Advertisement

Gempa Banjarnegara Mirip Lindu yang Merontokkan DIY pada 2006

Alif Nazzala Rizqi, Budi Cahyana
Kamis, 19 April 2018 - 05:25 WIB
Nugroho Nurcahyo
Gempa Banjarnegara Mirip Lindu yang Merontokkan DIY pada 2006 Kolase foto dampak gempa di Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (18/4/2018). Musala roboh di Desa Kasinoman, Kalibening; dinding rumah ambrol dan warga korban gempa yang berkumpul di tenda pengungsian. - Antara/Idhad Zakaria

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dua orang tewas dan ratusan rumah hancur akibat lindu dengan kekuatan 4,4 skala richter yang mengguncang Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (18/4/2018). Gempa yang merusakkan disebabkan aktivitas patahan lokal dan destruktif serta mematikan lantaran titik pusatnya dangkal, hanya sedalam empat kilometer.

Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melalui twitternya mengumumkan, dua tewas, 21 luka, 316 rumah rusak dan 2.104 jiwa mengungsi akibat gempa di Banjarnegara.

Advertisement

I Nyoman Sukanta, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jogja, mengatakan pusat lindu 4,4 skala richter itu berada di darat pada koordinat 7.21 LS dan 109,65 BT, berjarak 52 kilometer utara Kebumen atau 30 kilometer di sebelah selatan pusat Kota Banjarnegara. Kedalaman gempa empat kilometer. Gempa berlangsung kurang lebih lima detik.

Karakteristik gempa yang mengakibatkan kerusakan besar mencapai ratusan rumah ini hampir mirip lindu yang meluluhlantakkan Bantul, DIY, pada 27 Mei 2006 silam.

Gempa bumi yang mengguncang DIY dan sebagian Jawa Tengah itu terjadi pada pukul 05:55:03 sekitar 57 detik. Berdasarkan catatan Departemen Sosial, gempa bumi 12 tahun lalu itu menewaskan 4.983 orang.

Mengacu data dari Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) pada 11 Juni 2006, tercatat total bangunan yang rusak berat di dua provinsi, DIY dan Jateng, mencapai 127.879 bangunan, rumah rusak sedang 182.392 bangunan dan rusak ringan 261.219.

Dibandingkan lindu yang mengguncang Banjarnegara, gempa di DIY pada 2016 memang berkekuatan lebih besar, 5,9 skala richter. Namun mengacu data United State Geological Survey (USGS), pusat gempa yang berada di Desa Imogiri, Bantul, memiliki kedalaman dangkal, hanya 10 kilometer. Gempa dangkal yang berlangsung lebih lama itulah yang menyebabkan ratusan ribu bangunan ambrol.

Namun mitigasi yang sama-sama kurang oke antara kejadian lindu di DIY pada 2006 dan di Banjarnegara Rabu 18 April 2018 kemarin, menjadi penyebab timbulnya korban jiwa yang semestinya bisa dicegah.

Korban jiwa dalam bencana di Banjarnegara tercatat dua orang yakni Asep, 13, warga Desa Kasinoman, dan Kasrih, 100, warga Desa Kertosari, Kecamatan Kalibening.

Asep kehilangan nyawa karena tertimpa tembok yang ambruk saat bocah kelas V sekolah dasar itu berlari keluar rumah. Ia meninggal dunia di Puskesmas Kalibening. Adapun Kasrih juga meninggal karena tertimpa bangunan yang roboh. Tulang dadanya patah. Dia sempat dirawat di Puskesmas Kalibening, dirujuk ke rumah sakit namun tak tertolong jiwanya saat dalam perjalanan.

Lari sebenarnya bukan cara aman untuk menghindari dampak buruk gempa. Beberapa panduan mitigasi menyatakan langkah paling aman saat gempa bagi orang-orang yang berada di dalam bangunan adalah melindungi kepala dan badan dari reruntuhan bangunan dengan berlindung di samping meja atau dipan atau mebel berkaki kokoh. Lari adalah pilihan yang bisa diambil apabila kondisi bangunan tahan gempa dan tak dikhawatirkan roboh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Stok Cabai Melimpah, Harga Cabai di Sleman Anjlok Ancam Petani

Sleman
| Jum'at, 29 Maret 2024, 17:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement