ini. Tapi di sisi lain, jumlah siswa yang mendapatkan nilai sempurna untuk mata pelajaran matematika tingkat SMA naik dua kali lipat".
Muhadjir menambahkan, selama ini Kemendikbud memandang siswa kurang mampu mengerjakan soal-soal dengan daya nalar tinggi. Nyatanya, kemampuan siswa jauh di atas rata-rata.
"Kemampuan siswa 400, dikasih soal yang kemampuannya 150," katanya.
Soal dengan daya nalar tinggi, Muhadjir menambahkan, merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari supaya siswa memiliki kemampuan unggul pada abad 21 ini. Untuk itu, dia meminta PGRI untuk membantu Kemdikbud melakukan pelatihan guru.
Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi mengatakan, mendukung adanya pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi.
"Kami mendukung adanya soal-soal dengan daya nalar tinggi, tapi kami berharap tidak hanya pada saat ujian tetapi juga pada saat pembelajaran," kata Unifah.
Hari ini, Jumat (25/5/2018), Hasil UN SMP 2018 diumumkan serentak. Sejumlah daerah mengeluhkan adanya penurunan nilai hasil ujian. Wilayah Jawa Timur, misalnya, mengalami penurunan jika dibandingkan nilai ujian nasional tahun sebelumnya.
"Siswa yang mendapat nilai di bawah 55 ada penambahan 1,12 persen jika dibandingkan hasil UN tahun pelajaran 2016/2017. Pusat perlu meninjau tingkat kesulitan soal," kata Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Saiful Rachman.
"Penyebabnya bukan salah muridnya, tapi karena tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi sekali."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
- 66 Pegawai KPK Pelaku Pungutan Liar di Rumah Tahanan Dipecat
- Wapres Maruf Amin Sebut Tak Perlu Ada Tim Transisi ke Pemerintahan Prabowo-Gibran
- WhatsApp Bocor, Israel Dikabarkan Gunakan Data untuk Serang Rumah Warga Palestina
Advertisement
Jadwal Pemadaman Jaringan Listrik di Kota Jogja Hari Ini, Cek Lokasi Terdampak di Sini
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Menhub Kunker ke Jepang: Indonesia Tingkatkan Kerja Sama Bidang Transportasi
- Pejabat Kementerian ESDM Diperiksa Terkait Korupsi Timah Triliunan Rupiah
- Wakil Presiden Dijadwalkan Membuka Rakernas Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting
- Jamaika Resmi Mengakui Kedaulatan Palestina
- Anies-Muhaimin Hadir di Penetapan KPU, Pakar UGM: Ada Peluang Ikut Koalisi Prabowo
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Wanita 60 Tahun Lolos ke Kontes Miss Argentina karena Tampak Awet Muda
Advertisement
Advertisement